LAPORAN PRAKTIKUM II
DASAR GENETIKA TERNAK
“Karakteristik
Sifat Kualitatif dan Kuantitatif pada Ternak Sapi”
Oleh:
Nama : Nuraeni Primawati
Nim : L1A1 14 095
Kelas : B
Kelompok :
VI (Enam)
Asisten : Neli Marlina
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2015
I. PENDAHULUAN
I.I Latar
Belakang
Dalam
kehidupan manusia ternak memiliki peran yang penting sebagai penghasil produk
atau jasa yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Produk-produk ternak
seperti susu, daging, dan telur. Tuntutan akan produk atau jasa yang dihasilkan
ternak semakin meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas sejalan dengan
meningkatnya taraf hidup manusia. Pembangunan peternakan merupakan bagian
integral dari pembangunan pertanian yang mengemban misi antara lain penyediaan
bibit pangan asal ternak yang berdaya saing tinggi, peningkatan pendapatan
petani, penciptaan lapangan kerja dibidang agribisnis peternakan dengan
melestarikan sumber daya peternakan.
Untuk
menilai ternak diantaranya harus mengenal bagian-bagian dari tubuh
sapi serta konformasi tubuh yang ideal. Ternak yang dinilai harus sehat dan
baik sesuai dengan jenis bangsanya, bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian
tubuh harus berpadu dengan rata, harus feminin dan tidak kasar. Dengan
demikian, maka kita dapat menentukan perbandingan antara kondisi sapi yang
ideal dengan kondisi sapi yang akan kita nilai.
Performans
atau penampilan individu ternak ditentukan oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor genetik adalah kemampuan sedangkan faktor lingkungan adalah
merupakan kesempatan yang dimiliki ternak. Performans yang optimum akan
ditunjukkan apabila individu ternak mempunyai kemampuan dan kesempatan
seluas-luasnya. Performans individu ternak dapat dibedakan atas dasar performans
yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
I.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif ternak sapi
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
ciri-ciri sifat kualitatif pada sapi bali.
2. Untuk
mengetahui dan mengamati siraf kuantitatif pada sapi bali.
1.3
Manfaat
Adapun
manfaat dari praktikum sifat kualitatif dan kuantitatif pada ternak sapi adalah
sebagai berikut:
1.
Dapat mengetahui
ciri-ciri sifat kualitatif pada sapi bali.
2.
Dapat mengetahui
ciri-ciri sifat kuantitatif pada sapi bali.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Sapi Bali
Sapi
Bali merupakan sapi potong asli Indonesia dan merupakan hasil domestikasi dari
Banteng (Bos-bibosbanteng) dan merupakan sapi asli Pulau Bali. Sapi Bali menjadi primadona sapi potong
di Indonesia karena mempunyai kemampuan reproduksi tinggi, serta dapat
digunakan sebagai ternak kerja di sawah dan lading. Potensi produktivitas
ternak dasarnya dipengaruhi faktor genetik, lingkungan serta interaksi antara genetik
dan lingkungan (Karnaen dan arifin, 2009).
Produktivitas adalah kemampuan
berproduksi dari seekor ternak dan dapat dilihat dari bobot badan dan
pertambahan bobot badannya (Chamdi, 2005). Selanjutnya bobot sapih umur 205 hari dapat digunakan
sebagai dasar seleksi dan memberikan dampak positif pada pertumbuhan
selanjutnya dan secara tidak langsung menggambarkan potensi genetik dan dan
kemampuan induk untuk memelihara anaknya, sedangkan bobot satu tahun dapat
digunakan untuk mengetahu kemampuan adaptasi seekor ternak terhadap kondisi
lingkungannya (Wijono et al.2006).
Ditegaskan pula bahwa seekor ternak
tidak akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung oleh
lingkungan yang baik dimana ternak hidup atau dipelihara, sebaliknya lingkungan
yang baik tidak menjamin penampilan apabila ternak tidak memiliki mutu genetik
yang baik (Anonim, 2012).
Bangsa (breed)) sapi adalah
sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar
karakteristik tersebut, ternak-ternak tersebut dapat dibedakan dengan ternak
lainnya meskipun masih dalam jenis hewan (species) yang sama.
Karakteristik yang dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Pejantan
yang dipilih haruslah pejantan yang tetap mampu menjaga kesuburan reproduksi
dan mampu kawin dengan pakan 7 kualitas rendah. Sapi betina yang tidak bunting
dikawinkan dengan pejantan subur dengan pakan kualitas rendah sebaiknya segera
dikeluarkan dari populasi (Praptomo, 2010).
2.2 Sifat Kualitatif
Sifat-sifat
fenotipe kualitatif yang diamati yaitu warna, pola warna tubuh, bentuk
pertumbuhan tanduk, garis muka dan punggung sapi yang dikelompokkan menurut
lokasi, umur dan jenis kelamin. Pengamatan bentuk tanduk dengan cara mengamati
arah pertumbuhannya berawal dari kepala sampai ujung tanduk. Setiap individu
dicatat arah pertumbuhannya dan dibuat sketsa dari pertumbuhan tanduk tersebut
(Abdullah, R.R. Noor dan H. Martojo, 2006).
Populasi sapi Bali yang teramati
menunjukkan warna beragam. Warna tubuh dominan sapi Bali adalah merah bata dan
cokelat muda. Disamping itu terdapat sapi yang berwarna cokelat, dan cokelat
kehitaman. Warna-warna yang diidentifikasi secara umum dikelompokkan
berdasarkan umur dan jenis kelamin. Warna kaki dan bokong pada sapi Bali di
dominasi warna putih (Abdullah et al, 2007).
Kesamaan fenotipik dapat menunjukkan
identitas genetik, meskipun terdapat beberapa batasan, antara lain: fenotipe
yang identik dapat disebabkan oleh alel-alel yang berbeda atau oleh gen-gen
pada lokus yang berbeda. Dalam hal tertentu mungkin terdapat perbedaan dalam
daya ekspresi (derajat manifestasi pada satu individu), atau oleh penetrasi
(frekuensi satu sifat diekspresikan relatif terhadap sejumlah pembawa gen
tertentu yang diketahui dalam satu populasi). Kemiripan fenotipik dapat juga
disebabkan oleh fenokopi, yakni kemiripan satu fenotipe yang diakibatkan satu
genotipe tertentu oleh aksi lingkungan pada genotipe lainnya. Namun demikian,
penanda ini memiliki kelemahan karena ia dipengaruhi oleh lingkungan,
memperlihatkan sifat menurun dominan/resesif dan banyak yang hanya dapat diamati
pada tingkat umur tertentu (Baker dan Manwell, 2014).
2.3 Sifat Kuantitatif
Data profil morfologi sapi merupakan
salah satu bagian sifat kuantitatif yang penting untuk diketahui baik dalam
upaya pengembangan sapi Simmental hasil persilangan di Sumatera Barat maupun
sebagai syarat untuk dapat melepas sapi Simmental hasil persilangan di Sumatera
Barat sebagai galur baru. Profil morfologi berupa ukuran-ukuran tubuh sapi
selain bermanfaat dalam melengkapi kebutuhan data morfologi juga dapat
dimanfaatkan untuk pendugaan jarak genetik (Utomo et al. dan Hartati et al. 2010).
Parameter morfologi sapi yang
diamati dalam penelitian ini adalah panjang badan, tinggi badan, tinggi
pinggul, lingkar dada, lebar dada, lebar pinggul, dalam dada, panjang kepala,
tinggi kepala, dan lebar kepala. Alat ukur yang digunakan adalah tongkat ukur
(ketelitian 0,5 cm) dan pita ukur (ketelitian 0,5 cm). Metode pengukuran parameter tubuh sapi dan metode
pengukuran parameter kepala sapi (Asoen dan Anggraeni, 2011).
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.I Waktu dan
Tempat
Praktiku
ini dilaksanakan di kandang Sapi
Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari, pada hari
Sabtu, 14 November 2015 mulai pukul 14:30 WITA sampai selesai.
3.2
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum sifat kualitatif dan kuantitatif pada ayam dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel I.
Alat
dan Kegunaan yang digunakan pada praktikum karakteristik sifat kualitatif dan
kuantitatif sapi bali
No.
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Alat Tulis
|
Untuk mencatat data hasil
pengamatan
|
2.
|
Meteran
|
Untuk mengukur tubuh ternak
|
3.
|
Pita Ukur
|
Untuk mengukur panjang badan, panjang kepala, tanduk, dan
lingkar badan.
|
4.
|
Kamera
|
Sebagai alat dokumentasi
|
5.
|
Timbangan
|
Untuk mengetahui berat badan Sapi
|
6.
|
Tongkat Ukur
|
Untuk mengukur Tinggi Badan
dan Lebar Pinggul Sapi Bali
|
Bahan yang digunakan pada
praktikum karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif pada Ternak Sapi Bali
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.
Bahandan
Kegunaan yang digunakan pada praktikum karakteristik sifat kualitatif dan
kuantitatif sapi bali
No.
|
Nama Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Sapi Bali Betina
|
Sebagai objek pengamatan
|
2.
|
Sapi Bali Jantan
|
Sebagai objek pengamatan
|
3.4 Prosedur Kerja
Prosedur atau cara kerja pada
praktikum sifat kualitatif dan kuantitatif pada ayam dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Membawa
alat
b. Mengamati
ciri-ciri yang dimiliki sapi bali.
c. Mengukur
panjang panjang kepala, panjang badan, tinggi badan, lebar dada.
d. Mencatat
hasil pengamatan
e. Membuat
laporan
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Karakteristik bangsa ternak
berdasarkan sifat kualitatif dari hasil pengamatan ternak Sapi Bali.
Tabel
3. Karakteristik sifat
kualitatif pada ternak sapi
No.
|
Karakteristik
|
Jantan
|
Betina
|
||
Jumlah (n)
|
Persentase (%)
|
Jumlah (n)
|
Persentase (%)
|
||
1.
|
Warna
bulu
|
3
|
5
|
||
Merah
bata
|
2
|
66,66%
|
3
|
60%
|
|
Merah
bata mengkilat
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Coklat
|
1
|
33,33%
|
2
|
40%
|
|
Coklat
kasar
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
2.
|
Tanduk
|
3
|
5
|
||
Ada
|
3
|
100%
|
5
|
100%
|
|
Tidak
ada
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3.
|
Bentuk
bulu
|
3
|
5
|
||
Kasar
|
3
|
100%
|
2
|
40%
|
|
Halus
|
-
|
-
|
3
|
60%
|
Tabel 4.
Karakteristik sifat kuantitatif pada
ternak sapi
No.
|
Karakteristik
|
Rata – rata
|
Koefisien
Keragaman
|
1.
|
BB (kg)
|
113.667±75.407
|
46.35724
|
2.
|
PB (cm)
|
113.667±7.767
|
6.833537
|
3.
|
LP (cm)
|
||
4.
|
TB (cm)
|
82.066±40590
|
49.46077
|
5.
6.
|
LD (cm)
PT(cm)
|
149.666±5.507
|
3.679891
|
4.2
Pembahasan
4.2.1
Sifat Kualitatif
4.2.1.1 Bentuk dan Pola Warna Bulu
b
|
a
|
Gambar 1.
Warna bulu tubuh dan warna bulu pinggul pada Sapi Bali
Berdasarkan hasil pengamatan pada
tabel 3 bentuk bulu didominasi kasar.sedangkan warna bulu sapi bali jantan
adalah cokelat kehitaman dan betina dominan berwarna merah bata. Dari hasil
pengamatan di lokasi ditemukan sapi jantan maupun betina rata-rata memiliki
tanduk dengan berbagai jenis bentuk bulu yaitu kasar dan halus.Frekuensi
fenotipik warna bulu Sapi Bali jantan dan betina yang dipelihara Di Kandang
Sapi Fakultas Peternakan di sajikan pada tabel 3.
Pola warna bulu yang dimiliki pada
sapi bali yang diamati berdasarkan sifat kualitatifnya memiliki karakteristik
dengan warna bulu pinggul di dominasi oleh warna abu-abu. Selain itu warna pada
kaki sapi adalah abu-abu.
Berdasarkan penjelasan diatas
dilihat persamaan sesuai dengan pendapat (Dahlanuddin,2010) yang menyatakan
bahwa pola-pola warna pada sapi bali yang ditemukan yaitu dominan memiliki
karakteristik pola warna merah bata terkhusus pada sapi betina yang berada di
wilayah sub-tropis seperti Indonesia.
4.2.1.2 Panjang dan Ada atau Tidaknya Tanduk
b
|
a
|
Gambar
2. Tanduk pada Sapi Bali
Berdasarkan ada atau tidaknya tanduk
yang di peroleh dari hasil pengamatan praktikum karakteristik sifat kualitatif
pada Sapi Bali jantan dan betina adalah semua memiliki tanduk. Rata-rata tanduk
nampak melengkung.
Tanduk pada sapi bali dara
betina yang diamati masih sangat kecil dan pendek, sementara itu panjang tanduk
sapi bali induk betina dan jantan hanya berbanding sedikit antara sedang dan
panjang.
4.2.2
Kuantitatif
Berdasarkan pengamatan pada hewan
ternak sapi bali jantan dan betina maka diperoleh tabel seperti diatas.
Penentuan berat badan seekor ternak dapat ditentukan dengan berbagai rumus
misalnya rumus Ario Darmoko. Sifat kuantitatif ini dapat diukur dengan
parameter tertentu dan antara sifat yang baik dengan jelek terdapat perbedaan
yang tajam. Sifat kuantitatif diantaranya adalah produksi daging, telur, dan
susu, ukuran tubuh pertambahan berat badan dan lain-lain. Berdasarkan
genetisnya sifat kuantitatif ditentukan oleh hanya satu pasang gen atau satu gen
tunggal.
Karateristik Ternak Sapi Bali
berdasarkan sifat kuantitatif pada praktikum karakteristik sifat kuantitatif
dapat dilihat pada tabel 4
sapi bali jantan dan betina dapat di ketahui rata-rata bobot badan dengan 113.667kg. rataan 75.407 dan
koefisien keragaman 46.35724 kg. Panjang badan rata-rata 113.667 dengan rataan
7.767 serta dan koefisien keragaman 6.833537. Lebar pinggul dengan rata-rata
33.567 rataan 1.888 dan koefisien
keragaman 5.62. Tinggi badan berkisardengan rata-rata 82.066, rataan 40.590 dan
koefisien keragaman 49.46077. lingkar dada dengan rata-rata 149.666, rataan
5.507 serta koefisien keragaman 3.679891.
V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum
karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif pada sapi bali dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Karakteristik sifat
kualitatif pada ternak sapi bali jantan dan betina didominasi oleh warna bulu merah bata, bentuk bulu kasar,
tanduk dominan ada dan bentuknya panjang.
2. Karateristik Ternak Sapi Bali
berdasarkan sifat kuantitatif pada praktikum karakteristik sifat kuantitatif
dapat dilihat pada tabel 4
sapi bali jantan dan betina dapat di ketahui rata-rata bobot badan dengan 113.667kg. rataan 75.407 dan
koefisien keragaman 46.35724 kg. Panjang badan rata-rata 113.667 dengan rataan
7.767 serta dan koefisien keragaman 6.833537. Lebar pinggul dengan rata-rata
33.567 rataan 1.888 dan koefisien
keragaman 5.62. Tinggi badan berkisardengan rata-rata 82.066, rataan 40.590 dan
koefisien keragaman 49.46077. lingkar dada dengan rata-rata 149.666, rataan
5.507 serta koefisien keragaman 3.679891.
5.1. Saran
Saran
yang dapat saya ajukan yaitu sebaiknya dalam melaksanakan praktikum ini,
praktikan harus datang dengan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Mutu Genetik.
http//staff.unud.ac.id/~sampurna/wp-content/uploads/2012/04/bab-1-1
tinjauan-pustaka.doc. Diakses pada 28 Desember 2012.
Chamdi, A.N., 2005. Karakteristik Sumber-daya Genetik Ternak
Sapi Bali (Bos-Bibos banteng) dan Alternatif Pola Konservasinya. Biodiversitas.
Volume 6, No. 1. Edisi Januari halaman: 70-75
Karnaen dan J. Arifin.
2009. Korelasi nilai pemulian produksi
susu sapi perah berdasarkan test day laktasi 1, laktasi 2, laktasi 3, dengan
gabungannya. J. Anim. Production 11:135-42.
Praptomo, S. dan Dwi.
2010. Petunjuk Praktis Manajemen Umum
Pembiakan Ternak Sapi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ntb. Mataram.
Purwanti, M. dan Harry.
2006. Upaya pemuliaan dan pelestarian
sapi Bali di provinsi Bali. Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 1. Hal
34 – 41.
Wijono, D. B., Hartatik
dan Mariyono, 2006. Korelasi bobot sapih
terhadap bobot lahir dan bobot hidup 365 pada sapi peranakan Ongole. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Vetreriner.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar