LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU LINGKUNGAN TERNAK
Pengamatan Tipe Vegetasi Tanaman
Makanan Ternak
Oleh
KELOMPOK IV
NAMA : NURAENI PRIMAWATI
KELAS : B
STAMBUK : L1A1 14 060
ASISTEN : NURIADIN
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan hal yang paling penting untuk
dilindungi dan dijaga kelestariannya karena merupakan tempat dimana seluruh
makhluk hidup tinggal. Baik manusia, hewan maupun tumbuhan serta faktor biotik
dan abiotik sebagai pendukungnya. Terdapat berbagai ilmu yang mempelajari
tentang lingkungan dan salah satunya adalah ekologi.
Vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya
terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Diantara
individu individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-tumbuhan
itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan
fakto-faktor lingkungan. Dengan demikian berarti bahwa vegetasi bukan hanya kumpulan
dari individu-individu tumbuhan saja, akan tetapi merupakan suatu kesatuan dimana individu-individu penyusunnya saling
tergantung satu sama lain dan disebut suatu
komunitas
tumbuhan. Apabila pengertian tumbuh-tumbuhan ditekankan pada hubungan
yang erat antara komponen organisme dan factor lingkungan, maka hal ini disebut
ekosistem.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta
herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen
utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan
salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan,
padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi
pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling
berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut
sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan
dan dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengetahui tipe vegetasi tanaman makanan ternak pada suatu daerah.
1.3.Manfaat
Adapun
manfaat dari praktikum ini adalah agar dapat
mengetahui tipe vegetasi tanaman makanan ternak pada suatu daerah.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Vegetasi
Pengertian umum vegetasi adalah
kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis dan hidup
bersama pada suatu tempat. Diantara individu individu tersebut terdapat
interaksi yang erat antara tumbuh-tumbuhan itu sendiri maupun dengan
binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan fakto-faktor lingkungan.
Dengan demikian berarti bahwa vegetasi bukan hanya kumpulan dari
individu-individu tumbuhan saja, akan tetapi merupakan suatu kesatuan dimana individu-individu penyusunnya saling
tergantung satu sama lain dan disebut suatu komunitas tumbuhan. Apabila
pengertian tumbuh-tumbuhan ditekankan pada hubungan yang erat antara komponen
organisme dan factor lingkungan, maka hal ini disebut ekosistem (setyo, 2012).
2.2.Tipe-Tipe Vegetasi
Savana merupakan padang rumput dan
semak yang terpencar di antara rerumputan, serta merupakan daerah peralihan
antara hutan dan padang rumput. Di beberapa daerah yang tidak begitu kering,
savana mungkin terjadi karena keadaan tanah dan atau kebakaran yang berulang. kawasan savana pada umumnya kurang terancam
oleh eksploitasi ekonomi dibandingkan hutan hujan, meskipun demikian savana
kadang-kadang mendapat tekanan berupa pengembalaan (grazing) ternak dan
penggunaan pertanian lainnya (Djufri, 2012).
2.3.Pengukuran
Berat Basah Dan Berat Kering
Kadar air
merupakan presentasi kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (web basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar
100%, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100%. Kadar air 6 merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan, yang
dinyatakan dalam persen (%). Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan
citarasa pada bahan pangan. Kadar air cenderung menurun dengan meningkatnya
lama pengeringan, proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh lama pengeringan.
Pengeringan dengan menggunakan suhu yang tinggi dapat mengakibatkan pengeringan
yang tidak merata, yaitu bagian luar kering sedangkan bagian dalam masih banyak
mengandung air (Mubyarto, 2012).
Pengukuran berat basah tanaman
dengan cara menimbang tanaman yang sudah dibersihkan dari kotoran. Pengukuran
dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan. Sedangkan untuk berat kering dengan
cara memasukkan tanaman yang sudah dibersihkan dari kotoran ke dalam oven
dengan suhu 700 C hingga didapatkan berat yang konstan (Wahyu,2008)
2.4.Metode Analisis Vegetasi
Mengkaji
analisis vegetasi dengan menggunakan metode petak, petak-petak berukuran 20 x
100 m dengan interval tiap-tiap petak adalah 100 m. Dari setiap petak berukuran
20 x 100 m tersebut dibagi lagi ke dalam sub petak-sub petak yang berukuran 20
x 20 m. Masing-masing jalur diletakkan dari ketinggian 1000 sampai dengan
ketinggian 1600 m dpl, dengan jarak tiap-tiap jalur adalah 500 m. Pembuatan
jalur dilakukan dengan cara memotong kontur/tegak lurus terhadap ketinggian.
Dari masing-masing sub petak tersebut kemudian dibagi ke dalam plot-plot
pengamatan yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 2 x 2 m untuk pengamatan
vegetasi tingkat semai, 5 x 5 m untuk, pancang, 10 x 10 m dan tiang, 20 x 20 m
tingkat pohon (Liamah, 2013).
III.
METEDOLOGI
PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum pengamatan
tipe-tipe vegetasi dilksanakan pukul 15.00 WITA-selesai, dilahan Fakultas
Pertanian Universitas Halu Oleo.
3.2.Alat dan Bahan
3.2.1.Alat yang digunakan dalam
praktikum pengamatan tipe-tipe vegetasi
adalah sebagai berikut:
Tabel 1: Alat yang Digunakan
dalam Praktikum Pengamatan Tipe-Tipe
Vegetasi
No.
|
Nama alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Meteran
|
Untuk
mengukur jarak antar cluster
|
2.
|
Tali
raffia
|
Untuk
membatasi area pengamatan
|
3.
|
Parang
|
Untuk
memotong sampel vegetasi
|
4.
|
Kantong
plastic
|
Sebagai
wadah vegetasi tanaman
|
5.
|
Frem
100x100 cm
|
Sebagai
patok
|
6.
|
Kamera
|
Untuk
dokumentasi
|
7.
|
Alat
tulis menulis
|
Untuk
menulis hasil pengamatan
|
3.2.1.Bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan tipe-tipe vegetasi adalah sebagai
berikut:
Tabel 2: Bahan yang
digunakan dalam praktikum pengamatan
tipe-tipe vegetasi
No.
|
Nama bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Sampel
vegetasi
|
Sebagai
bahan amatan
|
3.3.Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja dalam praktikum pengamatan tipe vegetasi tanaman adalah sebagai
berikut:
1.
Menentukan
lahan atau lokasi yang akan digunakan untuk menganalisis vegetasi tumbuhan.
2.
Menyiapkan
alat dan bahan dalam praktikum pengamatan tipe vegetasi tanaman.
3.
Menempatkan
frem ukuran 1x1 m pada lahan dan memotong tumbuhan yang ada dalam frem.
4.
Memperluas
hingga sebnyak 10 cuplikan
5.
Memasukkan
sampel kedalam kantong plastik
6.
Mengidentifikasi
spesies yang berada pada lahan tersebut.
7.
Mencatat
spesies tanaman yang ditemukan.
8.
Menimbang
berat basah dan berat kering dari sampel tanaman vegetasi
9.
Melakukan
dokumentasi
10.
Membuat
laporan
IV.
PEMBAHASAN
4.1.Hasil pengamatan.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan dalam praktikum pengamatan tipe vegetasi
tanaman makanan ternak diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3: Data hasil
pengukuran berat basah dan berat kering
No.
|
Cluster
|
Cuplikan
|
Berat basah
(gr)
|
Berat kering
(gr)
|
1.
|
I
|
1
|
600
|
430
|
2
|
710
|
410
|
||
2.
|
II
|
1
|
310
|
220
|
2
|
700
|
440
|
||
3.
|
III
|
1
|
520
|
410
|
2
|
830
|
610
|
||
4.
|
IV
|
1
|
1120
|
820
|
2
|
590
|
310
|
||
5.
|
V
|
1
|
400
|
240
|
2
|
710
|
520
|
Tabel 3: Data hasil
identifikasi jenis tanaman makanan ternak
No.
|
Cluster
|
Cuplikan
|
TMT
|
Jenis
|
|
TMT
(%)
|
Non TMT(%)
|
||||
1.
|
I
|
1
|
100
|
-
|
Alang-alang
|
II
|
2
|
90
|
10
|
Alang-alang
dan komba-komba
|
|
2.
|
1
|
100
|
-
|
Alang-alang
|
|
2
|
100
|
-
|
Alang-alang
dan sentro
|
||
3.
|
III
|
1
|
100
|
-
|
Alang-alang
dan sentro
|
2
|
100
|
-
|
Alang-alang
dan sentro
|
||
4.
|
IV
|
1
|
99
|
1
|
sentruminosa
dan alang-alang
|
2
|
100
|
-
|
Alang-alang
dan legum
|
||
5.
|
V
|
1
|
100
|
-
|
Alang-alang
dan legum
|
2
|
100
|
-
|
Alang-alang
|
4.2.Pembahasan
4.2.1. Tipe Vegetasi Tanaman
Vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya
terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Diantara
individu individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-tumbuhan
itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan
fakto-faktor lingkungan. Dengan demikian berarti bahwa vegetasi bukan hanya
kumpulan dari individu-individu tumbuhan saja, akan tetapi merupakan suatu
kesatuan dimana individu-individu
penyusunnya saling tergantung satu sama lain dan disebut suatu
komunitas
tumbuhan. Apabila pengertian tumbuh-tumbuhan ditekankan pada hubungan
yang erat antara komponen organisme dan factor lingkungan, maka hal ini disebut
ekosistem.
4.2.3.
Pengukuran Berat Basah Dan Berat Kering
Kadar air
merupakan presentasi kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (web basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar
100%, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100%. Kadar air 6 merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan, yang
dinyatakan dalam persen (%). Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan
citarasa pada bahan pangan. Kadar air cenderung menurun dengan meningkatnya
lama pengeringan, proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh lama pengeringan.
Pengeringan dengan menggunakan suhu yang tinggi dapat mengakibatkan pengeringan
yang tidak merata, yaitu bagian luar kering sedangkan bagian dalam masih banyak
mengandung air
Pengukuran berat basah tanaman
dengan cara menimbang tanaman yang sudah dibersihkan dari kotoran. Pengukuran
dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan. Sedangkan untuk berat kering dengan
cara memasukkan tanaman yang sudah dibersihkan dari kotoran ke dalam oven
dengan suhu 700 C hingga didapatkan berat yang konstan
4.2.4
Tipe-Tipe Vegetasi
Savana merupakan padang rumput dan
semak yang terpencar di antara rerumputan, serta merupakan daerah peralihan
antara hutan dan padang rumput. Di beberapa daerah yang tidak begitu kering,
savana mungkin terjadi karena keadaan tanah dan atau kebakaran yang berulang. kawasan savana pada umumnya kurang terancam
oleh eksploitasi ekonomi dibandingkan hutan hujan, meskipun demikian savana
kadang-kadang mendapat tekanan berupa pengembalaan (grazing) ternak dan
penggunaan pertanian lainnya
V.
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
jumlah vegetasi tanaman makanan ternak dalam kawasan tersebut sangat banyak yang hanya terdiri dari tipe vegetasi
jenis stepa (padang rumput).
5.2.Saran
Adapun
saran yang dapat saya ajukan dalam praktikum ini adalah sebaiknya pelaksanaan
praktikum vegetasi dilakukan pada kawasan yang lebih luas dan dalam jumlah
vegetasi rumput yang tinggi agar dalam praktikum ini praktikan dapat lebih
tepat dalam memprediksikan jumlah ternak yang dapat digembalakan pada kawasan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Djufri. 2012. Analisis vegetasi
pada savana tanpa tegakan akasia (acacia
nilotica) Di taman nasional baluran jawa timur.Surabaya:
Universitas Syiah
Kuala.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi
Vol 4, Nomor 2, hlm 104-111
Liamah, dkk. 2013. Perbandingan
analisis vegetasi lingkungan alami Tetrastigma
glabratum di hutan lindung gunung
prau Sebelum dan sesudah eksploitasi. Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013 ISBN 978-602- 17001-1-2. Semarang: Universitas Diponegoro.
Mubyarto. 2012. Perubahan Warna Yang Terjadi Pada Jagung
Hibrida Varietas BISI 2 dan NK22.
Makassar: Universitas Hasanudin.
Setyo, D.M. 2012.
Analisis Vegetasi Dan Asosiasi Antara
Jenis- Jenis Pohon Utama Penyusun
Hutan Tropis Dataran Rendah Di
Taman Nasional
Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat. Lombok: Universitas
Merdeka Madiun. Agri-tek Volume 13
Nomor 2
Wahyu, G.L, Solichatun, dan Sugiyarto. 2008. Pertumbuhan,
Kandungan Klorofil, dan Laju Respirasi
Tanaman Garut (Maranta arundinacea
L.) setelah Pemberian Asam Giberelat
(GA3). Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
Terimakasih Admin, Artikel ini sangat bermanfaat.
BalasHapusSekalian mohon ijin ya numpang iklan promosi menawarkan Produk berikut ini :
- CaO / Kapur Bakar/ Kalsium Oksida.
- CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
-CaCo3 /Kalsium Karbonat.
- Kaptan / Kapur Pertanian
- Dolomite.
- Zeolite .
- Bentonite.
Untuk informasi dan pemesanan produk Silahkan hubungi :
Bpk Asep
081281774186
085793333234
Silahkan Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.