PENYULUHAN DAN
KOMUNIKASI PETERNAKAN
(Perilaku Belajar
Orang Dewasa dalam Kegiatan Penyuluhan)
Oleh :
NAMA : NURAENI PRIMAWATI
NIM :
L1A1 14 095
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Belajar
merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting dalam usahanya
mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Belajar dirasa penting karena kehidupan manusia semakin
berkembang dan semakin maju seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu
pengetahuan, tanpa belajar manusia akan tertinggal dan tidak bisa mengikuti
perkembangan zaman. Dengan demikian belajar merupakan suatu kebutuhan yang
dirasa sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia, sejak
lahir hingga akhir hayatnya. (Malik. H, 2011).
Pendidikan
merupakan suatu proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan
bersifat sepanjang hayat dan hanya akan terhenti ketika seseorang telah
dijemput oleh kematian. Berangkat dari hal tersebut maka muncullah salah satu
jenis pendidikan yang disebut pendidikan orang dewasa. (Yulianti. I, 2011)
Pada dasarnya orang dewasa telah
memiliki banyak pengalaman belajar dalam hidupnya sehingga dalam proses
pengajarannya harus dilakukan dengan menggunakan teori belajar untuk orang
dewasa yang tentunya sangat berbeda dengan teori pengajaran untuk anak-anak
serta pengajarannya pun harus dilakukan oleh tenaga pendidikan yang telah
memahami berbagai teori dan konsep tentang pengajaran untuk orang dewasa.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang dapat kami ambil dari makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud pendidikan orang dewasa/andragogi ?
2.
Bagaimana Perkembangan teori belajar orang dewasa ?
3. Bagaimana
karakteristik belajar orang dewasa ?
4. Apa asumsi-asumsi pokok dari teori
belajar orang dewasa ?
5. Apa kelebihan dan kelemahan dari
teori belajar orang dewasa ?
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, kami dapat menyimpulkan
bahwa tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1.
Dapat menjelaskan pengertian pendidikan
orang dewasa/andragogi
2.
Dapat mengetahui perkembangan
teori belajar orang dewasa
3.
Dapat mengetahui karakteristik
belajar orang dewasa
4.
Dapat mengetahui asumsi-asumsi pokok dari teori
belajar orang dewasa
5.
Dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dari teori
belajar orang dewasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Pendidikan Orang Dewasa/Andargogi
Andragogi
berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata andr, yang
berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina.
andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang
dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu
mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses
interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga
belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan
sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).
Pendidikan dewasa adalah suatu
proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara
berkelanjutan sepanjang hidup. Bagi orang dewasa belajar berhubungan dengan
bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya ( Pannen
dalam Supriantono, 2008).
Menurut UNESCO dalam
Supriantono mendefinisikan pendidikan orang dewasa berikut ini : Keseluruhan
proses pendidikan yang diorganisasikan apapun isi, tingkatan, metodenya, baik
formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di
sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang
dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya
pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan
perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan
pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan
budaya yang seimbang dan bebas.
Defenisi di atas
mengindikasikan bahwa pendidikan orang dewasa harus terorganisir dan
berorientasi pada pengembangan dan perubahan kognitif, afektif dan psikomotor
serta berpartisipasi aktif dalam pengembangan EKOSOSBUD.
Orang dewasa sendiri dapat didefenisikan
dalam tiga aspek yaitu :
- Biologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan reproduksi.
- Psikologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
- Sosiologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepadanya.
Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses
dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa
melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan
untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan
keterampilan.
2.2. Perkembangan
Teori Belajar Orang Dewasa
Ditemukannya istilah andragogi dimulai dari
tahun 1833, oleh Alexander Kapp, Kapp menjelaskan andragogi dengan menggunakan
istilah Pendidikan Orang Dewasa terutama dalam menjelaskan teori pendidikan
yang dilahirkan ahli filsafat Plato. Secara runtut berikut ini dijelaskan
sejarah perkembangan penggunaan istilah andragogi dari tahun ke tahun sebagai
teori pendidikan baru di samping teori pedagogi:
1. Pada
abad 18 sekitar tahun 1833, Alexander Kapp menggunakan istilah Pendidikan Orang
Dewasa untuk menjelaskan teori pendidikan yang dikembangkan dan dilahirkan
ahli-ahli filsafat seperti Plato. Kemudian Gernan Enchevort membuat studi
tentang asal mula penggunaan istilah andragogi.
2.
Pada abad 19 tepatnya tahun 1919, Adam Smith
memberikan sebuah argumentasi tentang pendidikan untuk orang dewasa “pendidikan
juga tidak hanya untuk anak-anak, tetapi pendidikan juga untuk orang
dewasa”.
3.
Tahun 1921, Eugar Rosenstock menyatakan bahwa
pendidikan orang dewasa menggunakan guru khusus, metode khusus dan filsafat
khusus. Edward Lindeman menerbitkan buku “Meaning
Of Adult Education” yang pada intinya berisi tentang: 1) Pendekatan
Pendidikan orang dewasa dimulai dari situasi, 2) Sumber utama pendidikan orang
dewasa adalah pengalaman si belajar ia juga menyatakan ada empat asumsi
pendidikan orangdewasa, yaitu:
a.
Orang dewasa termotivasi belajar oleh kebutuhan
pengakuan.
b.
Orientasi orang dewasa belajar adalah berpusat pada
kehidupan.
c.
Pengalaman adalah sumber belajar.
d.
Pendidikan orang dewasa memperhatikan perbedaan
bentuk, waktu, tempat dan
lingkungan.
4.
Pada tahun 1929, Lawrence P. jacks menulis dalam journal Adult of education, bahwa
pendapatan dan kehidupan adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan.
Ia mengistilahkan pendidikan orang dewasa (POD) dengan Continuing School dan berbasis pada pendapatan dan kehidupan.
5.
Tahun 1930, Arceak AB mengenalkan istilah pendidikan
sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup dalam rangka pendidikan untuk
manusia. Pada tahun itu Robert D. Leigh menyimpulkan dari hasil studinya dalam journal Adult Education bahwa belajar
orang dewasa sangat berkaitan erat dengan pengalaman sehari-hari, sehingga
pengetahuan baru harus berdasar pengalaman hidup sehari-hari.
6.
Pada tahun 1931, Lyman Buson menyusun buku “Adult Education” yang membahas secara
terperinci tentang tujuan pendidikan orang dewasa sebagai sebuah bentuk sosial
untuk mencapai kesamaan tujuan program pada semua institusi pendidikan orang
dewasa.
7.
Tahun 1938, Alan Rogers menulis dalam journal Adult Education bahwa salah satu
tipe pendidikan orang dewasa adalah berdasarkan penggunaan metode baru sebagai
prosedur atau langkah pada pembelajarannya.
8.
Sekitar tahun 1939, Rat Herton menulis dalam journal Adult Education bahwa pada High
School, dalam belajar orang dewasa mempunyai beberapa pengetahuan atau
kecakapan sehingga proses belajar harus seperti yang dimulai atau dilakukan
orang yang belajar tersebut. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Ben H.
Cherrington yang ditulis dalam journal
Adult Education, bahwa pada pendidikan orang dewasa yang demokratis, orang
belajar menggunakan metode belajar aktif mandiri dan bebas memilih belajar dan
hasil belajar. Anggapan tersebut dipertegas lagi oleh Wandell Thoman dalam journal Adult Education, bahwa
pendidikan orang dewasa berbeda dengan sekolah di dalam keindividualan dan
tanggung jawab sosial.
9.
Dimulai pada tahun 1950, Malcolm Knowles menyusun “Informal Adult Education” yang
menyatakan bahwa inti Pendidikan orang dewasa berbeda dengan Pendidikan
tradisional. Rogers menyatakan bahwa pendidikan juga dihubungkan dengan
perubahan tingkah laku, dimana hal ini sesuai dengan pembelajaran orang dewasa.
10.
Tahun 1954, Kurt Lewin menyatakan bahwa belajar
terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh
perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya
motivasi internal serta belajar yang efektif dilakukan melalui kelompok.
11.
Tahun 1961, April O. Houle menyatakan bahwa
orang-orang dewasa tertarik pada continuing education dan alasan orang-orang
dewasa belajar adalah: 1) the goal – oriented learners, 2) the activity –
oriented learners, 3) the learning– oriented learners.
12. Tahun
1961, Maslow menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus
mencapai aktualisasi diri. Carl Rogers menyatakan dalam pendidikan orang
dewasa, peserta belajar harus dapat menunjukan fungsinya.
2.3. Karakteristik
Belajar Orang Dewasa
1.
Orang Dewasa Telah Memiliki
Lebih Banyak Pengalaman Hidup
Menghubungkan
pengalaman-pengalaman dengan konsep-konsep yang ingin dipelajari serta
menjadikan pengalaman sebagai sumber pembelajaran. Oleh karena itu metode yang
digunakan berfokus pada diskusi dan aplikasi materi.
2.
Orang Dewasa Memiliki
Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar
Hal
ini dikarenakan mereka ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tujuan mereka
lebih nyata bahwa apa yang mereka pelajari haruslah dapat diaplikasikan.
3.
Orang Dewasa Telah Memiliki
Banyak Peran dan Tanggung Jawab
Banyaknya
peran dan tanggung jawab menyebabkan waktu belajar orang dewasa terbatas. Oleh
karena itu, pendidik orang dewasa penting untuk dapat memahami persaingan
penggunaan waktu ini.
4.
Kurang Percaya Pada
Kemampuan Diri untuk Belajar Kembali
Tekadang
orang dewasa enggan untuk melibatkan diri dalam aktivitas pendidikan dalam
pendidikan orang dewasa mungkin disebabkan oleh faktor fisik atau kepercayaan
masyarakat yang keliru.
5.
Orang Dewasa Lebih Beragam
dari Pada Pemuda
6.
Setiap individu berbeda dalam kemampuan serta
kesiapannya menghadapi kelompok-klelompok belajar. Hal tersebut dapat
dimanfaatkan dengan pertukaran pengalaman.
Selain itu, sifat belajar
bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar
atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem
nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga
diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian,
pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari
pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya
sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut, maka suasana belajar yang kondusif
tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki
sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda.
Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati
dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda
pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi
belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah
tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan,
dll).
Keterbukaan seorang
pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam mengembangkan
potensi pribadinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan
untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan
berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan psikis mereka. Di samping itu,
harus dihindari segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan,
hinaan, atau dipermalukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana
keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai alternatif kebebasan
mengemukakan ide/gagasan dapat diciptakan.
Dalam hal lainnya, tidak
dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan unik. Faktor
tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus diakui
sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus
selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu
harus sama dalam pribadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja suasana yang
seakan hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan
perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar belakang
kebudayaan, dan pengalaman masa lampau masing-masing individu dapat memberi
warna yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil.
Bagi orang dewasa,
terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang
mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku
dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh.
Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun
kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang wajar dari belajar.
Pada akhirnya, orang dewasa
ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada
kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian,
diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya
berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya
dari orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.
Setiap individu orang
dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena
semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan
fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya
memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi
(1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh dengan
menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan
perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan.
2.4. Asumsi-asumsi Pokok Teori Belajar Orang Dewasa
Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan
konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
1. Konsep
Diri: Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari
ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri
sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Karena
kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain
sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination),
mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction).
2. Peranan
Pengalaman: Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang
individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya,
seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya
kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar
yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan
dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru.
3. Kesiapan
Belajar: Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan
perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau
paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh
tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang
anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada
orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang
harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin
organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu
pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu
disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.
4. Orientasi
Belajar: Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah
ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi
pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa
mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan
permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan
belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya
dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.
2.5. Kelebihan dan Kelemahan dari Teori Belajar Orang
Dewasa
Pendidikan orang dewasa
terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa
atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh
sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan
menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam
kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur
hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi
yang dapat dipertanggung jawabkan.
Andragogi memiliki
kelemahan, salah satunya adalah bahwa bagaimana mungkin seorang siswa yang
tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memilih apa
yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogi hanya sebagai suatu sistem yang
mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah
pendidikan itu dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan penjagaan terhadap
ilmu-ilmu yang sudah ada? jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa,
tentu saja satu waktu ilmu tersebut akan hilang. Dan bagaimana siswa dibiarkan
memilih jika ada persyaratan kemampuan yang memang mesti dimiliki seandainya
siswa mau belajar ilmu tertentu. Tak mungkinlah siswa SD dibiarkan memilih mata
pelajaran Integral Diferensial sebelum mereka menguasai dulu perkalian, jumlah,
kurang bagi, dll. Atau bisa dikatakan juga tak mungkin seorang pengajar itu
membiarkan siswanya belajar materi yang sudah tinggi sebelum belajar mengenai
materi dasarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini
yaitu sebagai berikut :
1. Pendidikan orang dewasa
adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai
orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan
dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai,
dan keterampilan.
2. Menurut
Teori Alexander
Kapp menjelaskan andragogi dengan menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa
terutama dalam menjelaskan teori pendidikan yang dilahirkan ahli filsafat
Plato.
3. Salah satu karakteristik belajar orang
dewasa yaitu Orang Dewasa
Memiliki Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar. Hal ini dikarenakan mereka
ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tujuan mereka lebih nyata bahwa apa
yang mereka pelajari haruslah dapat diaplikasikan.
4. Malcolm
Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi
yaitu Konsep Diri, Peranan Pengalaman, Kesiapan Belajar dan Orientasi
Belajar
5.
Dengan menggunakan teori
andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka
pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat
diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat
dipertanggung jawabkan.
3.2. Saran
1. Sebaiknya dalam pendidikan bagi orang dewasa lebih diberatkan ke
diskusi dan demonstrasi dibanding hanya menerangkan.
2. Penyuluh harus mampu memahami pendidikan orang dewasa yang
nantinya akan bermanfaat dalam kegiatan penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA
Lanandi, A.G. 1982. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Gramedia.
Nikmah, Lailatun. (2013). Teori
Belajar Andragogi. Tersedia: http://laylanikc.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-andragogi.html. Diakses 12 Maret 2017
Padmowihardjo, S. (2006). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Rosyid, Mohammad. (2014). Makalah
Andragogi. Tersedia: http://pgsdberbagi.blogspot.com/2014/01/makalah-andragogi-atau-pendidikan-orang.html. Diakses 12 Maret 2017
Vera. (2013). Teori Belajar
Orang Dewasa. Tersedia: http://rara-rememberme.blogspot.com/2013/04/aplikasi-teori-belajar-orang-dewasa.html. Diakses 12 Maret 2017
Wahyu Suprapti dan Sri Murtini, 2006. Filsafat Belajar Orang Dewasa.
Lembaga Adninistrasi Negara Republik Indonesia.