Selasa, 21 Maret 2017

Perilaku Belajar Orang Dewasa dalam Kegiatan Penyuluhan



PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PETERNAKAN
(Perilaku Belajar Orang Dewasa dalam Kegiatan Penyuluhan)




Oleh :
NAMA                       : NURAENI PRIMAWATI
NIM                           : L1A1 14 095






JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017


BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting dalam usahanya mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Belajar dirasa penting karena kehidupan manusia semakin berkembang dan semakin maju seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, tanpa belajar manusia akan tertinggal dan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Dengan demikian belajar merupakan suatu kebutuhan yang dirasa sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia, sejak lahir hingga akhir hayatnya. (Malik. H, 2011).
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan bersifat sepanjang hayat dan hanya akan terhenti ketika seseorang telah dijemput oleh kematian. Berangkat dari hal tersebut maka muncullah salah satu jenis pendidikan yang disebut pendidikan orang dewasa. (Yulianti. I, 2011)
Pada dasarnya orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman belajar dalam hidupnya sehingga dalam proses pengajarannya harus dilakukan dengan menggunakan teori belajar untuk orang dewasa yang tentunya sangat berbeda dengan teori pengajaran untuk anak-anak serta pengajarannya pun harus dilakukan oleh tenaga pendidikan yang telah memahami berbagai teori dan konsep tentang pengajaran untuk orang dewasa.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat kami ambil dari makalah ini yaitu :
1.      Apa yang dimaksud  pendidikan orang dewasa/andragogi ?
2.    Bagaimana Perkembangan teori belajar orang dewasa ?
3.    Bagaimana karakteristik belajar orang dewasa ?
4.    Apa asumsi-asumsi pokok dari teori belajar orang dewasa ?
5.    Apa kelebihan dan kelemahan dari teori belajar orang dewasa ?
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1.      Dapat menjelaskan pengertian pendidikan orang dewasa/andragogi
2.      Dapat mengetahui perkembangan teori belajar orang dewasa
3.      Dapat mengetahui karakteristik belajar orang dewasa
4.      Dapat mengetahui  asumsi-asumsi pokok dari teori belajar orang dewasa
5.      Dapat mengetahui  kelebihan dan kelemahan dari teori belajar orang dewasa





 

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pendidikan Orang Dewasa/Andargogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).
Pendidikan dewasa adalah suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Bagi orang dewasa belajar berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya ( Pannen dalam Supriantono, 2008).
Menurut UNESCO dalam Supriantono mendefinisikan pendidikan orang dewasa berikut ini : Keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan apapun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas.
Defenisi di atas mengindikasikan bahwa pendidikan orang dewasa harus terorganisir dan berorientasi pada pengembangan dan perubahan kognitif, afektif dan psikomotor serta berpartisipasi aktif dalam pengembangan EKOSOSBUD.
Orang dewasa sendiri dapat didefenisikan dalam tiga aspek yaitu :
  1. Biologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan reproduksi.
  2. Psikologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
  3. Sosiologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepadanya.
Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan.
2.2. Perkembangan Teori Belajar Orang Dewasa
Ditemukannya istilah andragogi dimulai dari tahun 1833, oleh Alexander Kapp, Kapp menjelaskan andragogi dengan menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa terutama dalam menjelaskan teori pendidikan yang dilahirkan ahli filsafat Plato. Secara runtut berikut ini dijelaskan sejarah perkembangan penggunaan istilah andragogi dari tahun ke tahun sebagai teori pendidikan baru di samping teori pedagogi:
1.     Pada abad 18 sekitar tahun 1833, Alexander Kapp menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa untuk menjelaskan teori pendidikan yang dikembangkan dan dilahirkan ahli-ahli filsafat seperti Plato. Kemudian Gernan Enchevort membuat studi tentang asal mula penggunaan istilah andragogi. 
2.      Pada abad 19 tepatnya tahun 1919, Adam Smith memberikan sebuah argumentasi tentang pendidikan untuk orang dewasa “pendidikan juga tidak hanya untuk anak-anak, tetapi pendidikan juga untuk orang dewasa”. 
3.      Tahun 1921, Eugar Rosenstock menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa menggunakan guru khusus, metode khusus dan filsafat khusus. Edward Lindeman menerbitkan buku “Meaning Of Adult Education” yang pada intinya berisi tentang: 1) Pendekatan Pendidikan orang dewasa dimulai dari situasi, 2) Sumber utama pendidikan orang dewasa adalah pengalaman si belajar ia juga menyatakan ada empat asumsi pendidikan orangdewasa, yaitu:
a.       Orang dewasa termotivasi belajar oleh kebutuhan pengakuan.
b.      Orientasi orang dewasa belajar adalah berpusat pada kehidupan.
c.       Pengalaman adalah sumber belajar.
d.      Pendidikan orang dewasa memperhatikan perbedaan bentuk, waktu, tempat  dan lingkungan. 
4.      Pada tahun 1929, Lawrence P. jacks menulis dalam journal Adult of education, bahwa pendapatan dan kehidupan adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan. Ia mengistilahkan pendidikan orang dewasa (POD) dengan Continuing School dan berbasis pada pendapatan dan kehidupan.
5.      Tahun 1930, Arceak AB mengenalkan istilah pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup dalam rangka pendidikan untuk manusia. Pada tahun itu Robert D. Leigh menyimpulkan dari hasil studinya dalam journal Adult Education bahwa belajar orang dewasa sangat berkaitan erat dengan pengalaman sehari-hari, sehingga pengetahuan baru harus berdasar pengalaman hidup sehari-hari.
6.      Pada tahun 1931, Lyman Buson menyusun buku “Adult Education” yang membahas secara terperinci tentang tujuan pendidikan orang dewasa sebagai sebuah bentuk sosial untuk mencapai kesamaan tujuan program pada semua institusi pendidikan orang dewasa.
7.      Tahun 1938, Alan Rogers menulis dalam journal Adult Education bahwa salah satu tipe pendidikan orang dewasa adalah berdasarkan penggunaan metode baru sebagai prosedur atau langkah pada pembelajarannya.
8.      Sekitar tahun 1939, Rat Herton menulis dalam journal Adult Education bahwa pada High School, dalam belajar orang dewasa mempunyai beberapa pengetahuan atau kecakapan sehingga proses belajar harus seperti yang dimulai atau dilakukan orang yang belajar tersebut. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Ben H. Cherrington yang ditulis dalam journal Adult Education, bahwa pada pendidikan orang dewasa yang demokratis, orang belajar menggunakan metode belajar aktif mandiri dan bebas memilih belajar dan hasil belajar. Anggapan tersebut dipertegas lagi oleh Wandell Thoman dalam journal Adult Education, bahwa pendidikan orang dewasa berbeda dengan sekolah di dalam keindividualan dan tanggung jawab sosial.
9.      Dimulai pada tahun 1950, Malcolm Knowles menyusun “Informal Adult Education” yang menyatakan bahwa inti Pendidikan orang dewasa berbeda dengan Pendidikan tradisional. Rogers menyatakan bahwa pendidikan juga dihubungkan dengan perubahan tingkah laku, dimana hal ini sesuai dengan pembelajaran orang dewasa.
10.  Tahun 1954, Kurt Lewin menyatakan bahwa belajar terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang efektif dilakukan melalui kelompok.
11.  Tahun 1961, April O. Houle menyatakan bahwa orang-orang dewasa tertarik pada continuing education dan alasan orang-orang dewasa belajar adalah: 1) the goal – oriented learners, 2) the activity – oriented learners, 3) the learning– oriented learners.
12.  Tahun 1961, Maslow menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus mencapai aktualisasi diri. Carl Rogers menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus dapat menunjukan fungsinya.

2.3. Karakteristik Belajar Orang Dewasa
1.      Orang Dewasa Telah Memiliki Lebih Banyak Pengalaman Hidup
Menghubungkan pengalaman-pengalaman dengan konsep-konsep yang ingin dipelajari serta menjadikan pengalaman sebagai sumber pembelajaran. Oleh karena itu metode yang digunakan berfokus pada diskusi dan aplikasi materi.
2.      Orang Dewasa Memiliki Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar
Hal ini dikarenakan mereka ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tujuan mereka lebih nyata bahwa apa yang mereka pelajari haruslah dapat diaplikasikan.
3.      Orang Dewasa Telah Memiliki Banyak Peran dan Tanggung Jawab
Banyaknya peran dan tanggung jawab menyebabkan waktu belajar orang dewasa terbatas. Oleh karena itu, pendidik orang dewasa penting untuk dapat memahami persaingan penggunaan waktu ini.
4.      Kurang Percaya Pada Kemampuan Diri untuk Belajar Kembali
Tekadang orang dewasa enggan untuk melibatkan diri dalam aktivitas pendidikan dalam pendidikan orang dewasa mungkin disebabkan oleh faktor fisik atau kepercayaan masyarakat yang keliru.
5.      Orang Dewasa Lebih Beragam dari Pada Pemuda
6.      Setiap individu berbeda dalam kemampuan serta kesiapannya menghadapi kelompok-klelompok belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan dengan pertukaran pengalaman.
Selain itu, sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut, maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).
Keterbukaan seorang pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam mengembangkan potensi pribadinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan psikis mereka. Di samping itu, harus dihindari segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau dipermalukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai alternatif kebebasan mengemukakan ide/gagasan dapat diciptakan.
Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama dalam pribadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan, dan pengalaman masa lampau masing-masing individu dapat memberi warna yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil.
Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang wajar dari belajar.
Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dari orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.
Setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan.
2.4.   Asumsi-asumsi Pokok Teori Belajar Orang Dewasa
Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
1.      Konsep Diri: Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction).
2.       Peranan Pengalaman: Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru.
3.       Kesiapan Belajar: Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.
4.      Orientasi Belajar: Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.
2.5. Kelebihan dan Kelemahan dari Teori Belajar Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Andragogi memiliki kelemahan, salah satunya adalah bahwa bagaimana mungkin seorang siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memilih apa yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogi hanya sebagai suatu sistem yang mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah pendidikan itu dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan penjagaan terhadap ilmu-ilmu yang sudah ada? jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu waktu ilmu tersebut akan hilang. Dan bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada persyaratan kemampuan yang memang mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar ilmu tertentu. Tak mungkinlah siswa SD dibiarkan memilih mata pelajaran Integral Diferensial sebelum mereka menguasai dulu perkalian, jumlah, kurang bagi, dll. Atau bisa dikatakan juga tak mungkin seorang pengajar itu membiarkan siswanya belajar materi yang sudah tinggi sebelum belajar mengenai materi dasarnya.



BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
            Kesimpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.      Pendidikan orang dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan.
2.      Menurut Teori Alexander Kapp menjelaskan andragogi dengan menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa terutama dalam menjelaskan teori pendidikan yang dilahirkan ahli filsafat Plato.
3.      Salah satu karakteristik belajar orang dewasa yaitu Orang Dewasa Memiliki Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar. Hal ini dikarenakan mereka ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tujuan mereka lebih nyata bahwa apa yang mereka pelajari haruslah dapat diaplikasikan.
4.      Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi yaitu Konsep Diri, Peranan Pengalaman, Kesiapan Belajar dan Orientasi Belajar
5.      Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.
3.2. Saran
1. Sebaiknya dalam pendidikan bagi orang dewasa lebih diberatkan ke diskusi dan demonstrasi dibanding hanya menerangkan.
2. Penyuluh harus mampu memahami pendidikan orang dewasa yang nantinya akan bermanfaat dalam kegiatan penyuluhan.


DAFTAR PUSTAKA

Lanandi, A.G. 1982. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Gramedia.
Nikmah, Lailatun. (2013). Teori Belajar Andragogi. Tersedia: http://laylanikc.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-andragogi.html. Diakses 12 Maret 2017
Padmowihardjo, S. (2006). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rosyid, Mohammad. (2014). Makalah Andragogi. Tersedia: http://pgsdberbagi.blogspot.com/2014/01/makalah-andragogi-atau-pendidikan-orang.html. Diakses 12 Maret 2017
Vera. (2013). Teori Belajar Orang Dewasa. Tersedia: http://rara-rememberme.blogspot.com/2013/04/aplikasi-teori-belajar-orang-dewasa.html. Diakses 12 Maret 2017
Wahyu Suprapti dan Sri Murtini, 2006. Filsafat Belajar Orang Dewasa. Lembaga Adninistrasi Negara Republik Indonesia.