Jumat, 10 Maret 2017

Laporan Praktikum "Ukuran-Ukuran Tetas pada Telur Ayam Kampung (Gallus domestikus) dan Telur Burung Puyuh (Cotururmix-corutmix japonica)"



Laporan Praktikum I
Ilmu Pemuliaan Ternak
"Ukuran-Ukuran Tetas pada Telur Ayam Kampung (Gallus domestikus) dan Telur Burung Puyuh (Cotururmix-corutmix japonica)"

 
Oleh:

Nama                   :  Nuraeni Primawati
Nim                      :  L1A1 14 095
Kelas                    :  B
Kelompok            :  II (Dua)
Nama Asisten      :  Ashar


Jurusan Peternakan
Fakultas Peternakn
Universitas Halu Oleo
Kendari
2016
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dunia peternakan khususnya bidang perunggasan dituntut untuk menghasilkan produk peternakan yang kualitas dan kuantitasnya harus tinggi, baik itu dari daging maupun telur. Untuk memenuhinya maka harus tersedia unggas dalam jumlah yang banyak pula. Jika hanya bergantung secara alami, maka jumlah unggas yang dibutuhkan tidak tercapai, oleh karena itu diperlukan teknologi yang dalam waktu yang singkat dapat menghasilkan anakan unggas dalam jumlah yang banyak. Hal ini dapat dilakukan dengan penetasan telur memakai mesin tetas.
 Mesin penetas atau inkubator ada yang berbentuk sederhana, semi otomatis dan modern. Alat ini dapat menetaskan telur dalam jumlah banyak dan memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu dari 50 - 100 butir. Dengan menggunakan mesin tetas dapat mendorong industri perunggasan dalam penyediaan bibit unggul dalam jumlah besar dan dalam waktu yang bersamaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas perlu diketahui untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu penetasan.
Telur tetas merupakan telur yang didapatkan dari induknya yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan tertentu. Salah satu jenis unggas yang dapat menghasilkan telur setiap hari yang telah kita kenal adalah ayam kampung. Penetasan telur ayam kampung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan telur dengan induk dan menggunakan mesin penetas atau incubator. Menetaskan telur berarti mengeramkan telur agar menetas dengan tanda kerabang telur terbuka atau pecah sehingga anak dapat keluar dan hidup. Penetasan secara alami melalui induk kurang efektif dan efisien karena terbatasnya telur yang dapat ditetaskan dalam waktu tertentu.
Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik itu suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan penetasan secara alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu - waktu, dapat dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan anak dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan seleksi pada telur.
Hal-hal yang mendukung keberhasilan dari penetasan dengan mesin tetas antara lain adalah telur tetas itu sendiri harus telur yang fertil yaitu telur dari betina yang di kawini pejantan, suhu dalam mesin tetas sekitar 102°F, kelembaban 60%, sirkulasi udara dalam mesin tetas lancar, pemutaran telur dan juga candling yaitu peneropongan telur selama proses penetasan sehingga dapat diketahui pertumbuhan embrionya.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan  pada praktikum ukuran-ukuran tetas pada telur burung ayam kampung dan telur burung puyuh yaitu :
1.      Untuk mengetahui rataan bobot telur, panjang telur, diameter telur ayam kampung dan telur puyuh.
2.      Untuk mengetahui persentasi indeks telur dan koefisien keragaman telur ayam kampung dan burung puyuh.
3.      Untuk mengetahui persentase koefisien keragaman pada bobot telur, panjang dan diameter telur ayam kampung dan telur puyuh.

1.3. Manfaat
Adapun manfaat pada praktikum ukuran-ukuran tetas pada telur burung ayam kampung dan telur burung puyuh yaitu :
1.      Dapat mengetahui rataan bobot telur, panjang telur, diameter telur ayam kampung dan telur puyuh.
2.      Dapat  mengetahui persentasi indeks telur dan koefisien keragaman telur ayam kampung dan burung puyuh.
3.      Dapat  mengetahui persentase koefisien keragaman pada bobot telur, panjang dan diameter telur ayam kampung dan telur puyuh.




II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telur Ayam Kampung
            Ayam kampung berperanan penting sebagai sumber produksi daging dan telur untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, disamping sebagai sumber pendapatan tambahan. Akan tetapi, dalam memproduksi daging dan telur, produktivitas ayam kampung lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas ayam ras pedaging maupun petelur. Dengan pemeliharaan secara tradisional dengan kondisi pedesaan, produksi telur ayam kampung rata-rata 10-11 butir per satu periode bertelur. Sedangkan bobot telur ayam kampung berkisar antara 32,75 – 36,96 gram. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam kampung mengemukakan bahwa produksi telur ayam kampung 30-80 butir per tahun dengan bobot telur rata-rata 37,5 gram; sedangkan ayam ras yang dipelihara secara intensif dapat berproduksi 200-250 butir per tahun dengan bobot telur rata-rata 55,6 gram. Secara lebih rinci Wihandoyo et al (2005)
Produksi telur ayam kampung yang dipelihara secara intensif dapat mencapai 151 butir/ekor/tahun (Creswell dan Gunawan, 2002). Sedangkan Teguh et al.
(2007) melaporkan bahwa ayam kampung dengan pemeliharaan secara tradisional hanya menghasilkan produksi telur 58 butir/ekor/ tahun. Lebih lanjut Teguh et al (2007) dikemukakan bahwa ayam kampung yang mengasuh anaknya sampai lepas sapih, produksi telur hanya mencapai 52 butir/ekor/ tahun, tapi bila dipisahkan anaknya sejak menetas dapat mencapai 115 butir/ekor/tahun. Rata-rata produksi telur dan bobot telur ayam kampung yang dipelihara secara tradisional dan intensif. Bobot telur dipengaruhi oleh ukuran tubuh induk ayam. Induk ayam yang besar menghasilkan telur yang besar, Goodwin (2008).
           Bentuk telur secara umum di pengaruhi oleh faktor genetis dimana setiap induk bertelur berurutan dengan bentuk yang sama, yaitu bulat, panjang,  lonjong dan sebagainya. Besar dan bobot telur yang berasal dari satu ayam bervariasi (Suprijatna, 2005). Bentuk telur dinyatakan dengan indeks telur, yaitu perbandingan antara diameter lebar dan panjang yang dinyatakan dalam persen. Nilai indeks telur beragam antara 65-82% dan idealnya adalah antara 70-75%. Penyebab terjadinya variasi indeks telur adalah belum diterangkan secara jelas, namun diduga sebagai akibat dari perputaran telur didalam alat reproduksi atau ditentukan oleh diameter lumen alat reproduksi (Yuwanta, 2006). Indeks bentuk telur dapat dihitung dengan melakukan perbandingan lebar telur terhadap panjang telur, kemudian dikali 100 % (Suprijatna, 2005).
2.2. Telur Burung Puyuh
Burung puyuh jenis Coturnix-coturnix japonica lazim diternakkan oleh peternak yang menghendaki produksi telur yang tinggi. Burung puyuh ini mampu menghasilkan sebanyak 250-300 butir telur/tahun dengan periode bertelur selama 9-12 bulan. Burung puyuh betinanya mulai bertelur pada umur 35 hari. Ciri khas perbedaan jantan dan betina terdapat pada warna, suara dan berat tubunya. Burung puyuh betina pada bulu leher dan dada bagian atas warnanya lebih terang serta terdapat totol-totol cokelat tua bagian leher sampai dada, sedangkan burung puyuh jantan bulu dadanya polos berwarna cinnamon (cokelat muda). Suara burung puyuh jantan lebih besar dibandingkan burung puyuh betina sebaliknya bobot burung puyuh betina lebih berat daripada burung puyuh jantan (Nugroho dan Mayun, 2010)
Telur burung puyuh dapat ditetaskan dengan mesin tetas buatan. Selama ditetaskan telur tadi perlu diputar 90° dan paling sedikit sehari diputar 4-6 kali. Menetaskan telur burung puyuh tidak berbeda dengan telur ayam. Minggu pertama : 38,3°C (101°F). Minggu kedua sampai menetas : 39°C (103°F). Suhunya diusahakan jangan sampai lebih dari 39,4°C (103°F). Termometer untuk mengukur suhu mesin tetas diletakkan sejajar dengan ujung telur, dengan maksud supaya termometer tersebut menunjukkan suhu telur-telur yang ditetaskan. Kelembabannya tidak boleh kurang dari 60% (tabung yang basah pada hygrometer) 30,6°C (87°F) sampai hari ke 14 setelah itu dinaikkan 32,3°C (90°F) sampai proses penetasan selesai. Temperatur Mesin Tetas Dalam prakteknya temperatur mesin tetas sering dibuat stabil sekitar 103°F (39,4°C) untuk semua penetasan telur unggas. Kelembaban mesin tetas untuk penetasan telur berbagai jenis unggas relatif sama, yaitu sekitar 60-70%. Selama persiapan ventilasi atas mesin tetas ditutup sampai hari penetasan ke tiga (Suprijatna ,2005).
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870, dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia (Yuwanta, 2006).
2.3. Berat Telur Ayam Kampung
Siregar dan Sabrani (2006) mengemukakan bahwa produksi telur ayam kampung 30-80 butir per tahun dengan bobot telur rata-rata 37,5 gram; sedangkan ayam ras yang dipelihara secara intensif dapat berproduksi 200-250 butir per tahun dengan bobot telur rata-rata 55,6 gram. Secara lebih rinci Wihandoyo et al. (2005) melaporkan mengenai produksi, daya tetas dan kualitas telur ayam kampung pada dua periode penelitian ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi, daya tetas dan kualitas telur ayam kampung
Uraian                                                                        Periode peneluran
                                                                       I                                   II
Jumlah telur (butir)                8,92 + 1,54                  8,92 + 1,73
Berat telur (gram)                  39,96 + 4,44                42,36 + 4,22
Daya tetas (%)                       61,75 + 21,97              78,14 + 22,49
Tebal kerabang (mm)                         0,34 + 0,09                  0,30 + 0,07
Warna kuning                        6,62 + 1,60                  7,60 + 1,64
Hough unit (%)                      87,47 + 10,50              85,31 + 7,47
Sumber: Wihandoyo et al. (2005)

Tabel 4. Produksi dan bobot telur ayam kampung dan ayam ras petelur yang dipelihara secara tradisional dan intensif
Jenis ayam                                          Pola pemeliharaan
                                                 Tradisional                            intensif
Ayam kampung                     
 Produksi telur (butir/tahun)      30 – 60                          105 – 151
 Bobot telur (gram/butir)            37,50                              45,27
 Umur masak kelamin (hari)     157 – 229                         166,76 
 Ayam ras petelur    
 Produksi telur (butir/tahun)             --                             200 – 250
Bobot telur (gram/butir)                   --                              55,6
 Umur masak kelamin (hari)            --                              164,08
Sumber: Hardjosubroto dan Atmodjo (2007), Wihandoyo dan Mulyadi (2005)
Produksi telur ayam kampung yang dipelihara secara intensif dapat mencapai 151 butir/ekor/tahun (Creswell Dan Gunawan, 2006). Sedangkan Teguh et al. (2007) melaporkan bahwa ayam kampung dengan pemeliharaan secara tradisional hanya menghasilkan produksi telur 58 butir/ekor/ tahun. Lebih lanjut Teguh et al (2007) dikemukakan bahwa ayam kampung yang mengasuh anaknya sampai lepas sapih, produksi telur hanya mencapai 52 butir/ekor/ tahun, tapi bila dipisahkan anaknya sejak menetas dapat mencapai 115 butir/ekor/tahun. Rata-rata produksi telur dan bobot telur ayam kampung yang dipelihara secara tradisional dan intensif tercantum pada Tabel 4.
Bobot telur dipengaruhi oleh ukuran tubuh induk ayam. Induk ayam yang besar menghasilkan telur yang besar. Goodwin (2008) mengemukakan bahwa dari telur yang besar akan dihasilkan anak ayam dengan pertumbuhan yang cepat. Setiap kenaikan satu gram bobot telur tetas meningkatkan 5 gram bobot badan ayam pedaging pada umur 9 minggu. Telur yang ditetaskan dari berbagai umur induk ayam mempengaruhi sifat-sifat reproduksi ayam kampung. Semakin tinggi umur induk, daya tetas telur yang dihasilkan semakin tinggi.

2.4. Berat Telur Burung Puyuh
           Bobot telur puyuh yang baik berkisar antara 9-10 gram.  Selain mempengaruhi daya tetas, bobot telur juga mempengaruhi bobot tetas, dimana bobot telur tetas tinggi  akan menghasilkan bobot tetas yang tinggi dan sebaliknya. Berat telur merupakan salah satu sifat yang diwariskan induk kepada anaknya.Faktor yang berpengaruh terhadap berat telur adalah berat badan puyuh, umur induk, umur saat pertama kali bertelur dan tingkat produksi telur (gen). Semakin tua umur pertama kali bertelur, maka akan semakin berat pula telur yang dihasilkan. Berat telur pada masa produktif puyuh selama 4 minggu pertama adalah sekitar 8,9 gram (terendah). Telur berukuran sedang mempunyai ciri berat 94-105 butir/kg, bercaknya jelas dan mempunyai kulit telur yang tebal (Sugiharto, 2005).









III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di kandang Unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo. Waktu pelaksanaan hari Sabtu, 12 Maret 2016 mulai pukul 17.00 WITA sampai selesai.
3.2. Alat dan Bahan
           Adapun alat  yang digunakan praktikum ukuran-ukuran tetas pada telur ayan kampong dan telur burung puyuh adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan Kegunaan yang digunakan pada praktikum ukuran-ukuran tetas pada telur ayam kampung dan telur burung puyuh
No.
         Alat
Kegunaan
1.
Jangka sorong
Untuk mengukur panjang dan diameter telur
2.
Timbangan
Untuk menimbang berat telur
3.
Spidol permanent
Untuk menuliskan kode pada telur
4.
Alat tulis
Untuk menulis hasil pengamatan
          
           Adapun bahan yang digunakan praktikum ukuran-ukuran tetas pada telur ayan kampong dan telur burung puyuh adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan yang digunakan pada praktikum ukuran-ukuran tetas pada telur ayam kampung dan telur burung puyuh
No.
Bahan
Kegunaan
1.
2.
Telur Ayam Kampung
Telur Burung Puyuh
Sebagai bahan pengamatan
Sebagai bahan pengamatan


3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum Karekteristik dan Ukuran Dimensi TelurAyam Kampung adalah sebagai berikut:
1.      Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum,
2.      Menimbang telur ayam kampung, dan telur burung puyuh.
3.      Mengukur panjang telur ayam kampong, dan telur burung puyuh.
 






4.      Mengukur diameter  telur ayam kampung, dan telur burung puyuh.
                             



5.      Menghitung indeks telur dengan membandingkan lebar dengan panjang telur lalu dikaliakan 100 %.
6.      Memasukan telur ayam kampung dan telur burung puyuh dalam mesin tetas.
7.      Menghitung nilai vertilitasya setelah lima hari.
8.      Menuliskan hasil pengukuran.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Rataan Ukuran-ukuran Telur Ayam Kampung dan Telur Burung Puyuh
Hasil pengamatan pada praktikum Rataan Bobot Telur, Panjang Telur, Diameter Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Bobot Telur, Panjang Telur, Diameter Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh
Jenis Telur
Ukuran telur
Bobot telur (g)
Panjang (cm)
Diameter (cm)
Ayam Kampung
41.86±4.16
4.53±0.64
4,22±3,01
Puyuh
9,80 ±1,38
2,93±0,19
2,36±0.50
          
 Hasil pengamatan yang diperoleh pada tabel 5 adalah pada telur ayam kampung memiliki rataan bobot telur adalah 41.86±4.16 gram, hasil pengamatan yang diperoleh sesuai dengan pendapat Haryono (2000) bahwa telur ayam kampung memiliki kisaran bobot antara 35-45 gram. Berat telur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, genetik, tingkatan dewasa kelamin induk. Sementara pendapat Hardjosubroto (2007) yang menyatakan bahwa berat telur ayam kampung kurang dari 42,6 gram.
panjang telur ayam kampung adalah 4.53±0.64 cm, dan diameter telur adalah 4,22±3,01 cm. Hasil pengamatan yang di peroleh sesuai, Menurut Suprijatna (2005) bahwa panjang Telur Ayam Kampung yang idealnya adalah kurang lebih 5 cm, sedangkan lebar telur ayam kampung adalah 4 cm.
Pada telur burung puyuh memiliki bobot telur adalah 9,80 ±1,38gram, Hasil pengamatan ini sesuai dengan pendapat Mahi (2012) bahwa Bobot telur tetas yang baik untuk  burung  puyuh  berkisar  antara 9- 10 gram.
 Selain bobot telur ukuran lain yang diukur adalah panjang telur. Panjang  telur ini nantinya akan berpengaruh terhadap indeks telur. Semakin panjang ukuran telur maka indeksnya semakin menurun. Sebaliknya semakin  pendek ukurannya maka indeksya semakin tinggi. Panjang telur burung puyuh  berdasarkan hasil pengamatan adalah 2,93±0,19.
 Sedangkan diamaeter atau lebar telur burung puyuh pada hasil pengamtan adalah 2,36±0,50. Lebar juga sangat menentukan nilai indeks telur, semakin tinggi nilai lebar telur maka semakin tinggi pula nilai indeks telur dan sebaliknya semakin rendah nilai lebar telur maka semakin rendah pula nilai indeks telur.
4.2. Persentasi Indeks Telur dan Koefisien Keragaman Telur Ayam Kampung dan Burung Puyuh.
Hasil pengamatan pada praktikum Persentasi Indeks Telur dan Koefisien Keragaman Telur Ayam Kampung dan Burung Puyuh Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Indeks Telur dan Kofisien Keragaman Telur Ayam Kampung dan   Telur Puyuh
Ukuran
Indeks telur (%)
Ayam Kampung
95,13±62,14
Puyuh
81,10±19,29

           Berdasarkan Tabel 5 hasil pengamatan yang diperoleh adalah pada telur ayam kampung memiliki persentasi indeks telur dan koefisien keragaman adalah 95,13±62,14. Hal ini tidak sesuai pernyataan Nasution (2009) bahwa indeks telur yang baik berkisar 70%-79%.Sementara itu menurut Sodak (2011) kisaran indeks telur yang normal adalah 70%-74%.Telur yang baik berbentuk oval dan idealnya mempunyai "Shape Index" (SI) antara 72-76 (Haryono, 2000).
           Nilai indeks telur  burung puyuh pada pengamatan ini yaitu  81,10±19,29. Sedangkan hasil pengamatan Srigandono, 1997 menunjukan bahwa  indeks hough pada telur puyuh adalah sebesar 77,96-80,20. Semakin besar indeks telur dapat berarti semakin besar atau bagus  kualitas pada telur tersebut. Indeks telur yang bagus nantinya juga akan menentikan daya tetas pada ternak yang bersangkutan.Hal ini sesuai dengan  pendapat Srigandono (1997) bentuk telur merupakan salah satu unsur genetik yang diturunkan dari induk kepada anaknya, untuk mengetahuinya dapat dilakukan perhitungan dengan cara lebar telur dibagi panjang telur dan hasilnya dikali seratus.
4.3. Persentase Koefisien Keragaman Pada Bobot Telur, Panjang dan Diameter Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh.

Hasil pengamatan pada praktikum persentase koefisien keragaman pada bobot telur, panjang dan diameter telur ayam kampung dan telur puyuh tabel 7.



Tabel 7. Persentase Koefisien Keragaman Pada Bobot Telur, Panjang dan Diameter Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh.
Ukuran Telur
Ayam Kampung
Puyuh
Bobot Telur (%)
9.93
14
Panjang Telur (%)
14.12
6,48
Diameter Telur (%)
71,32
21,18

Berdasarkan Tabel 7  hasil pengamatan yang diperoleh adalah pada telur ayam kampung memiliki persentase koefisien keragaman adalah pada ayam kampung memiliki koefisien keragaman bobot telur yaitu 9,93, koefisien keragaman panjang telur adalah 14,12, dan koefisien keragaman diameter telur adalah 71,32. Sedangkan pada telur burung puyuh memiliki koefisien keragaman  pada bobot telur yaitu 14, koefisien keragaman pajang telur adalah 6,48, dan koefisien keragaman diameter telur adalah 21,18.
Hal ini  sesuai dengan pendapat Siregar dan Sabrani (2006) yang mengemukakan bahwa produksi telur ayam kampung 30-80 butir per tahun dengan bobot telur rata-rata 37,5 gram; sedangkan ayam ras yang dipelihara secara intensif dapat berproduksi 200-250 butir per tahun dengan bobot telur rata-rata 55,6 gram.
          




V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan  diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.    Bobot telur pada ayam kampung adalah 41.86±4.16, panjang telur adalah 4.53±0.64, dan diameter telur adalah 4,22±3,01, sedangkan pada telur burung puyuh adalah bobot telur 9,80 ±1,38, panjang telur adalah 2,93±0,19, dan diameter telur adalah 2,36±0.50.
2.    Indeks telur pada telur ayam kampung adalah 95,13±62,14, sedangkan indeks pada telur burung puyuh adalah 81,10±19,29.
3.    Koefisien keragaman pada telur ayam kampung dan telur burung puyuh pada bobot dan panjang telur seragam, sedangkan diameternya beragam.  
            
5.2. Saran
Saran saya pada praktikum ini yaitu praktikum dilakukan tepat waktu dan tidak mencampur dengan kelas lain agar praktek cepat selesai dan tidak menunggu lama bagi kelas berikutnya yang akan melakukan praktikum juga.  




DAFTAR PUSTAKA
Creswell, D.C. 2002. Pertumbuhan badan dan produksi telur dari 5 strain ayam sayur pada sistem peternakan intensif. Pros. Seminar Penelitian Peternakan, Bogor.
Goodwin, K. 2008. Effect of hatching egg size and chick size upon subsequent growth rate in chicken. Poult. Sci. 44:1180.
Gunawan. 2002. Model pengembangan usaha ternak ayam buras dan upaya perbaikannya (Kasus di Kabupaten Jombang, Jawa Timur).
Nugroho, M. 2010. Burung Puyuh. Universitas Sumatra Utara.
Sodak, F.J. 2011.Karakteristik fisik dan kimia telur ayam arab pada dua peternakan di kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi. Peternakan Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Sugiharto, R. S. 2005. Meningkatkan keuntungan beternak puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Suprijatna. E. U. 2005. Atmomarsono dan R. Kartasudjana.Ilmu dasar ternak unggas. penebar swadaya, Jakarta.
Teguh et al. 2007. Lokakarya nasional inovasi teknologi pengembangan ayam lokal. Bogor. 
Wihandoyo et al. 2005. Produktivitas ayam lokal yang dipelihara secara intensif. Bogor.
Yuwanta. 2006. Balai Penelitian Ternak. Bogor.







1 komentar:

  1. Terimakasih Admin, Artikel ini sangat bermanfaat.
    Sekalian mohon ijin ya numpang iklan promosi menawarkan Produk berikut ini :

    - CaO / Kapur Bakar/ Kalsium Oksida.
    - CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
    -CaCo3 /Kalsium Karbonat.
    - Kaptan / Kapur Pertanian
    - Dolomite.
    - Zeolite .
    - Bentonite.

    Untuk informasi dan pemesanan produk Silahkan hubungi :

    Bpk Asep
    081281774186
    085793333234


    Silahkan Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.

    BalasHapus