Laporan Praktikum I
Ilmu Pemuliaan Ternak
"Ukuran-Ukuran
Tetas pada Telur Ayam Kampung (Gallus domestikus)
dan Telur Burung Puyuh (Cotururmix-corutmix
japonica)"
Oleh:
Nama : Nuraeni Primawati
Nim : L1A1 14 095
Kelas : B
Kelompok : II (Dua)
Nama Asisten :
Ashar
Jurusan Peternakan
Fakultas Peternakn
Universitas Halu Oleo
Kendari
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia peternakan khususnya bidang perunggasan
dituntut untuk menghasilkan produk peternakan yang kualitas dan kuantitasnya harus
tinggi, baik itu dari daging maupun telur. Untuk memenuhinya maka harus
tersedia unggas dalam jumlah yang banyak pula. Jika hanya bergantung secara
alami, maka jumlah unggas yang dibutuhkan tidak tercapai, oleh karena itu
diperlukan teknologi yang dalam waktu yang singkat dapat menghasilkan anakan
unggas dalam jumlah yang banyak. Hal ini dapat dilakukan dengan penetasan telur
memakai mesin tetas.
Mesin penetas
atau inkubator ada yang berbentuk sederhana, semi otomatis dan modern. Alat ini
dapat menetaskan telur dalam jumlah banyak dan memiliki kapasitas yang
bervariasi yaitu dari 50 - 100 butir. Dengan menggunakan mesin tetas dapat
mendorong industri perunggasan dalam penyediaan bibit unggul dalam jumlah besar
dan dalam waktu yang bersamaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas
perlu diketahui untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu penetasan.
Telur tetas merupakan telur yang didapatkan dari
induknya yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan tertentu. Salah
satu jenis unggas yang dapat menghasilkan telur setiap hari yang telah kita
kenal adalah ayam kampung. Penetasan telur ayam kampung dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu penetasan telur dengan induk dan menggunakan mesin penetas atau
incubator. Menetaskan telur berarti mengeramkan telur agar menetas dengan tanda
kerabang telur terbuka atau pecah sehingga anak dapat keluar dan hidup.
Penetasan secara alami melalui induk kurang efektif dan efisien karena
terbatasnya telur yang dapat ditetaskan dalam waktu tertentu.
Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas
adalah mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik
itu suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses penetasan dengan
menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan penetasan secara
alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu - waktu, dapat dilakukan dengan jumlah
telur yang banyak, menghasilkan anak dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan,
dapat dilakukan pengawasan dan seleksi pada telur.
Hal-hal yang mendukung keberhasilan dari penetasan
dengan mesin tetas antara lain adalah telur tetas itu sendiri harus telur yang
fertil yaitu telur dari betina yang di kawini pejantan, suhu dalam mesin tetas
sekitar 102°F, kelembaban 60%, sirkulasi udara dalam mesin tetas lancar,
pemutaran telur dan juga candling yaitu peneropongan telur selama proses
penetasan sehingga dapat diketahui pertumbuhan embrionya.
1.2. Tujuan
Adapun
tujuan pada praktikum ukuran-ukuran
tetas pada telur burung ayam kampung dan telur burung puyuh yaitu :
1. Untuk mengetahui rataan
bobot telur, panjang telur, diameter telur ayam kampung dan telur puyuh.
2. Untuk mengetahui persentasi
indeks telur dan koefisien keragaman telur ayam kampung dan burung puyuh.
3. Untuk mengetahui persentase koefisien
keragaman pada bobot telur, panjang dan diameter telur ayam kampung dan telur
puyuh.
1.3.
Manfaat
Adapun
manfaat pada praktikum ukuran-ukuran tetas pada telur burung ayam kampung dan
telur burung puyuh yaitu :
1. Dapat mengetahui rataan bobot telur,
panjang telur, diameter telur ayam kampung dan telur puyuh.
2. Dapat
mengetahui
persentasi indeks telur dan koefisien keragaman telur ayam kampung dan burung
puyuh.
3. Dapat
mengetahui
persentase koefisien keragaman pada bobot telur, panjang dan diameter telur
ayam kampung dan telur puyuh.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telur Ayam Kampung
Ayam kampung berperanan penting
sebagai sumber produksi daging dan telur untuk meningkatkan kualitas gizi
masyarakat, disamping sebagai sumber pendapatan tambahan. Akan tetapi, dalam
memproduksi daging dan telur, produktivitas ayam kampung lebih rendah dibandingkan
dengan produktivitas ayam ras pedaging maupun petelur. Dengan pemeliharaan
secara tradisional dengan kondisi pedesaan, produksi telur ayam kampung
rata-rata 10-11 butir per satu periode bertelur. Sedangkan bobot telur ayam
kampung berkisar antara 32,75 – 36,96 gram. Lokakarya Nasional Inovasi
Teknologi Pengembangan Ayam kampung mengemukakan bahwa produksi telur ayam
kampung 30-80 butir per tahun dengan bobot telur rata-rata 37,5 gram; sedangkan
ayam ras yang dipelihara secara intensif dapat berproduksi 200-250 butir per
tahun dengan bobot telur rata-rata 55,6 gram. Secara lebih rinci Wihandoyo et al (2005)
Produksi telur ayam kampung yang dipelihara secara intensif
dapat mencapai 151 butir/ekor/tahun (Creswell dan Gunawan, 2002). Sedangkan Teguh
et al.
(2007)
melaporkan bahwa ayam kampung dengan pemeliharaan secara tradisional hanya
menghasilkan produksi telur 58 butir/ekor/ tahun. Lebih lanjut Teguh et al (2007) dikemukakan bahwa ayam
kampung yang mengasuh anaknya sampai lepas sapih, produksi telur hanya mencapai
52 butir/ekor/ tahun, tapi bila dipisahkan anaknya sejak menetas dapat mencapai
115 butir/ekor/tahun. Rata-rata produksi telur dan bobot telur ayam kampung
yang dipelihara secara tradisional dan intensif. Bobot telur dipengaruhi oleh
ukuran tubuh induk ayam. Induk ayam yang besar menghasilkan telur yang besar, Goodwin
(2008).
Bentuk
telur secara umum di pengaruhi oleh faktor genetis dimana setiap induk
bertelur berurutan dengan bentuk yang sama, yaitu bulat, panjang, lonjong
dan sebagainya. Besar dan bobot telur yang berasal dari satu ayam bervariasi
(Suprijatna, 2005). Bentuk telur dinyatakan dengan indeks telur, yaitu
perbandingan antara diameter lebar dan panjang yang dinyatakan dalam persen.
Nilai indeks telur beragam antara 65-82% dan idealnya adalah antara 70-75%.
Penyebab terjadinya variasi indeks telur adalah belum diterangkan secara jelas,
namun diduga sebagai akibat dari perputaran telur didalam alat reproduksi atau
ditentukan oleh diameter lumen alat reproduksi (Yuwanta, 2006). Indeks bentuk
telur dapat dihitung dengan melakukan perbandingan lebar telur terhadap panjang
telur, kemudian dikali 100 % (Suprijatna,
2005).
2.2.
Telur Burung Puyuh
Burung puyuh jenis Coturnix-coturnix
japonica lazim diternakkan oleh peternak yang menghendaki produksi telur
yang tinggi. Burung puyuh ini mampu menghasilkan sebanyak 250-300 butir
telur/tahun dengan periode bertelur selama 9-12 bulan. Burung puyuh betinanya
mulai bertelur pada umur 35 hari. Ciri khas perbedaan jantan dan betina
terdapat pada warna, suara dan berat tubunya. Burung puyuh betina pada bulu
leher dan dada bagian atas warnanya lebih terang serta terdapat totol-totol
cokelat tua bagian leher sampai dada, sedangkan burung puyuh jantan bulu
dadanya polos berwarna cinnamon (cokelat muda). Suara burung puyuh jantan lebih
besar dibandingkan burung puyuh betina sebaliknya bobot burung puyuh betina
lebih berat daripada burung puyuh jantan (Nugroho dan Mayun, 2010)
Telur burung puyuh dapat ditetaskan dengan mesin tetas
buatan. Selama ditetaskan telur tadi perlu diputar 90° dan paling sedikit
sehari diputar 4-6 kali. Menetaskan telur burung puyuh tidak berbeda dengan
telur ayam. Minggu pertama : 38,3°C (101°F). Minggu kedua sampai menetas : 39°C
(103°F). Suhunya diusahakan jangan sampai lebih dari 39,4°C (103°F). Termometer
untuk mengukur suhu mesin tetas diletakkan sejajar dengan ujung telur, dengan
maksud supaya termometer tersebut menunjukkan suhu telur-telur yang ditetaskan.
Kelembabannya tidak boleh kurang dari 60% (tabung yang basah pada hygrometer)
30,6°C (87°F) sampai hari ke 14 setelah itu dinaikkan 32,3°C (90°F) sampai
proses penetasan selesai. Temperatur Mesin Tetas Dalam prakteknya temperatur
mesin tetas sering dibuat stabil sekitar 103°F (39,4°C) untuk semua penetasan
telur unggas. Kelembaban mesin tetas untuk penetasan telur berbagai jenis
unggas relatif sama, yaitu sekitar 60-70%. Selama persiapan ventilasi atas
mesin tetas ditutup sampai hari penetasan ke tiga (Suprijatna ,2005).
Puyuh
merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil,
berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs.
Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung
(liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870, dan terus
dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan
diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang
ternak yang ada di Indonesia (Yuwanta, 2006).
2.3. Berat
Telur Ayam Kampung
Siregar
dan Sabrani (2006) mengemukakan bahwa produksi telur ayam kampung 30-80 butir
per tahun dengan bobot telur rata-rata 37,5 gram; sedangkan ayam ras yang
dipelihara secara intensif dapat berproduksi 200-250 butir per tahun dengan
bobot telur rata-rata 55,6 gram. Secara lebih rinci Wihandoyo et al. (2005) melaporkan mengenai
produksi, daya tetas dan kualitas telur ayam kampung pada dua periode penelitian
ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel
3. Produksi, daya tetas dan kualitas telur ayam kampung
Uraian Periode
peneluran
I II
Jumlah
telur (butir) 8,92 + 1,54 8,92 + 1,73
Berat
telur (gram) 39,96 + 4,44 42,36 + 4,22
Daya
tetas (%) 61,75 +
21,97 78,14 + 22,49
Tebal
kerabang (mm) 0,34
+ 0,09 0,30 + 0,07
Warna
kuning 6,62
+ 1,60 7,60 + 1,64
Hough unit (%) 87,47 + 10,50 85,31 + 7,47
Sumber: Wihandoyo et al. (2005)
Tabel 4. Produksi dan bobot telur ayam kampung dan
ayam ras petelur yang dipelihara secara tradisional dan intensif
Jenis ayam Pola pemeliharaan
Tradisional
intensif
Ayam
kampung
Produksi telur (butir/tahun) 30 – 60 105 – 151
Bobot telur (gram/butir) 37,50 45,27
Umur masak kelamin (hari) 157 –
229 166,76
Ayam ras
petelur
Produksi telur (butir/tahun) -- 200 – 250
Bobot telur
(gram/butir) -- 55,6
Umur masak kelamin (hari) --
164,08
Sumber: Hardjosubroto
dan Atmodjo (2007), Wihandoyo dan Mulyadi (2005)
Produksi
telur ayam kampung yang dipelihara secara intensif dapat mencapai 151
butir/ekor/tahun (Creswell Dan Gunawan, 2006). Sedangkan Teguh et al. (2007) melaporkan bahwa ayam
kampung dengan pemeliharaan secara tradisional hanya menghasilkan produksi
telur 58 butir/ekor/ tahun. Lebih lanjut Teguh et al (2007) dikemukakan bahwa ayam kampung yang mengasuh anaknya
sampai lepas sapih, produksi telur hanya mencapai 52 butir/ekor/ tahun, tapi
bila dipisahkan anaknya sejak menetas dapat mencapai 115 butir/ekor/tahun. Rata-rata
produksi telur dan bobot telur ayam kampung yang dipelihara secara tradisional
dan intensif tercantum pada Tabel 4.
Bobot
telur dipengaruhi oleh ukuran tubuh induk ayam. Induk ayam yang besar
menghasilkan telur yang besar. Goodwin (2008) mengemukakan bahwa dari telur
yang besar akan dihasilkan anak ayam dengan pertumbuhan yang cepat. Setiap
kenaikan satu gram bobot telur tetas meningkatkan 5 gram bobot badan ayam
pedaging pada umur 9 minggu. Telur yang ditetaskan dari berbagai umur induk
ayam mempengaruhi sifat-sifat reproduksi ayam kampung. Semakin tinggi umur
induk, daya tetas telur yang dihasilkan semakin tinggi.
2.4.
Berat Telur Burung Puyuh
Bobot telur puyuh yang baik berkisar
antara 9-10 gram. Selain mempengaruhi
daya tetas, bobot telur juga mempengaruhi bobot tetas, dimana bobot telur tetas
tinggi akan menghasilkan bobot tetas
yang tinggi dan sebaliknya. Berat telur merupakan salah satu sifat yang
diwariskan induk kepada anaknya.Faktor yang berpengaruh terhadap berat telur
adalah berat badan puyuh, umur induk, umur saat pertama kali bertelur dan
tingkat produksi telur (gen). Semakin tua umur pertama kali bertelur, maka akan
semakin berat pula telur yang dihasilkan. Berat telur pada masa produktif puyuh
selama 4 minggu pertama adalah sekitar 8,9 gram (terendah). Telur berukuran
sedang mempunyai ciri berat 94-105 butir/kg, bercaknya jelas dan mempunyai
kulit telur yang tebal (Sugiharto, 2005).
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan di kandang Unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.
Waktu pelaksanaan hari Sabtu, 12 Maret 2016 mulai pukul 17.00 WITA sampai
selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan praktikum
ukuran-ukuran tetas pada telur ayan kampong dan telur burung puyuh adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan
Kegunaan yang digunakan pada praktikum ukuran-ukuran
tetas pada telur ayam kampung dan telur burung puyuh
No.
|
Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Jangka
sorong
|
Untuk
mengukur panjang dan diameter telur
|
2.
|
Timbangan
|
Untuk
menimbang berat telur
|
3.
|
Spidol
permanent
|
Untuk
menuliskan kode pada telur
|
4.
|
Alat
tulis
|
Untuk
menulis hasil pengamatan
|
Adapun bahan yang digunakan praktikum
ukuran-ukuran tetas pada telur ayan kampong dan telur burung puyuh adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Bahan dan
Kegunaan yang digunakan pada praktikum ukuran-ukuran
tetas pada telur ayam kampung dan telur burung puyuh
No.
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
2.
|
Telur Ayam
Kampung
Telur Burung
Puyuh
|
Sebagai
bahan pengamatan
Sebagai
bahan pengamatan
|
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum Karekteristik dan
Ukuran Dimensi TelurAyam Kampung adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum,
2. Menimbang
telur ayam kampung, dan telur burung puyuh.
3.
Mengukur
panjang telur ayam kampong, dan telur burung puyuh.
4.
Mengukur
diameter telur ayam kampung, dan telur
burung puyuh.
5. Menghitung
indeks telur dengan membandingkan lebar dengan panjang telur lalu dikaliakan
100 %.
6. Memasukan
telur ayam kampung dan telur burung puyuh dalam mesin tetas.
7. Menghitung
nilai vertilitasya setelah lima hari.
8. Menuliskan
hasil pengukuran.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Rataan Ukuran-ukuran Telur Ayam
Kampung dan Telur Burung Puyuh
Hasil pengamatan
pada praktikum Rataan Bobot Telur, Panjang Telur, Diameter Telur Ayam Kampung
dan Telur Puyuh dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Bobot
Telur, Panjang Telur, Diameter Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh
Jenis Telur
|
Ukuran telur
|
||
Bobot telur (g)
|
Panjang (cm)
|
Diameter (cm)
|
|
Ayam
Kampung
|
41.86±4.16
|
4.53±0.64
|
4,22±3,01
|
Puyuh
|
9,80 ±1,38
|
2,93±0,19
|
2,36±0.50
|
Hasil pengamatan yang diperoleh pada tabel 5
adalah pada telur ayam kampung memiliki rataan bobot telur adalah 41.86±4.16
gram, hasil pengamatan yang diperoleh sesuai dengan pendapat Haryono (2000)
bahwa telur ayam kampung memiliki kisaran bobot antara 35-45 gram. Berat telur
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, genetik, tingkatan dewasa kelamin
induk. Sementara pendapat Hardjosubroto (2007) yang menyatakan bahwa berat
telur ayam kampung kurang dari 42,6 gram.
panjang telur ayam
kampung adalah 4.53±0.64 cm, dan diameter telur adalah 4,22±3,01 cm. Hasil
pengamatan yang di peroleh sesuai, Menurut Suprijatna (2005) bahwa panjang
Telur Ayam Kampung yang idealnya adalah kurang lebih 5 cm, sedangkan lebar
telur ayam kampung adalah 4 cm.
Pada telur burung puyuh
memiliki bobot telur adalah 9,80 ±1,38gram, Hasil pengamatan ini sesuai dengan
pendapat Mahi (2012) bahwa Bobot telur tetas yang baik untuk burung
puyuh berkisar antara 9- 10 gram.
Selain bobot telur ukuran lain yang diukur
adalah panjang telur. Panjang telur ini
nantinya akan berpengaruh terhadap indeks telur. Semakin panjang ukuran telur maka
indeksnya semakin menurun. Sebaliknya semakin
pendek ukurannya maka indeksya semakin tinggi. Panjang telur burung
puyuh berdasarkan hasil pengamatan adalah
2,93±0,19.
Sedangkan
diamaeter atau lebar telur burung puyuh pada hasil pengamtan adalah 2,36±0,50.
Lebar juga sangat menentukan nilai indeks telur, semakin tinggi nilai lebar
telur maka semakin tinggi pula nilai indeks telur dan sebaliknya semakin rendah
nilai lebar telur maka semakin rendah pula nilai indeks telur.
4.2. Persentasi
Indeks Telur dan Koefisien Keragaman Telur Ayam Kampung dan Burung Puyuh.
Hasil pengamatan
pada praktikum Persentasi Indeks Telur dan Koefisien Keragaman Telur Ayam
Kampung dan Burung Puyuh Tabel 6.
Tabel 6. Persentase
Indeks Telur dan Kofisien Keragaman Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh
Ukuran
|
Indeks telur (%)
|
Ayam Kampung
|
95,13±62,14
|
Puyuh
|
81,10±19,29
|
Berdasarkan Tabel 5 hasil pengamatan yang
diperoleh adalah pada telur ayam kampung memiliki persentasi
indeks telur dan koefisien keragaman adalah 95,13±62,14. Hal ini tidak sesuai
pernyataan Nasution (2009) bahwa indeks telur yang baik berkisar
70%-79%.Sementara itu menurut Sodak (2011) kisaran indeks telur yang normal
adalah 70%-74%.Telur yang baik berbentuk oval dan idealnya mempunyai "Shape
Index" (SI) antara 72-76 (Haryono, 2000).
Nilai indeks telur burung puyuh pada pengamatan ini yaitu 81,10±19,29. Sedangkan hasil pengamatan
Srigandono, 1997 menunjukan bahwa indeks
hough pada telur puyuh adalah sebesar 77,96-80,20. Semakin besar indeks telur
dapat berarti semakin besar atau bagus
kualitas pada telur tersebut. Indeks telur yang bagus nantinya juga akan
menentikan daya tetas pada ternak yang bersangkutan.Hal ini sesuai dengan pendapat Srigandono (1997) bentuk telur
merupakan salah satu unsur genetik yang diturunkan dari induk kepada anaknya,
untuk mengetahuinya dapat dilakukan perhitungan dengan cara lebar telur dibagi
panjang telur dan hasilnya dikali seratus.
4.3. Persentase Koefisien Keragaman Pada Bobot
Telur, Panjang dan Diameter Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh.
Hasil pengamatan
pada praktikum persentase koefisien keragaman pada bobot telur, panjang dan
diameter telur ayam kampung dan telur puyuh tabel 7.
Tabel 7. Persentase
Koefisien Keragaman Pada Bobot Telur, Panjang dan Diameter Telur Ayam Kampung
dan Telur Puyuh.
Ukuran Telur
|
Ayam Kampung
|
Puyuh
|
Bobot
Telur (%)
|
9.93
|
14
|
Panjang Telur (%)
|
14.12
|
6,48
|
Diameter Telur (%)
|
71,32
|
21,18
|
Berdasarkan
Tabel 7 hasil pengamatan yang diperoleh
adalah pada telur ayam kampung memiliki persentase koefisien
keragaman adalah pada ayam kampung memiliki koefisien keragaman bobot telur
yaitu 9,93, koefisien keragaman panjang telur adalah 14,12, dan koefisien keragaman
diameter telur adalah 71,32. Sedangkan pada telur burung puyuh memiliki
koefisien keragaman pada bobot telur yaitu
14, koefisien keragaman pajang telur adalah 6,48, dan koefisien keragaman
diameter telur adalah 21,18.
Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar dan Sabrani
(2006) yang mengemukakan bahwa produksi telur ayam kampung 30-80 butir per
tahun dengan bobot telur rata-rata 37,5 gram; sedangkan ayam ras yang
dipelihara secara intensif dapat berproduksi 200-250 butir per tahun dengan
bobot telur rata-rata 55,6 gram.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Bobot
telur pada ayam kampung adalah 41.86±4.16, panjang telur adalah 4.53±0.64, dan
diameter telur adalah 4,22±3,01, sedangkan pada telur burung puyuh adalah bobot
telur 9,80 ±1,38, panjang telur adalah 2,93±0,19, dan diameter
telur adalah 2,36±0.50.
2. Indeks
telur pada telur ayam kampung adalah 95,13±62,14, sedangkan indeks pada telur
burung puyuh adalah 81,10±19,29.
3. Koefisien
keragaman pada telur ayam kampung dan telur burung puyuh pada bobot dan panjang
telur seragam, sedangkan diameternya beragam.
5.2. Saran
Saran saya pada praktikum ini yaitu praktikum
dilakukan tepat waktu dan tidak mencampur dengan kelas lain agar praktek cepat
selesai dan tidak menunggu lama bagi kelas berikutnya yang akan melakukan
praktikum juga.
DAFTAR
PUSTAKA
Creswell, D.C.
2002. Pertumbuhan badan dan produksi telur dari 5 strain ayam sayur pada sistem
peternakan intensif. Pros. Seminar Penelitian Peternakan, Bogor.
Goodwin, K.
2008. Effect of hatching egg size and chick size upon subsequent growth rate in
chicken. Poult. Sci. 44:1180.
Gunawan. 2002.
Model pengembangan usaha ternak ayam buras dan upaya perbaikannya (Kasus di
Kabupaten Jombang, Jawa Timur).
Nugroho,
M. 2010. Burung Puyuh. Universitas Sumatra Utara.
Sodak, F.J.
2011.Karakteristik fisik dan kimia
telur ayam arab pada dua peternakan di kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi. Peternakan Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor.
Sugiharto, R. S.
2005. Meningkatkan keuntungan beternak puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Suprijatna. E.
U. 2005. Atmomarsono dan R. Kartasudjana.Ilmu dasar ternak unggas. penebar swadaya, Jakarta.
Teguh et al. 2007. Lokakarya nasional inovasi
teknologi pengembangan ayam lokal. Bogor.
Wihandoyo et al. 2005. Produktivitas ayam lokal
yang dipelihara secara intensif. Bogor.
Yuwanta.
2006. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Terimakasih Admin, Artikel ini sangat bermanfaat.
BalasHapusSekalian mohon ijin ya numpang iklan promosi menawarkan Produk berikut ini :
- CaO / Kapur Bakar/ Kalsium Oksida.
- CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
-CaCo3 /Kalsium Karbonat.
- Kaptan / Kapur Pertanian
- Dolomite.
- Zeolite .
- Bentonite.
Untuk informasi dan pemesanan produk Silahkan hubungi :
Bpk Asep
081281774186
085793333234
Silahkan Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.