Jumat, 10 Maret 2017

LAPORAN PENGAMATAN ANATOMI DAN FISIOLOGI AMBING PADA TERNAK S



LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TERNAK PERAH

PENGAMATAN ANATOMI DAN FISIOLOGI AMBING PADA TERNAK SAPI




OLEH:
NAMA                       : NURAENI PRIMAWATI
NIM                            : L1A1 14 095
KELOMPOK            : V (Lima)
KELAS                      : B
ASISTEN                   : NURIADIN





JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

HALAMAN PENGESAHAN
Judul                       :    Laporan Praktikum Ilmu Ternak Perah “Pengamatan Anatomi dan Fisiologi Ambing pada Ternak Sapi”

Praktikan:
a.       Nama          :    Nuraeni Primawati
b.      NIM            :    L1A1 14 095
c.       Kelompok   :    V
d.      Kelas           :    B

Pembimbing Praktikum:         
a.       Dosen         :    Dr. Ir. La Ode Ba’a, M.P, dkk
b.      Asisten        :    Nuriadin & Melly Pratiwi S.

Halaman pengesahan ini dibuat sebagai bukti bahwa telah melakukan praktikum dan sebagai syarat kelulusan mata kuliah Ilmu Lingkungan Ternak


                                                                        Kendari,  Desember 2015
Menyetujui,                                                     Mahasiswa Praktikan,
Asisten Praktikum



Nuriadin                                                          Nuraeni Primawati
NIM. L1A1 12 002                                                     L1A1 14 095



KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat  Allah SWT, berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Lengkap Praktikum Ilmu Ternak Perah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada dosen serta asisten pembimbing yang telah membimbing kami saat melakukan praktikum sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat menjadi suatu tambahan literatur yang nantinya dapat menambah kepustakaan pembaca sekalian dalam menyelesaikan mata kuliah, khususnya mata kuliah Ilmu Ternak Perah ini.
            Sebagai manusia biasa, kita tidak luput dari berbagai kesalahan dan kekeliruan, saya berharap pembaca kiranya dapat memaklumi jika dalam penulisan laporan ini masih terdapat kesalahan serta kekeliruan, sebagaimana sepenuh-Nya tidak luput dari kesempurnaan. Sehingga, saya memohon agar pembaca memberikan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun.



Kendari,17 Desember 2015

Penulis

I. PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia yang ciri - cirinya khas dan berbeda dari bangsa sapi lainnya. Keunggulan Sapi Bali memiliki efisiensi reproduksi yang tinggi, daging dan karkasnya berkualitas baik dan persentase karkasnya tinggi (karkasnya bahkan bisa mencapai 57%), Selanjutnya yang juga sangat menarik adalah daya adaptasinya terhadap lingkungan yang sangat baik, dan yang tidak kalah penting adalah kemampuannnya menggunakan sumber pakan yang terbatas.
Sapi bali merupakan sapi potong asli Indonesia dan merupakan hasil domestikasi dari Banteng (Bos-bibos banteng), dan merupakan sapi asli Pulau Bali. Sapi bali menjadi primadona sapi potong di Indonesia karena mempunyai kemampuan reproduksi tinggi, serta dapat digunakan sebagai ternak kerja di sawah dan ladang, persentase karkas tinggi, daging tanpa lemak, heterosis positif tinggi pada persilangan, daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan persentase kelahiran dapat mencapai 80 persen. Namun ada juga beberapa kekurangannya yaitu pertumbuhannya lambat, peka terhadap penyakit Jembrana, penyakit ingusan (malignant catarrhal fever) dan Bali ziekte.
Ternak sapi perah merupakan ternak yang menghasilkan susu melebihi dari konsumsi yang dibutuhkan anaknya. Susu yang dihasilkan juga mengandung berbagai macam vitamin dan protein yang baik untuk pertumbuhan tubuh, sehingga susu sapi perah banyak diminati orang. Produksi susu tersebut dapat dipertahankan sampai waktu tertentu atau selama masa hidupnya, walaupun anaknya sudah dipisahkan dari induknya atau sudah tidak disusui lagi. Dengan demikian susu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi manusia. Susu merupakan salah satu pangan asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin1.
Alat penghasil susu pada sapi disebut Ambing. Ambing terdiri dan 4 kelenjar yang berlainan, yang dikenal sebagai perempatan (quarters). Masing­masing perempatan dilengkapi dengan suatu saluran ke bagian luar yang disebut puting. Saluran ini berhubungan dengan saluran yang sebenarnya menyimpan susu.
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum ilmu ternak perah yaitu anatomi dan fisiologi ambing pada sapi.
1.2    Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum Pengamatan Anatomi dan Fisiologi Ambing pada sapi adalah untuk mengetahui anatomi dan fisiologi ambing pada ternak sapi.
1.3    Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai pada praktikum Pengamatan Anatomi dan Fisiologi Ambing pada sapi adalah untuk mengetahui anatomi dan fisiologi ambing pada ternak sapi.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Ternak Sapi Potong dan Sapi Perah
Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangs asapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80--90% dari seluruh sapi perah yang berada di  sana. Sapi ini berasal dari Belanda yaitu di Provinsi North Holand dan West Friesland yang memiliki padang rumput yang sangat luas. Sapi FH mempunyai beberapa keunggulan, salah satunya yaitu jinak, tidak tahan panas tetapi sapi ini mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Ciri-ciri sapi FH yang baik adalah memiliki tubuh luas kebelakang, sistem dan bentuk perambingan baik, puting simetris, dan efisiensi pakan tinggi yang dialihkan menjadi produksi susu (Blakelydan Bade, 2007).
Ternak perah adalah ternak yang dapat memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan dapat mempertahankan produksi susu sampai jangka waktu tertentu walaupun anaknya sudah disapih atau lepas susu. Produksi susu yang tinggi pada induk sedang laktasi selama bulan pertama berpengaruh terhadap bobot tubuh induk dan dapat mengakibatkan penurunan bobot tubuh selama bulan pertama setelah melahirkan (berkisar antara 15-16 %). (Darmadja, 1980)
Produksi sapi perah dapat optimum apabila kondisi internal dan eksternal sapi perah baik. Kondisi eksternal berkaitan dengan lingkungan yang baik adalah pengaruh suhu. Suhu lingkungan yang optimum untuk sapi perah dewasa berkisar antara5--21ºC, sedangkan kelembaban udara yang baik untuk pemeliharaan sapi perah adalah sebesar 60% dengan kisaran 50%--75% (Adriyanidkk., 1980).
                Air susu pada tubuh sapi dibuat oleh kelenjar susu di dalam ambing. Kelenjar susu tersusun dari gelembung-gelembung susu sehingga berbentuk seperti buah anggur yang disebut alveoli. Dinding gelembung tersebut merupakan sel-sel yang menghasilkan air susu yang bahan baku pembentuknya adalah dari darah (Sangbara, 2011).
2.2    Ambing
Ambing merupakan karakteristik utama pada semua Mammalia. Ambing berasal dari kelenjar kulit dan dikelompokkan sebagi kelenjar eksokrin. Ambing berfungsi mengeluarkan susu untuk makanan anaknya setelah lahir. Ambing ini tumbuh selama kebuntingan dan mulai mengeluarkan susu setelah beranak. Berbagai hormon yang menentukan reproduksi juga mengatur ambing. Karena itu, perkembangan ambing dan laktasi adalah bagian integral dari reproduksi. Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari empat (4) bagian terpisah. Bagian kiri dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan oleh sulcus yang berjalan longitudinal yang disebut sulcus intermammaria. Kuartir depan dan belakang jarang memperlihatkan batas yang jelas. Jika dilihat dari samping, dasar ambing sebaiknya rata, membesar ke depan dan melekat kuat ke dinding tubuh perut. Pertautan pada bagian belakang sebaiknya tinggi dan lebar, dan tiap kuartir sebaiknya simetris (Anonim, 2007).
2.3    Anatomi dan Fisiologi Ambing
            Ambing sapi dibagi menjadi 4 kuartir, setiap kuartir memiliki satu putting. Ambing pada kuartir bagian kanan dan kiri dipisahkan oleh ligamentum suspensori medialis, sedangkan kuartir ambing bagian depan (cranial) dan kuartir bagian belakang (caudal) dipisahkan oleh membrane. Ambing bagian depan menghasilkan produksi sebesar 40%, sedangkan ambing bagian belakang mampu memproduksi susu 60% untuk setiap harinya. Ambing pada hewan ternak khususnya sapi, kaya akan produksi susu, lemak susu, dan kaya protein dengan suplai dari darah sehingga penting bagi peternak untuk memahami cara kerja ambing (Nelson, 2010).
Ambing mengandung kumpulan alveoli yang memiliki kemampuan untuk memproduksi susu. Susu yang diproduksi alveoli akan meningkat apabila ambing dalam keadaan kosong, sebaliknya susu yang diproduksi alveoli akan menurun apabila ambing telah terisi penuh. Biosintesis susu yang terjadi pada ambing meliputi biosintesis protein, lemak, dan laktosa (Rusdiana dan Sejati, 2009).
Bagian eksternal ambing antara lain medial suspensory ligament, lateral suspensory ligament, membrane vine dan bagian internal ambing antara lain alveoli, milk ductus atau saluran susu, gland cistern, teat cistern, otot sfingter, annular fold, dan streak canalGland cistern merupakan tempat penampungan susu dari semua saluran, susu yang telah ditampung akan mengalir menuju teat cistern melewati annular fold yang didalamnya terdapat otot sfingter sebagai penahan susu di dalam ambing.  Streak canal yang ditutupi oleh otot sfingter merupakan pintu bukaan dair teat cistern sebelum keluar melewati teat meatus menuju ruang bebas. Ambing merupakan suatu kelenjar kulit yang sekelilingnya tertutupi oleh bulu, kecuali pada puting.  Ambing tampak seperti kantung yang berbentuk persegi empat yang terbagi menjadi dua bagian kiri dan kanan yang dipisahkan oleh satu lekukan yang memanjang disebut medial suspensory ligament.  Bagian ambing kanan dan kiri masing-masing dipisahkan menjadi dua bagian kuartir depan dan belakang oleh suatu membrane yang amat tipis disebut membrane vine (Blakely dan Bade, 2006). 
Mastitis adalah suatu peradangan pada jaringan ambing yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme, zatkimia, dan luka karenamekanis. Mastitis merupakan   masalah  besar  bagi  peternak  karena   menyebabkan  susu  yang dihasilkan terkontaminasi bakteri pathogen yang merusak susu akibat mikroba mastitis sehingga susu tidak layak jual (Eniza,2004).
Mastitis dibedakan menjadi2 macam,   yakni mastitis subklinis dan mastitis klinis.  Mastitis subklinis merupakan peradangan pada jaringan ambing tanpa ditemukan gejala klinis pada ambing,tetapi melalui pemeriksaan laboratorium akan didapatkan peningkatan jumlah selradang, ditemukan kuman-kuman penyebab penyakit,adanya mikroorganisme patogen dan terjadi perubahan kimiasusu (Hidayat, 2008).



III. METODE PRAKTIKUM
3.1     Waktu dan Tempat
                Pratikum pengamatan anatomi dan fisiologi ambing dilaksanakan pada hari Minggu 6 Desember 2015 pukul 10.00 WITA sampai selesai dan bertempat di LAB. Reproduksi Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari.
3.2     Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan anatomi dan fisiologi ambing pada ternak sapi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum pengamatan anatomi dan fisiologi ambing pada ternak sapi.
No.           Alat                                                Kegunaan
1.             Baskom                                 Sebagai wadah penyimpanan ambing
2.             Ember                                    Sebagai wadah penyimpanan air
3.             Cutter                                    Untuk membelah ambing
4.             Tissue                                    sebagai lap tangan
5.             Lap kering                             sebagai lap tangan
6.             Kamera                                  Untuk mengambil gambar
7.             Alat tulis                               Untuk mencatat hasil pengamatan

            Bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan anatomi dan fisiologi ambing pada ternak sapi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum pengamatan anatomi dan fisiologi ambing pada ternak sapi
No
Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Ambing Sapi
Sebagai data pengamatan
3.
NaCL
Sebagai  pengawet


3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum pengamatan anatomi dan fisiologi ambing pada ternak sapi adalah sebagai berikut:Ambing dan bagian-bagian ambing diletakan di meja yang bersih (dilab), kemudian dilakukan pemisahan bagian-bagian dengan sayatan yang penuh hati-hati. Amati dan foto, seluruh bagian-bagian ambing yang diobservasi.















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil Pengamatan
            Hasil pengamatan  anatomi dan fisiologi ambing pada ternak sapi dapat dilihat Tabel 3, berikut ini.
Tabel 3. Pengamatan Anatomi dan Fisiologi Ambing pada Ternak Sapi
No
Bagian Ambing
Fungsi
1
Cincin Anular
Untuk mencegah air susu tidak keluar.
2
Steak
Sebagai penghubung antara ambing dan steak.
3
Cannal Steak
Sebagai lubang keluarnya air susu.
4
Lumen Alveoli
Untuk memisahkan darah dan laktosa.
5
Sisterna Ambing
Tempat penyimpanan air susu.
6
Sisterna Puting
Tempat keluarnya air susu dari cincin ambing.

4.2 Pembahasan
            Ambing merupakan karakteristik utama pada semua Mammalia. Ambing berasal dari kelenjar kulit dan dikelompokkan sebagi kelenjar eksokrin. Ambing berfungsi mengeluarkan susu untuk makanan anaknya setelah lahir. Ambing ini tumbuh selama kebuntingan dan mulai mengeluarkan susu setelah beranak. Berbagai genetic yang menentukan reproduksi juga mengatur ambing. Karena itu, perkembangan ambing dan laktasi adalah bagian integral dari reproduksi. Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari empat (4) bagian terpisah. Bagian kiri dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan oleh sulcus yang berjalan longitudinal yang disebut sulcus intermammaria. Kuartir depan dan belakang jarang memperlihatkan batas yang jelas. Jika dilihat dari samping, dasar ambing sebaiknya rata, membesar ke depan dan melekat kuat ke dinding tubuh perut. Pertautan pada bagian belakang sebaiknya tinggi dan lebar, dan tiap kuartir sebaiknya simetris. Gambaran eksternal ini eneti arti produktivitas seumur hidup dan merupakan genetic penting yang digunakan untuk menilai sapi perah pada pameran ternak dan penilaian klasifikasi bangsa. Berat ambing tergantung umur, masa laktasi, banyaknya susu di dalam ambing, dan faktor enetic. Beratnya berkisar antara 11,35–27,00 kg atau lebih tidak termasuk susu. Kapasitas ambing adalah 30,5 kg. Berat dan kapasitasnya naik sesuai dengan bertambahnya umur. Setelah sapi mencapai umur 6 tahun berat dan kapasitas ambing tidak naik lagi. Terbesar kapasitasnya pada laktasi yang kedua dan ketiga. Normalnya, kuartir belakang lebih besar dari kuartir depan dan menghasilkan susu sekitar 60 persen produksi susu sehari.
            Sistem saluran ambing terdiri atas serangkaian saluran alir yang berawal pada alveoli dan berakhir pada saluran keluar. Putting tertutup oleh kulit tak berambut yang tidak memiliki kelenjar keringat. Pada dasar putting terdapat saluran pengeluaran tempat susu mengalir ke luar. Panjang saluran pengeluaran biasanya 8-12 mm dan merupakan garis dengan sel yang membentuk serangkaian lipatan serta akan menutup saluran pengeluaran selama selang pemerahan.
            Sisterne putting terletak tepat setelah saluran pengeluaran bersatu dengan sisterne kelenjar pada dasar ambing. Sisterne kelenjar berfungsi sebagai ruang penyimpanan terbatas karena menerima tetesan dari jaringan sekretori. Umumnya sisterne kelenjar berisi 1 pint (473,18 cc) susu yang kemampuan nyatanya berbeda pada tiap-tiap sapi. Percabangan sisterne ambing ada 12 sampai 50 atau lebih saluran, yang kembali bercabang beberapa kali dan akhirnya membentuk duktul terminal yang mengalir ke tiap alveolus. Alveoli dan duktul terminal terdiri dari lapisan tunggal sel epitel. Fungsi sel-sel ini memindahkan makanan dari darah dan mengubah menjadi susu serta mengeluarkan susu ini ke dalam tiap alveolus. Dalam keadaan berkembang penuh saat laktasi, beberapa alveoli berkelompok menjadi lobuli, dan beberapa lobuli bersatu menjadi lobus. Hal ini sesuai dengan pendapat (Eniza, 2004) yang menyatakan bahwa ambing mengandung kumpulan alveoli yang memiliki kemampuan untuk memproduksi susu.
           



















V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
Dari hasil pratikum  anatomi dan fisiologi ambing pada sapi perah atau sapi potong  dapat di simpulkan bahwa terdapat berbagai bagian di dalam ambing yaitu Cincin anular untuk mencegah air susu tidak keluar.Steak sebagai saluran penghubung antara ambing dan steak, Cannal steak sebagai lubang keluarnya air susu, Lumen alveoli sebagai pemisahan antara darah dan laktosa, Sisterna ambing untuk tempat penyimpanan susu dan Sisterna putting sebagai tempat keluarnya air susu dari cicncin ambing.
5.2.      Saran
            Saran yang dapat kami ajukan yaitu tetap menjaga konsistensi pada saat praktikum serta konsultasi, dan tetap menjaga kesolitan serta kerja sama antara praktikan dengan asisten agat terjamin ketertiban saat melakukan praktikum.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Proses Produksi Susu. Laboratorium Produksi Ternak Perah.           Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran.
Nelson, M. 2010. The Complete Guide to Smallscale Faming : Everything You Need to Know about Raising Beef and Dairy Cattle, Rabbits, Ducks, and Other Small Animals. Atantic Publishing Company, Florida.
Prasetyo, B.W., Sarwiyono, dan P. Surjowardojo. 2013. Hubungan Antara Diameter Lubang Puting Terhadap Tingkat Kejadian Mastitis. Jurnal       Ternak Tropika Vol. 14 (1). Produksi Ternak Fakultas Peternakan. UB.
Tita Damayanti Lestari. 2006. Laktasi pada Sapi Perah sebagai Lanjutan Proses      Reproduksi. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran.
Utomo, B.1, S. Prawirodigdo, Sarjana dan Sudjatmogo. 2006. Performans Pedet   Sapi Perah dengan Perlakuan Induk saat Masa Akhir Kebuntingan. Seminar Nasional Teknologi   Peternakan dan Veteriner. Balai Pengkajian            Teknologi Pertanian Jawa Tengah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar