LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TERNAK PERAH
PENGAMATAN ANATOMI DAN FISIOLOGI AMBING PADA TERNAK
SAPI
OLEH:
NAMA : NURAENI PRIMAWATI
NIM :
L1A1 14 095
KELOMPOK : V (Lima)
KELAS : B
ASISTEN : NURIADIN
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Laporan Praktikum Ilmu Ternak Perah “Pengamatan Anatomi dan
Fisiologi Ambing pada Ternak Sapi”
Praktikan:
a.
Nama : Nuraeni
Primawati
b. NIM : L1A1 14 095
c. Kelompok : V
d.
Kelas : B
Pembimbing Praktikum:
a.
Dosen : Dr.
Ir. La Ode Ba’a, M.P, dkk
b.
Asisten : Nuriadin
& Melly Pratiwi S.
Halaman
pengesahan ini dibuat sebagai bukti bahwa telah melakukan praktikum dan sebagai
syarat kelulusan mata kuliah Ilmu Lingkungan Ternak
Kendari, Desember 2015
Menyetujui, Mahasiswa
Praktikan,
Asisten
Praktikum
Nuriadin Nuraeni
Primawati
NIM. L1A1 12 002 L1A1
14 095
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Lengkap Praktikum Ilmu
Ternak Perah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tak lupa pula saya
mengucapkan terima kasih kepada dosen serta asisten pembimbing yang telah
membimbing kami saat melakukan praktikum sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat menjadi suatu tambahan literatur yang
nantinya dapat menambah kepustakaan pembaca sekalian dalam menyelesaikan mata
kuliah, khususnya mata kuliah Ilmu Ternak Perah ini.
Sebagai
manusia biasa, kita tidak luput dari berbagai kesalahan dan kekeliruan, saya
berharap pembaca kiranya dapat memaklumi jika dalam penulisan laporan ini masih
terdapat kesalahan serta kekeliruan, sebagaimana sepenuh-Nya tidak luput dari kesempurnaan.
Sehingga, saya memohon agar pembaca memberikan masukan dan kritikan yang
sifatnya membangun.
Kendari,17 Desember 2015
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia yang ciri - cirinya khas
dan berbeda dari bangsa sapi lainnya. Keunggulan Sapi Bali memiliki efisiensi
reproduksi yang tinggi, daging dan karkasnya berkualitas baik dan persentase
karkasnya tinggi (karkasnya bahkan bisa mencapai 57%), Selanjutnya yang juga
sangat menarik adalah daya adaptasinya terhadap lingkungan yang sangat baik, dan
yang tidak kalah penting adalah kemampuannnya menggunakan sumber pakan yang
terbatas.
Sapi bali merupakan sapi potong asli Indonesia dan
merupakan hasil domestikasi dari Banteng (Bos-bibos banteng), dan
merupakan sapi asli Pulau Bali. Sapi bali menjadi primadona sapi potong di
Indonesia karena mempunyai kemampuan reproduksi tinggi, serta dapat digunakan
sebagai ternak kerja di sawah dan ladang, persentase karkas tinggi, daging
tanpa lemak, heterosis positif tinggi pada persilangan, daya adaptasi yang
tinggi terhadap lingkungan dan persentase kelahiran dapat mencapai 80 persen. Namun
ada juga beberapa kekurangannya yaitu pertumbuhannya lambat, peka terhadap
penyakit Jembrana, penyakit ingusan (malignant catarrhal fever) dan Bali ziekte.
Ternak
sapi perah merupakan ternak yang menghasilkan susu melebihi dari konsumsi yang
dibutuhkan anaknya. Susu yang dihasilkan juga mengandung berbagai macam vitamin
dan protein yang baik untuk pertumbuhan tubuh, sehingga susu sapi perah banyak
diminati orang. Produksi susu tersebut dapat dipertahankan sampai waktu
tertentu atau selama masa hidupnya, walaupun anaknya sudah dipisahkan dari
induknya atau sudah tidak disusui lagi. Dengan demikian susu yang dihasilkan
dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi manusia. Susu merupakan salah satu pangan asal ternak
yang memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan
beberapa vitamin1.
Alat penghasil susu pada sapi
disebut Ambing. Ambing terdiri dan 4 kelenjar yang berlainan, yang dikenal
sebagai perempatan (quarters). Masingmasing perempatan dilengkapi dengan
suatu saluran ke bagian luar yang disebut puting. Saluran ini berhubungan
dengan saluran yang sebenarnya menyimpan susu.
Berdasarkan
latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum ilmu ternak perah yaitu
anatomi dan fisiologi ambing pada sapi.
1.2
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum
Pengamatan
Anatomi dan Fisiologi Ambing pada sapi adalah untuk mengetahui anatomi dan fisiologi ambing
pada ternak sapi.
1.3
Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai pada
praktikum Pengamatan Anatomi dan Fisiologi Ambing
pada sapi adalah untuk
mengetahui anatomi dan fisiologi ambing pada ternak sapi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ternak Sapi Potong dan Sapi Perah
Sapi Friesian Holstein
(FH) merupakan bangs asapi
yang paling
banyak terdapat
di Amerika Serikat,
sekitar 80--90% dari seluruh
sapi perah yang berada di
sana. Sapi ini berasal
dari Belanda yaitu
di Provinsi North Holand dan West Friesland yang
memiliki padang rumput
yang sangat
luas.
Sapi
FH mempunyai beberapa keunggulan,
salah
satunya
yaitu jinak, tidak tahan
panas tetapi
sapi ini
mudah menyesuaikan
diri dengan keadaan
lingkungan.
Ciri-ciri
sapi FH yang baik
adalah
memiliki tubuh
luas kebelakang,
sistem dan bentuk perambingan baik, puting simetris, dan efisiensi pakan
tinggi
yang dialihkan menjadi produksi susu
(Blakelydan
Bade, 2007).
Ternak
perah adalah ternak yang dapat memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan
dapat mempertahankan produksi susu sampai jangka waktu tertentu walaupun
anaknya sudah disapih atau lepas susu. Produksi susu yang tinggi pada induk
sedang laktasi selama bulan pertama berpengaruh terhadap bobot tubuh induk dan
dapat mengakibatkan penurunan bobot tubuh selama bulan pertama setelah
melahirkan (berkisar antara 15-16 %). (Darmadja, 1980)
Produksi sapi perah
dapat optimum apabila kondisi
internal dan eksternal sapi
perah
baik. Kondisi eksternal berkaitan
dengan
lingkungan
yang baik
adalah pengaruh suhu. Suhu lingkungan
yang optimum
untuk sapi perah dewasa berkisar
antara5--21ºC, sedangkan
kelembaban udara
yang baik
untuk pemeliharaan
sapi perah adalah sebesar 60%
dengan
kisaran
50%--75% (Adriyanidkk., 1980).
Air
susu pada tubuh sapi dibuat oleh kelenjar susu di dalam ambing. Kelenjar susu
tersusun dari gelembung-gelembung susu sehingga berbentuk seperti buah anggur
yang disebut alveoli. Dinding gelembung tersebut merupakan sel-sel yang
menghasilkan air susu yang bahan baku pembentuknya adalah dari darah (Sangbara,
2011).
2.2 Ambing
Ambing merupakan
karakteristik utama pada semua Mammalia. Ambing berasal dari kelenjar kulit dan
dikelompokkan sebagi kelenjar eksokrin. Ambing berfungsi mengeluarkan susu
untuk makanan anaknya setelah lahir. Ambing ini tumbuh selama kebuntingan dan
mulai mengeluarkan susu setelah beranak. Berbagai hormon yang menentukan
reproduksi juga mengatur ambing. Karena itu, perkembangan ambing dan laktasi
adalah bagian integral dari reproduksi. Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari empat (4) bagian
terpisah. Bagian kiri dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan oleh
sulcus yang berjalan longitudinal yang disebut sulcus intermammaria. Kuartir
depan dan belakang jarang memperlihatkan batas yang jelas. Jika dilihat dari
samping, dasar ambing sebaiknya rata, membesar ke depan dan melekat kuat ke
dinding tubuh perut. Pertautan pada bagian belakang sebaiknya tinggi dan lebar,
dan tiap kuartir sebaiknya simetris (Anonim, 2007).
2.3 Anatomi
dan Fisiologi Ambing
Ambing sapi dibagi menjadi 4 kuartir, setiap kuartir
memiliki satu putting. Ambing pada kuartir bagian kanan dan kiri dipisahkan
oleh ligamentum suspensori medialis, sedangkan kuartir ambing bagian depan (cranial) dan kuartir bagian belakang (caudal) dipisahkan oleh membrane. Ambing
bagian depan menghasilkan produksi sebesar 40%, sedangkan ambing bagian
belakang mampu memproduksi susu 60% untuk setiap harinya. Ambing pada hewan
ternak khususnya sapi, kaya akan produksi susu, lemak susu, dan kaya protein
dengan suplai dari darah sehingga penting bagi peternak untuk memahami cara
kerja ambing (Nelson, 2010).
Ambing mengandung kumpulan alveoli yang memiliki
kemampuan untuk memproduksi susu. Susu yang diproduksi alveoli akan meningkat
apabila ambing dalam keadaan kosong, sebaliknya susu yang diproduksi alveoli
akan menurun apabila ambing telah terisi penuh. Biosintesis susu yang terjadi
pada ambing meliputi biosintesis protein, lemak, dan laktosa (Rusdiana dan
Sejati, 2009).
Bagian
eksternal ambing antara lain medial
suspensory ligament, lateral suspensory ligament, membrane vine dan
bagian internal ambing antara lain alveoli, milk ductus atau saluran susu, gland cistern, teat cistern, otot sfingter, annular fold,
dan streak canal. Gland cistern merupakan tempat
penampungan susu dari semua saluran, susu yang telah ditampung akan mengalir
menuju teat cistern melewati annular fold yang didalamnya terdapat
otot sfingter sebagai penahan
susu di dalam ambing. Streak
canal yang ditutupi oleh otot sfingter
merupakan pintu bukaan dair teat
cistern sebelum keluar melewati teat
meatus menuju ruang bebas. Ambing merupakan suatu kelenjar kulit yang
sekelilingnya tertutupi oleh bulu, kecuali pada puting. Ambing tampak
seperti kantung yang berbentuk persegi empat yang terbagi menjadi dua bagian
kiri dan kanan yang dipisahkan oleh satu lekukan yang memanjang disebut medial suspensory ligament.
Bagian ambing kanan dan kiri masing-masing dipisahkan menjadi dua bagian
kuartir depan dan belakang oleh suatu membrane yang amat tipis disebut membrane vine (Blakely dan Bade,
2006).
Mastitis adalah
suatu
peradangan
pada
jaringan
ambing
yang
dapat
disebabkan oleh mikroorganisme,
zatkimia, dan luka
karenamekanis. Mastitis
merupakan masalah besar bagi peternak karena
menyebabkan susu yang dihasilkan
terkontaminasi bakteri
pathogen yang merusak susu
akibat mikroba
mastitis sehingga susu tidak layak
jual
(Eniza,2004).
Mastitis
dibedakan
menjadi2
macam, yakni
mastitis subklinis
dan mastitis
klinis. Mastitis
subklinis
merupakan peradangan
pada jaringan ambing
tanpa ditemukan
gejala
klinis pada ambing,tetapi melalui pemeriksaan laboratorium
akan
didapatkan
peningkatan jumlah selradang,
ditemukan kuman-kuman penyebab
penyakit,adanya mikroorganisme patogen
dan
terjadi
perubahan
kimiasusu
(Hidayat, 2008).
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Pratikum
pengamatan anatomi dan fisiologi ambing dilaksanakan pada hari Minggu 6
Desember 2015 pukul 10.00 WITA sampai selesai dan bertempat di LAB. Reproduksi
Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam praktikum pengamatan anatomi dan fisiologi ambing pada ternak sapi dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat
dan kegunaan pada praktikum pengamatan anatomi dan fisiologi ambing pada ternak
sapi.
No. Alat Kegunaan
1.
Baskom Sebagai wadah
penyimpanan ambing
2.
Ember Sebagai wadah
penyimpanan air
3.
Cutter Untuk
membelah ambing
4.
Tissue sebagai lap
tangan
5.
Lap
kering sebagai
lap tangan
6.
Kamera Untuk mengambil
gambar
7. Alat tulis Untuk mencatat
hasil pengamatan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan anatomi dan fisiologi
ambing pada ternak sapi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum pengamatan anatomi dan fisiologi ambing
pada ternak sapi
No
|
Alat dan Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Ambing Sapi
|
Sebagai
data pengamatan
|
3.
|
NaCL
|
Sebagai pengawet
|
3.3
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang
dilakukan pada praktikum pengamatan anatomi dan fisiologi ambing pada ternak
sapi adalah sebagai berikut:Ambing dan bagian-bagian ambing
diletakan di meja yang bersih (dilab), kemudian dilakukan pemisahan
bagian-bagian dengan sayatan yang penuh hati-hati. Amati dan foto, seluruh
bagian-bagian ambing yang diobservasi.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Hasil
pengamatan anatomi dan fisiologi ambing
pada ternak sapi dapat dilihat Tabel 3, berikut ini.
Tabel 3. Pengamatan Anatomi dan
Fisiologi Ambing pada Ternak Sapi
No
|
Bagian
Ambing
|
Fungsi
|
1
|
Cincin
Anular
|
Untuk
mencegah air susu tidak keluar.
|
2
|
Steak
|
Sebagai
penghubung antara ambing dan steak.
|
3
|
Cannal
Steak
|
Sebagai
lubang keluarnya air susu.
|
4
|
Lumen
Alveoli
|
Untuk
memisahkan darah dan laktosa.
|
5
|
Sisterna
Ambing
|
Tempat
penyimpanan air susu.
|
6
|
Sisterna
Puting
|
Tempat
keluarnya air susu dari cincin ambing.
|
4.2 Pembahasan
Ambing merupakan karakteristik utama
pada semua Mammalia. Ambing berasal dari kelenjar kulit dan dikelompokkan
sebagi kelenjar eksokrin. Ambing berfungsi mengeluarkan susu untuk makanan
anaknya setelah lahir. Ambing ini tumbuh selama kebuntingan dan mulai
mengeluarkan susu setelah beranak. Berbagai genetic yang menentukan reproduksi
juga mengatur ambing. Karena itu, perkembangan ambing dan laktasi adalah bagian
integral dari reproduksi. Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari empat (4)
bagian terpisah. Bagian kiri dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan
oleh sulcus yang berjalan longitudinal yang disebut sulcus intermammaria.
Kuartir depan dan belakang jarang memperlihatkan batas yang jelas. Jika dilihat
dari samping, dasar ambing sebaiknya rata, membesar ke depan dan melekat kuat
ke dinding tubuh perut. Pertautan pada bagian belakang sebaiknya tinggi dan
lebar, dan tiap kuartir sebaiknya simetris. Gambaran eksternal ini eneti arti produktivitas
seumur hidup dan merupakan genetic penting yang digunakan untuk menilai sapi
perah pada pameran ternak dan penilaian klasifikasi bangsa. Berat ambing
tergantung umur, masa laktasi, banyaknya susu di dalam ambing, dan faktor enetic.
Beratnya berkisar antara 11,35–27,00 kg atau lebih tidak termasuk susu.
Kapasitas ambing adalah 30,5 kg. Berat dan kapasitasnya naik sesuai dengan
bertambahnya umur. Setelah sapi mencapai umur 6 tahun berat dan kapasitas
ambing tidak naik lagi. Terbesar kapasitasnya pada laktasi yang kedua dan
ketiga. Normalnya, kuartir belakang lebih besar dari kuartir depan dan
menghasilkan susu sekitar 60 persen produksi susu sehari.
Sistem saluran ambing terdiri atas serangkaian saluran
alir yang berawal pada alveoli dan berakhir pada saluran keluar. Putting
tertutup oleh kulit tak berambut yang tidak memiliki kelenjar keringat. Pada
dasar putting terdapat saluran pengeluaran tempat susu mengalir ke luar.
Panjang saluran pengeluaran biasanya 8-12 mm dan merupakan garis dengan sel
yang membentuk serangkaian lipatan serta akan menutup saluran pengeluaran
selama selang pemerahan.
Sisterne putting terletak tepat setelah saluran
pengeluaran bersatu dengan sisterne kelenjar pada dasar ambing. Sisterne
kelenjar berfungsi sebagai ruang penyimpanan terbatas karena menerima tetesan
dari jaringan sekretori. Umumnya sisterne kelenjar berisi 1 pint (473,18 cc)
susu yang kemampuan nyatanya berbeda pada tiap-tiap sapi. Percabangan sisterne
ambing ada 12 sampai 50 atau lebih saluran, yang kembali bercabang beberapa
kali dan akhirnya membentuk duktul terminal yang mengalir ke tiap alveolus. Alveoli
dan duktul terminal terdiri dari lapisan tunggal sel epitel. Fungsi sel-sel ini
memindahkan makanan dari darah dan mengubah menjadi susu serta mengeluarkan
susu ini ke dalam tiap alveolus. Dalam keadaan berkembang penuh saat laktasi,
beberapa alveoli berkelompok menjadi lobuli, dan beberapa lobuli bersatu
menjadi lobus. Hal ini sesuai dengan pendapat (Eniza, 2004)
yang menyatakan bahwa ambing
mengandung kumpulan alveoli yang memiliki kemampuan untuk memproduksi susu.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari
hasil pratikum anatomi dan fisiologi
ambing pada sapi perah atau sapi potong
dapat di simpulkan bahwa terdapat berbagai bagian di dalam ambing yaitu Cincin
anular untuk mencegah air susu tidak keluar.Steak sebagai saluran penghubung
antara ambing dan steak, Cannal steak sebagai lubang keluarnya air susu, Lumen
alveoli sebagai pemisahan antara darah dan laktosa, Sisterna ambing untuk
tempat penyimpanan susu dan Sisterna putting sebagai tempat keluarnya air susu
dari cicncin ambing.
5.2. Saran
Saran yang dapat kami ajukan yaitu tetap
menjaga konsistensi pada saat praktikum serta konsultasi, dan tetap menjaga
kesolitan serta kerja sama antara praktikan dengan asisten agat terjamin
ketertiban saat melakukan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2007. Proses
Produksi Susu. Laboratorium Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran.
Nelson, M. 2010. The Complete Guide to Smallscale Faming : Everything You
Need to Know about Raising Beef and Dairy Cattle, Rabbits, Ducks, and Other
Small Animals. Atantic Publishing Company, Florida.
Prasetyo, B.W.,
Sarwiyono, dan P. Surjowardojo. 2013. Hubungan Antara Diameter Lubang Puting Terhadap Tingkat Kejadian Mastitis. Jurnal Ternak Tropika Vol. 14 (1). Produksi Ternak Fakultas Peternakan. UB.
Tita Damayanti Lestari.
2006. Laktasi pada Sapi Perah sebagai Lanjutan Proses Reproduksi. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran.
Utomo, B.1, S.
Prawirodigdo, Sarjana dan Sudjatmogo. 2006. Performans Pedet Sapi Perah dengan Perlakuan Induk saat Masa
Akhir Kebuntingan. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar