ILMU REPRODUKSI TERNAK
“ Pengenalan Anatomi Dan Fisiologi
Organ Reprodiksi Jantan Dan Betina ”
OLEH :
Kelompok :
VI
(Enam)
Anggota : 1. Nuraeni Primawati
2.
Wa Ode Ririn Saputri
3.
Wa Ringa
4.
Mahfud Ahnan
5.
Rislan
6.
Rahmad Sawal
7.
Ahmad Faisal
Asisten : Asis Surajat
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2016
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Reproduksi
merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan. Tanpa melakukan
reproduksi, tak satu spesies pun didunia ini yang mampu hidup lestari, begitu
pula dengan hewan ternak baik betina maupun jantan. Fungsi alamiah
seekor hewan jantan adalah menghasilkan sel-sel kelamin jantan atau spermatozoa
yang hidup, aktif dan potensial fertil, dan secara sempurna meletakakannya ke
dalam saluran kelamin betina. Inseminasi buatan hanya memodifiser cara dan
tempat peletakan spermatozoa. Semua proses-proses fisiologik dalam tubuh hewan
jantan, baik secara langsung maupun tidak langsung, menunjang produksi dan
kelangsungan hidup spermatozoa. Akan tetapi pusat kegiatan kedua proses ini
terletak pada organ reproduksi hewan jantan itu sendiri.
Organ reproduksi hewan jantan pada umumnya dapat
dibagi atas tiga komponen: (a) organ kelmin primer yaitu gonad jantan,
dinamakan testis atau testiculus (jamak: testes atau testiculae) disebut juga
orchis atau didymos (b) sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar-kelanjar
vesikulares, prostata dan Cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari epididylis dan vas deferen dan
(c) alat kelamin luar atau kopulatoris yaitu penis.
Semua
proses fisiologis dalam tubuh ternak jantan, baik secara langsung maupun tidak langsung,
menunjang produksi dan kelangsungan hidup spermatozoa.
Reproduksi hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang
melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila
makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual
maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa kelamin, alat-alat
reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung
baik ternak jantan maupun betina. Sistem reproduksi pada betina terdiri atas
ovarium dan sistem duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur-telur
yang diovulasikan oleh ovarium dan membawa telur-telur ke tempat implantasi
yaitu uterus, tetapi juga menerima sperma dan membawanya ke tempat fertilisasi
yaitu oviduk.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ilmu
reproduksi ternak ini yaitu:
1.
Untuk dapat mengetahui bagian-bagian dari organ reproduksi
ternak jantan dan betina.
2.
Untuk dapat mengetahui fungsi dari masing-masing organ
reproduksi ternak jantan dan betina.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam praktikum ilmu
reproduksi ternak ini yaitu:
1.
Dapat mengetahui bagian-bagian dari organ reproduksi ternak
jantan dan betina.
2.
Dapat mengetahui fungsi dari masing-masing organ reproduksi
ternak jantan dan betina.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Organ Reproduksi Jantan
Sistem reproduksi jantan terdiri
dari testis yang dikelilingi tunika vaginalis dan selubung testis, epididymis, duktus deferen, kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat dan bulbouretralis), urethra,
dan penis yang dilindungi oleh prepusium (Dellmann, 1992).
2.1.1
Testis
Testis adalah organ reproduksi primer pada
ternak jantan, sebagaimana halnya ovarium pada ternak betina. Testis dikatakan
sebagai organ primer karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) (Saputro et al, 2008). Tahapan spermarogenesis meliputi spermatogonium, spermatositprimer, spermatosit skunder, spermatid muda, dan spermatid matang ( Susatyo dan
Chaeri, 2009).
Testis dibungkus oleh kapsul putih
mengkilat (tunica albuginea)
yang banyak mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang terlihat
berkelok-kelok. Di bawah tunica
albuginea terdapat parenkim yang menjalankan fungsi testis. Parenkim membentuk saluran
yang berkelok-kelok (Frandson, 1992). Secara sentral, septula testis berlanjut
dengan jaringan ikat longgar dari mediastinum
testis. Kuda jantan, mediastinum
testis terbatas pada kutub kranial testis, tetapi pada hewan piaraan
umumnya menempati posisi sentral. Jaringan ikat yang mengisi ruang intertubular
mengandung pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas dan
sel interstisial endokrin (sel Leydig)
(Dellman, 1992).
Sel leydig adalah sel diantara sel sertoli. Fungsi sel ini adalah memberikan respon FSH dengan
mensintesa dan mensekresi testosteron
dalam pola yang tergantung pada dosis. Selain reseptor LH, ditemukan pula
reseptor prolaktin dan inhibin di dalam sel Leydig. Prolaktin dan inhibin memfasilitasi aktivasi stimulasi
yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron, namun keduanya tidak bisa
melakukannya sendiri-sendiri (Widjanarko, 2011).
Sel-sel sertoli mempunyai fungsi
khusus dalam proses spermatogenesis.
Fungsi sel–sel sertoli adalah (1) memberi lingkungan tempat khusus untuk
berkembangnya sel–sel germinal. Sel ini mensekresikan cairan yang membasahi
sel–sel germinal, dan juga mensekresi cairan tambahan ke lumen tubulus seminiferus untuk menyediakan
nutrisi bagi sperma yang
berkembang dan baru dibentuk, (2) Memainkan peranan dalam perubahan spermatosit menjadi sperma suatu proses yang disebut
spermiasi, (3) Mensekresi bebrapa hormon yang memiliki fungsi penting antara
lain factor inhibisi muller
(FIM) disekresi oleh testis selama perkembangan janin untuk menghambat
pembentukan tuba fallopi dariductus muller, ekstradiol merupakan hormon kelamin
feminism yang penting, Inhibin yang merupakan umpan balik dari inhibisi pada
kelenjar hypophysis untuk
anterior untuk mencegah sekresi yang berlebihan dari hormon perangsang folikel (Dellmann, 1992). Hasil
pengamatan diperoleh bahwa histologi testis
hewan jantan terdiri membran basement, tubulus
seminiferus yang merupakan kumpulan dari sel sertoli, dan sel leydig yaitu sel–sel yang terdapat
diantara sel sertoli. Apabila dibandingkan antara literatur dengan hasil
paktikum, diketahui hasilnya sesuai yaitu gamabaran testis secara histologi
yaitu membran basement, sel leydig,
sel sertoli, dan tubulus seminiferus.
2.1.2
Epididymis
Epididymis merupakan pipa panjang dan
berkelok–kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus deferens. Epididymis mempunyai empat fungsi
utama, yaitu pengangkutan, penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan
(konsentrasi) sperma (Frandson,
1992). Atas dasar criteria histologi, histokimia dan ultrastruktur, epididymis dapat dibagi dalam
beberapa segmen. Penyebaran dan jumlahnya khas untuk tiap spesies. Secara umum,
bagian proksimal dari epididymis
(kepala dan badan) berperan dalam proses pemasakan spermatozoa, sedangkan
bagian ekor epididymis berperan dalam penyimpanan spermatozoa.
Di daerah ini 45% spermatozoa
disimpan. Spermatozoa yang meninggalkan testis, selain belum mampu bergerak dan
bersifat tidak fertil, berbeda dengan spermatozoa yang telah melalui epididymis
yang telah memiliki sifat mampu bergerak dan fertil. Selama persinggahan dalam
duktus epididimidis, spermatozoa mengalami serangkaian perubahan morfologik dan
fungsional yang mengarah pada pemilikan kapasitas pembuahan menjelang mencapai
ekor epididymis. Perubahan status fungsional spermatozoa tercermin dalam :
1.
perkembangan motilitas progresif,
2.
modifikasi proses metabolisme,
3. perubahan sifat permukaan membran plasma, aktivitas ikatan
molekul pada selaput yang diperlukan untuk pengenalan proses selama pembuahan,
4. stabilisasi
membran plasma melalui oksidasi pada gugus sulfhidril yang terkait,
5. gerakan ke arah ekor dan akhirnya kehilangan tetes
sitoplasma, yaitu sisa sitoplasma spermatid. Setelah masak, spermatozoa dewasa
disimpan dalam ekor epididymis untuk jangka waktu lama, lebih lama daripada
bila disimpan dalam suhu yang sama secara in vitro (Dellmann, 1992).
Spermatozoa di dalam Epididymis mengalami beberapa proses
pematangan, seperti mendapat kemampuan untuk bergerak. Epididymis merupakan saluran reproduksi yang amat penting,
karena saluran sangat menentukan kemampuan fertilitas sperma yang dihasilkan.
Adapun fungsi pokok Epididymis adalah
alat transfor, pendewasaan, penimbunan sperma dan sekresi cairan Epididymis. Sperma melewati Epididymis berkisar antara 9 sampai
13 hari yang dialirkan oleh cairan testis, aktivitas silia epitel dari duktus
deferens dan oleh kontraksi otot dinding saluran Epididymis. Bagian cauda epididymis nampaknya merupakan organ
khusus untuk penimbunan sperma , karena sekitar 75% dari total sperma Epididymis berada dibagian ini dan
kondisi lingkungannya memberikan kemampuan fertilitas yang lebih tinggi
dibanding dibagian lain. Sperma yang berasal dari bagian cauda Epididymis memberikan persentase
kebuntingan 63% dan lebih tinggi dibanding sperma yang berasal dari bagian
caput Epididymis yang hanya
33,33% (Soeroso dan duma, 2012).
2.1.3 Duktus
deferens
Duktus
deferens meninggalkan ekor epididymis
bergerak melalui kanal inguinal
yang merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin inguinal internal
memutar kebelakang, memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya
dua duktus deferens mendekati
uretra, bersatu dan kemudian ke dorso kaudal kandung kencing, serta dalam
lipatan peritonium yang disebut lipatan urogenital (genital fold) yang dapat disamakan dengan ligamentum lebar pada
betina (Frandson, 1992). Lipatan mukosa duktus deferens dibalut oleh epitel
silinder banyak lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel beruah menjadi
silinder sebaris. Dekat Epididymis,
sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan bercabang. Jaringan ikat longgar
pada propria-submukosa banyak mengandung pembuluh darah, fibroblas dan serabut
elastis. Tunika muskularis pada bagian terminal duktus deferens terdiri dari
susunan bervariasi dari berkas otot polos, yang dikelilingi oleh jaringan ikat
dengan banyak pembuluh darah dari tunika adventisia (Dellmann, 1992).
2.1.4
Penis
Organ kopulasi pada hewan jantan
adalah penis, dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu glans atau alat gerak
bebas, bagian utama atau badan dan krura atau akar yang melekat pada ischial
arch pada pelvis yang tertutup oleh otot ischiocavernosus. Struktur
internal penis merupakan jaringan kavernosus (jaringan erektil) yang terdiri
dari sinus-sinus darah yang dipisahkan oleh lembaran jaringan pengikat yang
disebut septa, yang berasal dari tunika albuginea, kapsula berserabut di
sekitar penis (Frandson, 2012).
Ruang antara tunika albuginea dan
jalinan trabekula diisi oleh jaringan erektil. Relaksasi sel-sel otot
menyebabkan penis memanjang dan keluar dari selubung prepusiumnya yang sering
terjadi pada saat kencing. Ruang kavernosa menerima suplai utama darah dari
arteri berbentuk mengulir (helical arrangement), sering disebut arteria
helisine (arteria helicinae). Pengenduran sel-sel otot polos dalam arteria
helisine menyebabkan peningkatan aliran darah ke dalam ruang-ruang corpora
kavernosa. Peningkatan volume darah akan menekan vena-vena tepi, sehingga akan
memperkecil aliran darah keluar, sementara mengisi ruang-ruang jaringan erektil
dalam corpora kavernosa, spongiosa penis dan glans penis (Dellmann, 2002).
2.2 Organ Reproduksi Betina
Alat-alat reproduksi betina terletak di dalam
cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum pelvis dibentuk oleh tulang-tulang sacrum,
vertebra coccygea kesatu sampai ketiga dan oleh dua os coxae. Os coxae dibentuk
oleh ilium, ischium dan pubis. Secara anatomi alat reproduksi betina dapat
dibagi menjadi : ovarium, oviduct, uterus, cervix, vagina dan vulva.
2.2.1
Ovarium
Menurut Blakely dan Bade dan Bade (1991), ovarium yaitu organ betina
yang homolog dengan testis pada hewan jantan, berada didalam rongga tubuh di
dekat ginjal dan tidak mengalami pergeseran atau perubahan tempat seperti pada
testis. Jaringan yang menghasilkan ovum (telur) berada sangat dekat dengan
permukaan ovarium.Menurut Nugroho (2008), ovarium merupakan bagian alat
kelamin yang utama, karena fungsinya untuk menghasilkan sel gonad (ovum).
Seperti juga halnya dengan testis pada ternak jantan, ovarium bersifat endokrin
dan bersifat sitogenik. Ovarium bersifat endokrin karena ovarium mampu
menghasilkan hormon yang akan diserap secara langsung kedalam peredaran darah.
Ovarium juga bersifat sitigenik artinya bahwa ovarium mampu menghasilkan sel
ovum atau sel telur. Oleh karena itu ovarium sering juga disebut induk telur,
indung telur atau pengarang telur.
2.2.2
Oviduct
Menurut Frandson (1992), tuba uterina (tuba falopii atau
oviduct) adalah saluran yang berpasangan dan berkonvolusi, yang menghantarkan
telur dari ovarium menuju ke tanduk uterus dan juga sebagai tempat terjadinya
fertilisasi ovum oleh spermatozoa. Bagian dari oviduct yang berdekatan dengan
dengan ovarium akan berkembang seperti corong yang disebut infundibulum. Bagian ujung
infundibulum membentuk suatu fimbriae.
2.2.3 Uterus
Uterus pada
umumnya terdiri atas badan uterus (corpus uteri), tanduk uterus (cornu uteri)
yang pada umumnya berbentuk lancip, dan cerviks atau leher uterus. Bentuk
uterus pada setiap jenis hewan bervariasi. Uterus mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam proses reproduksi yaitu sejak estrus sampai bunting dan
melahirkan (Nugroho, 2008).
Menurut Blakely dan Bade dan Bade (1991), uterus terdiri dari struktur yang menyerupai dua
tanduk yang melengkung seperti tanduk domba, dengan satu badan yang sama.
Menurut Frandson (1992), uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri dari
corpus (badan), cervix
(leher) dan cornue (tanduk).
2.2.4 Cervix
Menurut Blakely dan Bade dan Bade (1991), cervix merupakan organ yang menyerupai sfingter
(sphincter) yang memisahkan rongga uterus dengan rongga vagina. Fungsi pokok cervix adalah untuk menutup uterus guna
melindungi masuknya bahan-bahan asing.Sfingter tetap dalam keadaan tertutup
kecuali pada saat kelahiran saja.Menurut Nugroho (2008), cerviks
merupakan spincter otot polos yang kuat dan tertutup rapat, kecuali pada saat
estrus atau pada saat menjelang kelahiran. Cervix terletak di antara uterus dan
vagina, merupakan pintu masuk kedalam uterus karena dapat terbuka atau tertutup
yang sesuai dengan siklus birahi.
2.2.5 Vagina
Vagina adalah
bagian saluran reproduksi yang terletak didalam pelvis, diantara cervix
dan vulva. Vagina
terbagi atas bagian vestibulum yaitu bagian ke sebelah luar yang berhubungan
dengan vulvadan partio vaginalis cervix yaitu bagian
kesebelah cerviks (Nugroho, 2008). Menurut Hardjopranjoto (1995), vagina
meruppakan bagian alat kelamin yang mudah didilatasi dan merupakan saluran
untuk kopulasi dan bagian jalan keluar fetus dan plasenta pada waktu lahir.
2.2.6 Vulva
Vulva adalah bagian
eksternal dari genetalia betina yang terentang dari vagina sampai kebagian yang
paling luar. Pertautan antara vulva dengan vagina ditandai oleh orifis uretral
eksternal (Nugroho, 2008). Menurut
Frandsond (1992), vulva (pudendum femininum) adalah bagian eksternal dari
genitalia betina yang terentang dari vagina sampai kebagian yang paling luar.
Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh orifisuretal eksternal yang
terdapat hymen vestigial. Hymen tersebut sangat rapat sehingga mempengaruhi
kopulasi.
2.2.7 Clitoris
Clitoris terdapat pada celah sebelah ventral dari alat
kelamin luar yang secara embrional mempunyai asal yang sama dengan penis pada
yang jantan. Ciltoris terdiri dari tenunan erektil dilapisi oleh sel epitel
skwamus dengan banyak ujung – ujung saraf di dalamnya. Pada
sapi, clitoris letaknya tersembunyi di daerah mukosa vestibula, tetapi pada
kuda clitorisnya sangat erkembang dan pada waktu birahi akan jelas terlihat
dari luar. (Hardjoprajonto, 1995).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal
16 April 2016 bertempat di Laboratorium Reproduksi Jurusan Peternakan Fakultas
Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan dalam
praktikum Anatomi dan fisiologi organ reproduksi jantan dan betina disajikan
pada tabel 1 dan 2.
Tabel
1. Alat dan Kegunaan yang Digunakan
pada Praktikum Anatomi dan fisiologi organ reproduksi jantan dan betina
No
|
Nama
alat
|
Kegunaan
|
1
2
3
|
Scalpel
Pinset
Talang plastik
|
Untuk memotong/membedah organ reproduksi
Sebagai penjepit bahan yang diamati
Untuk menyimpan bahan
|
Tabel 2.Bahan dan Kegunaan yang Digunakan pada Praktikum Anatomi dan
fisiologi organ reproduksi jantan
dan betina
No.
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
2.
|
Organ Reproduksi Sapi Betina
Organ Reproduksi Sapi Jantan
|
Sebagai bahan pengamatan
Sebagai bahan pengamatan
|
3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum Anatomi dan
fisiologi organ reproduksi jantan dan betina adalah sebagai beriku:
1. Dosen
menerangkan terlebih dahulu tentang Sistem Reproduksi pada ternak sapi
2. Mahasiswa
dibagi dalam kelompok terdiridari 5 – 8 Orang mahasiswa per kelompok
3.
Mahasiswa melihat dan
menggambar pada modul
praktikum serta melengkapi dengan
nama
bagian organ serta fungsi dari organ
tersebut
4. Mahasiswa
diberikan untuk berdiskusi bersama kelompoknya, kemudian tiap kelompok menunjuk
satu orang untuk menjelaskan hasil diskusi kelompok
5. Membuat laporan.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Organ reproduksi primer pada hewan
jantan yaitu testis. Sedangkan organ reproduksi sekunder terdiri dari
epididymis, vas deferens, uretra, kelenjar vesikularis, kelenjar prostate dan
kelenjar bulbouretralis/cowperdan penis. Secara alamiah fungsi
esensial dari seekor pejantan adalah menghasilkan sel-sel kelamin jantan atau
spermatozoa yang cukup, aktif dan infertil serta secara sempurna mampu
meletakkannya ke dalam saluran reproduksi betina. Semua proses fisiologis dalam
tubuh ternak jantan, baik secara langsung maupun tidak langsung, menunjang
produksi dan kelangsungan hidup spermatozoa.
4.2.1 Organ Reproduksi Jantan
Secara anatomis organ reproduksi
hewan ruminansia jantan dapat dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu :
1. Testis atau Gonad
(kelenjar benih)
Testis
merupakan bagian alat kelamin yang utama. Testis berbentuk bulat panjang.
Testis berfungsi untuk menghasilkan sel benih jantan atau semen atau
spermatozoa, dan hormon-hormon jantan atau androgen. Ilmu yang mempelajari
segala sesuatu yang berhubungan dengan testis disebut andrologi. Pada mamalia,
testis mengalami penurunan yang cukup jauh,sedangkan pada kebanyakan spesies
berakhir pada scrotum. Testis akan rusak bila suhunya sama dengan suhu
tubuh. Hewan yang tidak mengalami penurunan testis ke dalam skrotum atau yang
mengalami cryptorchid, spermatogenesis (pembentukan sperma) tidak akan
terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut semata-mata karena
pengaruh suhu. Karena bila testis yang cryptorchiddidinginkan secara
buatan, spermatogenesis tetap berlangsung.
Testis terbagi secara tak sempurna
oleh mediastinum, suatu septum yang terbatas. Helai-helai jaringan ikat
berjalan dari pusat testis pada sumbu longitudinal dan bersambung dengan
selaput pemisah. Segmen-segmen testis mengandung banyak tubuliseminiferi yang
berkelok-kelok, jaringan longgar dan sel-sel interstial yang berserakan.
Fungsi testis ada dua yaitu :
a.) Sebagai tempat yang
menghasilkan hormon seks jantan yaitu androgen (testosteron).
Sel-sel intersituial dari Leydig
atas pengaruh ICSH menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu hormon testosteron
(androgen) yang terdapat di dalam jaringan pengikat di antara
tubulusseminiferosa.
b.) Sebagai penghasil gamet
jantan disebut spermatozoa.
Spermatozoa dihasilkan di dalam tubulisemineferi atas
pengaruh FSH. Tubulus-tubulus tersebut sangat berliku-liku pada jantan yang
lebih tua spermatogonia tumbuh menjadi spermatosit primer, yang setelah
pembelahan meiosis pertama tumbuh menjadi spermatosit sekunder haploid
selanjutnya spermatosit sekunder haploid tumbuh menjadi spermatid yang setelah
mengalami sederetan transpormasi disebut spermiogenesis, kemudian tumbuh
menjadi sel sperma yang terdiri atas sebuah kepala sebuah bagian tangah (tubuh)
serta sebuah bagian ekor.
2.) Saluran Reproduksi
Saluran
reproduksi terdiri atas epididymis, vas deferens dan uretra; sedang
kelenjar-kelenjar mani terdiri atas kelenjar vesikularis, kelenjar prostate dan
kelenjar bulbouretralis atau kelenjar cowper. Epididymisberasal dari
bahasa latin (Epi = di atas, didymis = testis). Bentuk bulat panjang, besar
pada pangkalnya dan disebut kepala epididymis. Bagian tengah sering pula
disebut badan epididymis.
Hewan
betina/induk mempunyai tugas memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk
mengawali kehidupan turunan yang baru dan menyediakan tempat beserta
lingkungannya untuk perkembangan individu baru, dimulai dari waktu pembuahan
ovum dan memeliharanya selama awal kehidupannya. Tugas ini dilaksanakan oleh
organ reproduksi primer dan sekunder. Organ reproduksi primer yaitu ovarium.
Ovarium menghasilkan ova (sel telur) dan hormon-hormon kelamin betina. Organ
reproduksi sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari oviduk, uterus,
serviks, vagina, dan vulva. Fungsi organ-organ reproduksi sekunder adalah
menerima, menyalurkan, dan menyatukan sel-sel kelamin jantan dan betina;
memberi lingkungan; memberi makan; melahirkan individu baru. Alat-alat kelamin
dalam digantung oleh ligamentum lata.
Fungsi testis ada dua yaitu :
a.) Sebagai tempat yang
menghasilkan hormon seks jantan yaitu androgen (testosteron).
Sel-sel intersituial dari Leydig
atas pengaruh ICSH menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu hormon testosteron
(androgen) yang terdapat di dalam jaringan pengikat di antara
tubulusseminiferosa.
b.) Sebagai penghasil gamet
jantan disebut spermatozoa.
Spermatozoa dihasilkan di dalam
tubulisemineferi atas pengaruh FSH. Tubulus-tubulus tersebut sangat
berliku-liku pada jantan yang lebih tua spermatogonia tumbuh menjadi spermatosit
primer, yang setelah pembelahan meiosis pertama tumbuh menjadi spermatosit
sekunder haploid selanjutnya spermatosit sekunder haploid tumbuh menjadi
spermatid yang setelah mengalami sederetan transpormasi disebut spermiogenesis,
kemudian tumbuh menjadi sel sperma yang terdiri atas sebuah kepala sebuah
bagian tangah (tubuh) serta sebuah bagian ekor.
4.2.2
Organ Reproduksi Betina
Sapi
betina tidak hanya memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali
kehidupan turunan baru, tetapi ia menyediakan pula tempat beserta lingkungannya
untuk perkembangan individu baru itu, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan
memeliharanya selama awal kehidupan. Tugas ini dilaksanakan oleh alat
reproduksi primer dan sekunder. Alat reproduksi primer, yaitu ovaria memproduksi
ovum dan hormon betina. Organ reproduksi sekunder yaitu terdiri atas tuba
fallopi, uterus, cervix, vagina dan vulva. Fungsi alat-alat ini adalah menerima
dan mempersatukan sel kelamin jantan dan betina, memelihara dan melahirkan
individu baru. Seringkali kelenjar susu dihubungkan sebagai pelengkap alat
kelamin, karena kelenjar ini berhubungan erat dengan reproduksi dan penting
untuk memberi makan anaknya yang baru dilahirkan selama beberapa waktu.
Alat
reproduksi dara telah terbentuk jauh sebelum dilahirkan. Sesudah dilahirkan
organ tersebut berkembang tahap demi tahap sampai dengan dewasa kelamin dan
mampu untuk mengandung dan melahirkan
anak. Peristiwa ini disebut akil balik atau pubertas. Sesudah akil balik, alat
reproduksi berkembang terus, sampai tercapainya pertumbuhsn ysng sempurna
sesuai dengan perkembangan badannya.
Sewaktu differensiasi kelamin dimulai, gonad mengandung unsur-unsur sel yang akan berkembang kearah jantan atau betina. Differensiasi tergantung pada genotype dan pengaruh lingkungan luar dan dalam.
Sewaktu differensiasi kelamin dimulai, gonad mengandung unsur-unsur sel yang akan berkembang kearah jantan atau betina. Differensiasi tergantung pada genotype dan pengaruh lingkungan luar dan dalam.
1. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Betina
a.
Vulva
Vulva
merupakan suatu nama yang diberikan terhadap alat kelamin betina bagian luar
termasuk clitoris dan vestibulum. Kira-kira 7-10 cm masuk ke dalam dari lubang
luar dan pada lantai atau dinding ventral vestibulum terdapat celah sepanjang
2,5 cm. Celah ini merupakan pintu masuk ke dalam kantung suburetra
(diverticulum suburethralis) dan juga merupakan sebagai orivicium urethralis.
Saluran urethra masuk ke dalam vestibulum sedikit di depan saluran buntu tadi.
Saluran buntu sendiri panjangnya 3-4 cm. Saluran urethra berjalan ke depan,
tepat dibawah vagina, ke kantung air seni.
Di
sebelah menyebelah vestibulum, di sisi lateral orificium urethralis dan sedikit
di belakangnya, terdapat lubang ke kelenjar bulbovestibular. Kelenjar-kelenjar
ini nampaknya berperan kurang penting pada sapi. Kelenjar ini adalah homolog
dengan kelenjar bulbo-urethtralis pada sapi jantan. Lubang luar alat kelamin
sapi betina berada tepat dibawah anus. Panjang 12 cm dan mempunyai sudut lebar
berbentuk bulat disebelah dorsal dan sudut sempit disebelah ventral. Labia
mayora yang tebal ditutupi oleh rambut-rambut halus sampai tempat sambungan
dengan mucosa. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke dalam alat
reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak sapi
melewatinya.
b. Vagina
b. Vagina
Perpanjangan
dari cervix sampai ke tempat urethra dengan saluran alat kelamin adalah bagian
berdinding tipis yang disebut vagina. Mulai dari sini sampai ke lubang vulva,
saluran reproduksi dan air kencing memiliki saluran yang sama, disebut
vestibulum atau sinus urogenetalis. Padasapi yang tidak bunting, vagina dan
vestibulum bersama-sama memiliki panjang 12-30 cm. selama bunting, bila uterus
menggantung masuk ke dalam ruang perut, panjang vagina dapat menjadi dua kali
lipat.
Dinding
vagina tipis tetapi sangat kuat dan lentur, dan pelebaran vagina hanya dibatasi
oleh dinding pelvis. Sel-sel epitel dinding vagina berubah-ubah selama siklus
birahi, dan ikut memberikan sekresi lendir. Sel-sel yang berada dekat cervix
(os. Cervix) terutama berfungsi sebagai penghasil lender. Sel epitel dinding
vagina yang berada dekat cervix terdiri dari lapisan jajaran sel penghasil
lendir dan sel epitel tipis dekat vestibulum lapisan jajaran sel tadi menebal,
dan sel-sel dan sel-sel permukaan sedikit banyak berkornifikasi.
c.
Cervix
Cervix
merupakan bagian alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm
dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan
dengan vagina yang berdinding tipis. Tebal cervix kira-kira3,0 – 4,4 cm.
Lapisan urat daging cervix sangat tebal, dan mucosanya mempunyai banyak
lipatan-lipatan atau cincin-cincin. Lapisan yang berhadapan saling menindih,
membentuk saluran berspiral di sepanjang cervix. Bentuk ini menyebabkan cervix
dapat menutup dengan ketat dengan satu sumbat dan lender kental selama
kebuntingan. Pada waktu melahirkan, cervix melebar, memungkinkan fetus beserta
selaputnya melewatinya. Mucosa cervix mengandung banyak sel-sel penghasil
lendir yang mensekresikan banyak lendir yang keluar melalui vuva pada waktu
birahi.
Saluran
yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran
lonjong. pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum
(OUI), dan di pinti vagina disebut ostium uteri eksternum (OUE).
Ligamentum
yang menfiksasi uterus:
1. Ligamentum
kardinale sin et dext, mencegah supaya uterus tidak turun.
2. Ligamentumsakro-uterinum
sin et dext, menahan uterus supaya tidak banyak bergerak.
3. Lig.
Rotundum sin et dext, menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari fundus
uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan.
4. Lig.
Latum sin et dext, meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi.
5. Lig.
Infundibulo-pelvikum, yang menahan tuba berjalan dari arah infundibulum ke
dinding pelvis.
6. Lig.
Ovarii proprium sin et dext, pada sudut kiri dan kanan belakang fundus uteri,
menahan ovarium.
d.
Uterus
Uterus
sapi, sama seperti pada ternak besar lainnya, berbentuk bicornua (2 tanduk).
Pada hewan yang tak bunting uterus berada 25-40 cm ke depan dari lubang vulva,
tepat di depan cervix. Corpus uteri yang bergaris tengah transversal 9-12 cm
berukuran panjang 2-5 cm dan bagian depan terbagai atas 2 tanduk. Karena tanduk
uterus terletak berdekatan sepanjang 10-15 cm dan tumbuh bersama, maka
seakan-akan corpus uteri tampak lebih panjangdari pada kenyataannya.
Kadang-kadang tanduk uteri memanjang masuk ke dalam cervix, sehingga tak
terdapat corpus uteri. Pada tempat dimana kedua tanduk memisahkan diri garis
tengahnya 3-4 cm, dan mengangsur mengecil dan melingkar ke depan dan ke bawah
lalu ke belakang dank e atas untuk bersatu dengan tuba fallopi. Dari tempat
pemisahan panjang tanduk uterus menjadi 30-55 cm. Panjang uterus beragam sesuai
dengan umur hewan dan factor lain.
Biasanya
pada sapi muda dan tak bunting hampir seluruh uterus berada di dalam ruang
pelvis. Uterus dari sapi yang pernah melahirkan beberapa kali, dan terletak
seluruhnya ke ruang perut. Tebal dinding uterus pada pangkal tanduk 9-12 cm.
Mulai dari titik ini sampai dengan ujung cornua yang kecil dindingnya tipis,
dan pada tempat sambungan dengan tuba fallopi tebalnya hanya kira-kira 2 mm.
Dinding uterus terdiri dari 3 lapis urat daging licin, 2 Lapis daging urat
membujur, dan satu lapis urat daging melinhkar ditengah-tengahnya dan selaput
lendir.
Serabut-serabut
urat daging berkesinambungan dari urat daging cervik dan ligament uterus.
Mucosa uterus juga berkesinambungan dengan mucosa cervix. Mucosa uterus
memiliki kelenjar-kelenjar uterus dan banyak sekali penjuluran keeping benih,
dan keping benih ini memiliki liang-liang bercabang tempat penjuluran selaput
fetus masuk ke dalamnya masuk selama bunting. Uterus sapi dapat memiliki 80-120
keping benih, dengan ukuran pada sapi yang tak bunting mencapai panjang 15-17
mm, lebar 6-9 mm dan tebal 2-4 mm. Uterus terdiri atas :
1. Fundus uteri, bagian uterus proksimal, kedua tuba fallopi masuk uterus.
1. Fundus uteri, bagian uterus proksimal, kedua tuba fallopi masuk uterus.
e. Korpus
uteri, bagian uterus yang terbesar. Rongganya di sebut cavum uteri.
f. Serviks
uteri yang terdiri atas : a) pars vaginalis servisis uetri yang dinamakan
porsio; b) pars supravaginalis servisis uteri, terdapat di atas vagina.
e.
Tuba Fallopi
Tuba
fallopi sapi betina merupakan satu pasang saluran yang berkelok-kelok dan
berjalan dari ovarium ke bagian yang sempit cornua uteri. Saluran ini terletak
dilipatan peritoneum berasal dari lapisan lateral dan ligament besar.
Tuba fallopi memiliki garis tengah kecil kira-kira dimulai dari bagian pertengahan pembuluh sampai titik terdekat persambungan dengan kedua uteri. Di daerah ovarium tuba fallopi melebar sebagai corong yang disebut infundibulum. Berdasarkan garis tengah dan kerangka internanya, tuba fallopi terbagi atas tiga bagian isthmus, atau bagian yang sempit yang berhuungan dengan cornua uteri, ampula atau bagian yang berangsur-angsur melebar; dan infundibulum yang ujungnya membuka rongga peritoneum.
Tuba fallopi memiliki garis tengah kecil kira-kira dimulai dari bagian pertengahan pembuluh sampai titik terdekat persambungan dengan kedua uteri. Di daerah ovarium tuba fallopi melebar sebagai corong yang disebut infundibulum. Berdasarkan garis tengah dan kerangka internanya, tuba fallopi terbagi atas tiga bagian isthmus, atau bagian yang sempit yang berhuungan dengan cornua uteri, ampula atau bagian yang berangsur-angsur melebar; dan infundibulum yang ujungnya membuka rongga peritoneum.
Tuba
fallopi, terdiri atas:
·
Pars interstisialis,
bagian yang terdapat di dinding uterus;
·
Pars ismika, bagian
medial tuba yang sempit seluruhnya;
·
Pars ampularis, bagian
yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi;
·
Pars infundibulum,
bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria.
Fungsi
dari tuba falopii adalah untuk mengeluarkan ovum ke tanduk uterus dan juga
merupakan tempat terjadinya fertilisasi antara spermatozoa dengan ovum.
2.
Bandingkan
organ reproduksi betina pada setiap hewan
System
reproduksi pada betina terdiri atas ovarium dan duktus. Pada semua mamalia
terdapat sepasang ovarium. Ovarium tersebut terletak dekat ginjal, yaitu tempat
ovarium pertama kali mengalami differensiasi. Tidak seperti testis yang
mengalami penurunan, maka ovarium selama perkembangannya dapat dikatakan tetap
ditempat semula. Permukaan bebas dari ovarium menjorok ke arah ruang tubuh.
Pada
ovarium babi, domba, sapi dan manusia kadang-kadang ditemukan system duktus
yang cukup luas, yang biasanya hanya terbatas pada medulla ovarium. System ini
telah dilacak pada ovarium domba dan babi serta telah ditemukan terakhir buntu.
Duktus-duktus tersebut tersebut merupakan sisa epooforon, yang mungkin dibatasi
oleh epitelia berbentuk kolumner tinggi atau kuboidal. Struktur tersebut tidak
berperan pada reproduksi yang normal.
Berdasarkan
atas fungsi fisiologis dan struktur mikroskopis duktus muller (yang terdapat
pada unggas biasanya disebut oviduk), oviduk ini dibagi menjadi bagian-bagian
sebagai berikut: infundibulum, magnum, isthmus, kelenjar kerabang telur, dan
vagina.
Infundibulum
terdiri atas corong atau fimbria yang menerima telur yang telah diovulasikan
dan bagian yang telah diovulasikan dan bagian kalasiferos merupakan tempat
terbentunya kalaza, yaitu suatu bangunan.
3.
Fisiologi
dan Anatomi Ovarium
Ovarium
merupakan organ endokrin atau sitogenik yaitu suatu organ yang menghasilkan sel
dan hormone. Yang mana produk hormonnya langsung diserap oleh darah. Ovary
terdiri sepasang kiri kanan, berbentuk bulat telur dengan ukuran bervariasi
tergantung jenis hewan dan terletak dibelakang ginjal.
Berdasarkan
anatominya bagian kortek ovarium (zona perenkimatosa) terdiri dari jaringan
ikat ireguler yang pada yang disebut tumina albugenia. Sedang bagian tengah
(medulla) dan sentral (zona vakulosa) merupakan suatu rongga (vaskuler).
Korda
dari sel epithel germinal masuk ke daerah stroma dan akhirnya membentuk sel
yang disebut folikel primer. Folikel ini berkembang menjadi oosti atau ovium.
Ovium terus membesar, berganda menjadi beberapa lapis hingga membentuk folikel
sekunder dan folikel masak (tersier).
V.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil
pengamatan maka dapat
disimpulkan sebagai
berikut :
1. Sistem reproduksi jantan terdiri
atas sepasang testis, saluran testis, skrotum,sekumpulan duktus, kelenjar
pelengkap yang berhubungan dengan saluran penis.
2. Sistem reproduksi betina terdiri
atas ovarium, tuba fallopi, uterus, serviks, vagina, serta bagian-bagian
pelengkapnya.
5.2. Saran
Saran yang dapat kami berikan pada
praktikum ini yaitu diharapkan kepada praktikan dikelompok lain agar tidak
ribut saat dosen memberikan penjelasan kepada kelompok yang sedang dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Dellmann, Brown. 1992. Buku
Teks Histologi Veteriner II. Edisi ketiga.Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta
Frandson, R. 1992. Anatomi dan Fisiologi
Ternak. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Saputro. 2008. Histologi Organ
Reprodusi Jantan. Universitas Brawijaya. Malang.
Soeroso, Y. Duma. 2012.
Hubungan antar Lingkar Skrotum dengan Karakteristik Cairan dan Spermatozoa dalam
Cauda Epididymis pada Sapi Bali (The Correlation of Scrotal Circumference,
Spermatozoa of Epididymis Caudalis and Dilution Characteristic in Bali Cattle).
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Palu
Suatyo, P., dan Chaeri, A.
2013. Histologi Reproduksi Jantan Tikus Putih Setelah Pemberian Propoxur.
Jurnal Inovasi Vol. 3 No. 2, Juli 2009: 99 – 166 http://isjd.pdii.lipi.go.id
diakses pada tanggal 4 Maret 2014 pukul 16.03 WIB
Widjanarko, Bambang. 2011. Informasi Reproduksi.
www.fisiologi-reproduksi.html diakses pada tanggal 4 Maret 2014 pukul 16.04 WIB
Terimakasih Admin, Artikel ini sangat bermanfaat.
BalasHapusSekalian mohon ijin ya numpang iklan promosi menawarkan Produk berikut ini :
- CaO / Kapur Bakar/ Kalsium Oksida.
- CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
-CaCo3 /Kalsium Karbonat.
- Kaptan / Kapur Pertanian
- Dolomite.
- Zeolite .
- Bentonite.
Untuk informasi dan pemesanan produk Silahkan hubungi :
Bpk Asep
081281774186
085793333234
Silahkan Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.