Jumat, 10 Maret 2017

LAPORAN PRAKTIKUM “ Pengenalan Anatomi Dan Fisiologi Organ Reprodiksi Jantan Dan Betina ”



LAPORAN PRAKTIKUM I
ILMU REPRODUKSI TERNAK
“ Pengenalan Anatomi Dan Fisiologi Organ Reprodiksi Jantan Dan Betina ”


 

OLEH :

Kelompok        :  VI (Enam)
Anggota           : 1. Nuraeni Primawati
                             2. Wa Ode Ririn  Saputri
3. Wa Ringa
                             4. Mahfud Ahnan
                             5. Rislan
                             6. Rahmad Sawal
                             7. Ahmad Faisal
Asisten              : Asis Surajat



JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
I. PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan. Tanpa melakukan reproduksi, tak satu spesies pun didunia ini yang mampu hidup lestari, begitu pula dengan hewan ternak baik betina maupun jantan. Fungsi alamiah seekor hewan jantan adalah menghasilkan sel-sel kelamin jantan atau spermatozoa yang hidup, aktif dan potensial fertil, dan secara sempurna meletakakannya ke dalam saluran kelamin betina. Inseminasi buatan hanya memodifiser cara dan tempat peletakan spermatozoa. Semua proses-proses fisiologik dalam tubuh hewan jantan, baik secara langsung maupun tidak langsung, menunjang produksi dan kelangsungan hidup spermatozoa. Akan tetapi pusat kegiatan kedua proses ini terletak pada organ reproduksi hewan jantan itu sendiri.
Organ reproduksi hewan jantan pada umumnya dapat dibagi atas tiga komponen: (a) organ kelmin primer yaitu gonad jantan, dinamakan testis atau testiculus (jamak: testes atau testiculae) disebut juga orchis atau didymos (b) sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar-kelanjar vesikulares, prostata dan Cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari epididylis dan vas deferen dan (c) alat kelamin luar atau kopulatoris yaitu penis.
Semua proses fisiologis dalam tubuh ternak jantan, baik secara langsung maupun tidak langsung, menunjang produksi dan kelangsungan hidup spermatozoa.
Reproduksi hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung baik ternak jantan maupun betina. Sistem reproduksi pada betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur-telur yang diovulasikan oleh ovarium dan membawa telur-telur ke tempat implantasi yaitu uterus, tetapi juga menerima sperma dan membawanya ke tempat fertilisasi yaitu oviduk.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ilmu reproduksi ternak ini yaitu:
1.        Untuk dapat mengetahui bagian-bagian dari organ reproduksi ternak jantan dan betina.
2.        Untuk dapat mengetahui fungsi dari masing-masing organ reproduksi ternak jantan dan betina.
1.3   Manfaat
Adapun manfaat dalam praktikum ilmu reproduksi ternak ini yaitu:
1.      Dapat mengetahui bagian-bagian dari organ reproduksi ternak jantan dan betina.
2.        Dapat mengetahui fungsi dari masing-masing organ reproduksi ternak jantan dan betina.

II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Organ Reproduksi Jantan
Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis yang dikelilingi tunika vaginalis dan selubung testis, epididymis, duktus deferen, kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat dan bulbouretralis), urethra, dan penis yang dilindungi oleh prepusium (Dellmann, 1992).
2.1.1    Testis
Testis adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, sebagaimana halnya ovarium pada ternak betina. Testis dikatakan sebagai organ primer karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) (Saputro et al, 2008). Tahapan spermarogenesis meliputi spermatogonium, spermatositprimer, spermatosit skunder, spermatid muda, dan spermatid matang ( Susatyo dan Chaeri, 2009).
Testis dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica albuginea) yang banyak mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok. Di bawah tunica albuginea terdapat parenkim yang menjalankan fungsi testis. Parenkim membentuk saluran yang berkelok-kelok (Frandson, 1992). Secara sentral, septula testis berlanjut dengan jaringan ikat longgar dari mediastinum testis. Kuda jantan, mediastinum testis terbatas pada kutub kranial testis, tetapi pada hewan piaraan umumnya menempati posisi sentral. Jaringan ikat yang mengisi ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas dan sel interstisial endokrin (sel Leydig) (Dellman, 1992).
Sel leydig adalah sel diantara sel sertoli. Fungsi sel ini adalah memberikan respon FSH dengan mensintesa dan mensekresi testosteron dalam pola yang tergantung pada dosis. Selain reseptor LH, ditemukan pula reseptor prolaktin dan inhibin di dalam sel Leydig. Prolaktin dan inhibin memfasilitasi aktivasi stimulasi yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron, namun keduanya tidak bisa melakukannya sendiri-sendiri (Widjanarko, 2011).
Sel-sel sertoli mempunyai fungsi khusus dalam proses spermatogenesis. Fungsi sel–sel sertoli adalah (1) memberi lingkungan tempat khusus untuk berkembangnya sel–sel germinal. Sel ini mensekresikan cairan yang membasahi sel–sel germinal, dan juga mensekresi cairan tambahan ke lumen tubulus seminiferus untuk menyediakan nutrisi bagi sperma yang berkembang dan baru dibentuk, (2) Memainkan peranan dalam perubahan spermatosit menjadi sperma suatu proses yang disebut spermiasi, (3) Mensekresi bebrapa hormon yang memiliki fungsi penting antara lain factor inhibisi muller (FIM) disekresi oleh testis selama perkembangan janin untuk menghambat pembentukan tuba fallopi dariductus muller, ekstradiol merupakan hormon kelamin feminism yang penting, Inhibin yang merupakan umpan balik dari inhibisi pada kelenjar hypophysis untuk anterior untuk mencegah sekresi yang berlebihan dari hormon perangsang folikel (Dellmann, 1992). Hasil pengamatan diperoleh bahwa histologi testis hewan jantan terdiri membran basement, tubulus seminiferus yang merupakan kumpulan dari sel sertoli, dan sel leydig yaitu sel–sel yang terdapat diantara sel sertoli. Apabila dibandingkan antara literatur dengan hasil paktikum, diketahui hasilnya sesuai yaitu gamabaran testis secara histologi yaitu membran basement, sel leydig, sel sertoli, dan tubulus seminiferus.
2.1.2 Epididymis
Epididymis merupakan pipa panjang dan berkelok–kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus deferens. Epididymis mempunyai empat fungsi utama, yaitu pengangkutan, penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan (konsentrasi) sperma (Frandson, 1992). Atas dasar criteria histologi, histokimia dan ultrastruktur, epididymis dapat dibagi dalam beberapa segmen. Penyebaran dan jumlahnya khas untuk tiap spesies. Secara umum, bagian proksimal dari epididymis (kepala dan badan) berperan dalam proses pemasakan spermatozoa, sedangkan bagian ekor epididymis berperan dalam penyimpanan spermatozoa.
Di daerah ini 45% spermatozoa disimpan. Spermatozoa yang meninggalkan testis, selain belum mampu bergerak dan bersifat tidak fertil, berbeda dengan spermatozoa yang telah melalui epididymis yang telah memiliki sifat mampu bergerak dan fertil. Selama persinggahan dalam duktus epididimidis, spermatozoa mengalami serangkaian perubahan morfologik dan fungsional yang mengarah pada pemilikan kapasitas pembuahan menjelang mencapai ekor epididymis. Perubahan status fungsional spermatozoa tercermin dalam :
1.    perkembangan motilitas progresif,
2.    modifikasi proses metabolisme,
3.   perubahan sifat permukaan membran plasma, aktivitas ikatan molekul pada selaput yang diperlukan untuk pengenalan proses selama pembuahan,
4.  stabilisasi membran plasma melalui oksidasi pada gugus sulfhidril yang terkait,
5.   gerakan ke arah ekor dan akhirnya kehilangan tetes sitoplasma, yaitu sisa sitoplasma spermatid. Setelah masak, spermatozoa dewasa disimpan dalam ekor epididymis untuk jangka waktu lama, lebih lama daripada bila disimpan dalam suhu yang sama secara in vitro (Dellmann, 1992).
Spermatozoa di dalam Epididymis mengalami beberapa proses pematangan, seperti mendapat kemampuan untuk bergerak. Epididymis merupakan saluran reproduksi yang amat penting, karena saluran sangat menentukan kemampuan fertilitas sperma yang dihasilkan. Adapun fungsi pokok Epididymis adalah alat transfor, pendewasaan, penimbunan sperma dan sekresi cairan Epididymis. Sperma melewati Epididymis berkisar antara 9 sampai 13 hari yang dialirkan oleh cairan testis, aktivitas silia epitel dari duktus deferens dan oleh kontraksi otot dinding saluran Epididymis. Bagian cauda epididymis nampaknya merupakan organ khusus untuk penimbunan sperma , karena sekitar 75% dari total sperma Epididymis berada dibagian ini dan kondisi lingkungannya memberikan kemampuan fertilitas yang lebih tinggi dibanding dibagian lain. Sperma yang berasal dari bagian cauda Epididymis memberikan persentase kebuntingan 63% dan lebih tinggi dibanding sperma yang berasal dari bagian caput Epididymis yang hanya 33,33% (Soeroso dan duma, 2012).
2.1.3  Duktus deferens
Duktus deferens meninggalkan ekor epididymis bergerak melalui kanal inguinal yang merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar kebelakang, memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya dua duktus deferens mendekati uretra, bersatu dan kemudian ke dorso kaudal kandung kencing, serta dalam lipatan peritonium yang disebut lipatan urogenital (genital fold) yang dapat disamakan dengan ligamentum lebar pada betina (Frandson, 1992). Lipatan mukosa duktus deferens dibalut oleh epitel silinder banyak lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel beruah menjadi silinder sebaris. Dekat Epididymis, sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan bercabang. Jaringan ikat longgar pada propria-submukosa banyak mengandung pembuluh darah, fibroblas dan serabut elastis. Tunika muskularis pada bagian terminal duktus deferens terdiri dari susunan bervariasi dari berkas otot polos, yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah dari tunika adventisia (Dellmann, 1992).
2.1.4         Penis
Organ kopulasi pada hewan jantan adalah penis, dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu glans atau alat gerak bebas, bagian utama atau badan dan krura atau akar yang melekat pada ischial arch pada pelvis yang tertutup oleh otot ischiocavernosus. Struktur internal penis merupakan jaringan kavernosus (jaringan erektil) yang terdiri dari sinus-sinus darah yang dipisahkan oleh lembaran jaringan pengikat yang disebut septa, yang berasal dari tunika albuginea, kapsula berserabut di sekitar penis (Frandson, 2012).  
Ruang antara tunika albuginea dan jalinan trabekula diisi oleh jaringan erektil. Relaksasi sel-sel otot menyebabkan penis memanjang dan keluar dari selubung prepusiumnya yang sering terjadi pada saat kencing. Ruang kavernosa menerima suplai utama darah dari arteri berbentuk mengulir (helical arrangement), sering disebut arteria helisine (arteria helicinae). Pengenduran sel-sel otot polos dalam arteria helisine menyebabkan peningkatan aliran darah ke dalam ruang-ruang corpora kavernosa. Peningkatan volume darah akan menekan vena-vena tepi, sehingga akan memperkecil aliran darah keluar, sementara mengisi ruang-ruang jaringan erektil dalam corpora kavernosa, spongiosa penis dan glans penis (Dellmann, 2002).
2.2  Organ Reproduksi Betina
Alat-alat reproduksi betina terletak di dalam cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum pelvis dibentuk oleh tulang-tulang sacrum, vertebra coccygea kesatu sampai ketiga dan oleh dua os coxae. Os coxae dibentuk oleh ilium, ischium dan pubis. Secara anatomi alat reproduksi betina dapat dibagi menjadi : ovarium, oviduct, uterus, cervix, vagina dan vulva.
2.2.1 Ovarium
Menurut Blakely dan Bade dan Bade (1991), ovarium yaitu organ betina yang homolog dengan testis pada hewan jantan, berada didalam rongga tubuh di dekat ginjal dan tidak mengalami pergeseran atau perubahan tempat seperti pada testis. Jaringan yang menghasilkan ovum (telur) berada sangat dekat dengan permukaan ovarium.Menurut Nugroho (2008), ovarium merupakan bagian alat kelamin yang utama, karena fungsinya untuk menghasilkan sel gonad (ovum). Seperti juga halnya dengan testis pada ternak jantan, ovarium bersifat endokrin dan bersifat sitogenik. Ovarium bersifat endokrin karena ovarium mampu menghasilkan hormon yang akan diserap secara langsung kedalam peredaran darah. Ovarium juga bersifat sitigenik artinya bahwa ovarium mampu menghasilkan sel ovum atau sel telur. Oleh karena itu ovarium sering juga disebut induk telur, indung telur atau pengarang telur.
2.2.2 Oviduct
            Menurut Frandson (1992), tuba uterina (tuba falopii atau oviduct) adalah saluran yang berpasangan dan berkonvolusi, yang menghantarkan telur dari ovarium menuju ke tanduk uterus dan juga sebagai tempat terjadinya fertilisasi ovum oleh spermatozoa. Bagian dari oviduct yang berdekatan dengan dengan ovarium akan berkembang seperti corong yang disebut infundibulum. Bagian ujung infundibulum membentuk suatu fimbriae.
2.2.3 Uterus
Uterus pada umumnya terdiri atas badan uterus (corpus uteri), tanduk uterus (cornu uteri) yang pada umumnya berbentuk lancip, dan cerviks atau leher uterus. Bentuk uterus pada setiap jenis hewan bervariasi. Uterus mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses reproduksi yaitu sejak estrus sampai bunting dan melahirkan (Nugroho, 2008). Menurut Blakely dan Bade dan Bade (1991), uterus terdiri dari struktur yang menyerupai dua tanduk yang melengkung seperti tanduk domba, dengan satu badan yang sama. Menurut Frandson (1992), uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri dari corpus (badan), cervix (leher) dan cornue (tanduk).
2.2.4 Cervix
Menurut Blakely dan Bade dan Bade (1991), cervix  merupakan organ yang menyerupai sfingter (sphincter) yang memisahkan rongga uterus dengan rongga vagina. Fungsi pokok cervix adalah untuk menutup uterus guna melindungi masuknya bahan-bahan asing.Sfingter tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran saja.Menurut Nugroho (2008), cerviks merupakan spincter otot polos yang kuat dan tertutup rapat, kecuali pada saat estrus atau pada saat menjelang kelahiran. Cervix terletak di antara uterus dan vagina, merupakan pintu masuk kedalam uterus karena dapat terbuka atau tertutup yang sesuai dengan siklus birahi.
2.2.5 Vagina
Vagina adalah bagian saluran reproduksi yang terletak didalam pelvis, diantara cervix  dan vulva. Vagina terbagi atas bagian vestibulum yaitu bagian ke sebelah luar yang berhubungan dengan vulvadan partio vaginalis cervix yaitu bagian kesebelah cerviks (Nugroho, 2008). Menurut Hardjopranjoto (1995), vagina meruppakan bagian alat kelamin yang mudah didilatasi dan merupakan saluran untuk kopulasi dan bagian jalan keluar fetus dan plasenta pada waktu lahir.
2.2.6 Vulva
Vulva adalah bagian eksternal dari genetalia betina yang terentang dari vagina sampai kebagian yang paling luar. Pertautan antara vulva dengan vagina ditandai oleh orifis uretral eksternal (Nugroho, 2008). Menurut Frandsond (1992), vulva (pudendum femininum) adalah bagian eksternal dari genitalia betina yang terentang dari vagina sampai kebagian yang paling luar. Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh orifisuretal eksternal yang terdapat hymen vestigial. Hymen tersebut sangat rapat sehingga mempengaruhi kopulasi.
2.2.7 Clitoris
            Clitoris  terdapat pada celah sebelah ventral dari alat kelamin luar yang secara embrional mempunyai asal yang sama dengan penis pada yang jantan. Ciltoris terdiri dari tenunan erektil dilapisi oleh sel epitel skwamus dengan banyak ujung – ujung saraf di dalamnya.  Pada sapi, clitoris letaknya tersembunyi di daerah mukosa vestibula, tetapi pada kuda clitorisnya sangat erkembang dan pada waktu birahi akan jelas terlihat dari luar. (Hardjoprajonto, 1995).







III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 16 April 2016 bertempat di Laboratorium Reproduksi Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari.
3.2  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum Anatomi dan fisiologi organ reproduksi jantan dan betina disajikan pada tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan yang Digunakan pada Praktikum Anatomi dan fisiologi organ reproduksi jantan dan betina
No
Nama alat
Kegunaan
1
2
3
Scalpel
Pinset
Talang plastik
Untuk memotong/membedah organ reproduksi
Sebagai  penjepit bahan yang diamati
Untuk menyimpan bahan

Tabel 2.Bahan dan Kegunaan yang Digunakan pada Praktikum Anatomi dan        fisiologi organ reproduksi jantan dan betina
No.
Bahan
Kegunaan
1.

2.
Organ Reproduksi Sapi Betina
Organ Reproduksi Sapi Jantan
Sebagai bahan pengamatan

Sebagai bahan pengamatan

3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum Anatomi dan fisiologi organ reproduksi jantan dan betina adalah sebagai beriku:
1.      Dosen menerangkan terlebih dahulu tentang Sistem Reproduksi pada ternak sapi
2.      Mahasiswa dibagi dalam kelompok terdiridari 5 – 8 Orang mahasiswa per kelompok
3.      Mahasiswa melihat dan menggambar pada modul praktikum serta melengkapi dengan nama bagian organ serta fungsi dari organ tersebut
4.      Mahasiswa diberikan untuk berdiskusi bersama kelompoknya, kemudian tiap kelompok menunjuk satu orang untuk menjelaskan hasil diskusi kelompok
5.      Membuat laporan.










IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
            Organ reproduksi primer pada hewan jantan yaitu testis. Sedangkan organ reproduksi sekunder terdiri dari epididymis, vas deferens, uretra, kelenjar vesikularis, kelenjar prostate dan kelenjar bulbouretralis/cowperdan penis.  Secara alamiah fungsi esensial dari seekor pejantan adalah menghasilkan sel-sel kelamin jantan atau spermatozoa yang cukup, aktif dan infertil serta secara sempurna mampu meletakkannya ke dalam saluran reproduksi betina. Semua proses fisiologis dalam tubuh ternak jantan, baik secara langsung maupun tidak langsung, menunjang produksi dan kelangsungan hidup spermatozoa.
4.2.1 Organ Reproduksi Jantan
            Secara anatomis organ reproduksi hewan ruminansia jantan dapat dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu :
1. Testis atau Gonad (kelenjar benih)
            Testis merupakan bagian alat kelamin yang utama. Testis berbentuk bulat panjang. Testis berfungsi untuk menghasilkan sel benih jantan atau semen atau spermatozoa, dan hormon-hormon jantan atau androgen. Ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan testis disebut andrologi. Pada mamalia, testis mengalami penurunan yang cukup jauh,sedangkan pada kebanyakan spesies berakhir pada scrotum. Testis akan rusak bila suhunya sama dengan suhu tubuh. Hewan yang tidak mengalami penurunan testis ke dalam skrotum atau yang mengalami cryptorchid, spermatogenesis (pembentukan sperma) tidak akan terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut semata-mata karena pengaruh suhu. Karena bila testis yang cryptorchiddidinginkan secara buatan, spermatogenesis tetap berlangsung.
            Testis terbagi secara tak sempurna oleh mediastinum, suatu septum yang terbatas. Helai-helai jaringan ikat berjalan dari pusat testis pada sumbu longitudinal dan bersambung dengan selaput pemisah. Segmen-segmen testis mengandung banyak tubuliseminiferi yang berkelok-kelok, jaringan longgar dan sel-sel interstial yang berserakan.
Fungsi testis ada dua yaitu :
a.) Sebagai tempat yang menghasilkan hormon seks jantan yaitu androgen (testosteron).
              Sel-sel intersituial dari Leydig atas pengaruh ICSH menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu hormon testosteron (androgen) yang terdapat di dalam jaringan pengikat di antara tubulusseminiferosa.
b.) Sebagai penghasil gamet jantan disebut spermatozoa.
              Spermatozoa dihasilkan di dalam tubulisemineferi atas pengaruh FSH. Tubulus-tubulus tersebut sangat berliku-liku pada jantan yang lebih tua spermatogonia tumbuh menjadi spermatosit primer, yang setelah pembelahan meiosis pertama tumbuh menjadi spermatosit sekunder haploid selanjutnya spermatosit sekunder haploid tumbuh menjadi spermatid yang setelah mengalami sederetan transpormasi disebut spermiogenesis, kemudian tumbuh menjadi sel sperma yang terdiri atas sebuah kepala sebuah bagian tangah (tubuh) serta sebuah bagian ekor.
2.) Saluran Reproduksi
            Saluran reproduksi terdiri atas epididymis, vas deferens dan uretra; sedang kelenjar-kelenjar mani terdiri atas kelenjar vesikularis, kelenjar prostate dan kelenjar bulbouretralis atau kelenjar cowper. Epididymisberasal dari bahasa latin (Epi = di atas, didymis = testis). Bentuk bulat panjang, besar pada pangkalnya dan disebut kepala epididymis. Bagian tengah sering pula disebut badan epididymis.
Hewan betina/induk mempunyai tugas memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali kehidupan turunan yang baru dan menyediakan tempat beserta lingkungannya untuk perkembangan individu baru, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan memeliharanya selama awal kehidupannya. Tugas ini dilaksanakan oleh organ reproduksi primer dan sekunder. Organ reproduksi primer yaitu ovarium. Ovarium menghasilkan ova (sel telur) dan hormon-hormon kelamin betina. Organ reproduksi sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari oviduk, uterus, serviks, vagina, dan vulva. Fungsi organ-organ reproduksi sekunder adalah menerima, menyalurkan, dan menyatukan sel-sel kelamin jantan dan betina; memberi lingkungan; memberi makan; melahirkan individu baru. Alat-alat kelamin dalam digantung oleh ligamentum lata.
Fungsi testis ada dua yaitu :
a.) Sebagai tempat yang menghasilkan hormon seks jantan yaitu androgen (testosteron).
              Sel-sel intersituial dari Leydig atas pengaruh ICSH menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu hormon testosteron (androgen) yang terdapat di dalam jaringan pengikat di antara tubulusseminiferosa.
b.) Sebagai penghasil gamet jantan disebut spermatozoa.
            Spermatozoa dihasilkan di dalam tubulisemineferi atas pengaruh FSH. Tubulus-tubulus tersebut sangat berliku-liku pada jantan yang lebih tua spermatogonia tumbuh menjadi spermatosit primer, yang setelah pembelahan meiosis pertama tumbuh menjadi spermatosit sekunder haploid selanjutnya spermatosit sekunder haploid tumbuh menjadi spermatid yang setelah mengalami sederetan transpormasi disebut spermiogenesis, kemudian tumbuh menjadi sel sperma yang terdiri atas sebuah kepala sebuah bagian tangah (tubuh) serta sebuah bagian ekor.
4.2.2 Organ Reproduksi Betina
Sapi betina tidak hanya memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali kehidupan turunan baru, tetapi ia menyediakan pula tempat beserta lingkungannya untuk perkembangan individu baru itu, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan memeliharanya selama awal kehidupan. Tugas ini dilaksanakan oleh alat reproduksi primer dan sekunder. Alat reproduksi primer, yaitu ovaria memproduksi ovum dan hormon betina. Organ reproduksi sekunder yaitu terdiri atas tuba fallopi, uterus, cervix, vagina dan vulva. Fungsi alat-alat ini adalah menerima dan mempersatukan sel kelamin jantan dan betina, memelihara dan melahirkan individu baru. Seringkali kelenjar susu dihubungkan sebagai pelengkap alat kelamin, karena kelenjar ini berhubungan erat dengan reproduksi dan penting untuk memberi makan anaknya yang baru dilahirkan selama beberapa waktu.
Alat reproduksi dara telah terbentuk jauh sebelum dilahirkan. Sesudah dilahirkan organ tersebut berkembang tahap demi tahap sampai dengan dewasa kelamin dan mampu untuk mengandung dan  melahirkan anak. Peristiwa ini disebut akil balik atau pubertas. Sesudah akil balik, alat reproduksi berkembang terus, sampai tercapainya pertumbuhsn ysng sempurna sesuai dengan perkembangan badannya.
Sewaktu differensiasi kelamin dimulai, gonad mengandung unsur-unsur sel yang akan berkembang kearah jantan atau betina. Differensiasi tergantung pada genotype dan pengaruh lingkungan luar dan dalam.
1.      Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Betina
a.      Vulva
Vulva merupakan suatu nama yang diberikan terhadap alat kelamin betina bagian luar termasuk clitoris dan vestibulum. Kira-kira 7-10 cm masuk ke dalam dari lubang luar dan pada lantai atau dinding ventral vestibulum terdapat celah sepanjang 2,5 cm. Celah ini merupakan pintu masuk ke dalam kantung suburetra (diverticulum suburethralis) dan juga merupakan sebagai orivicium urethralis. Saluran urethra masuk ke dalam vestibulum sedikit di depan saluran buntu tadi. Saluran buntu sendiri panjangnya 3-4 cm. Saluran urethra berjalan ke depan, tepat dibawah vagina, ke kantung air seni.
Di sebelah menyebelah vestibulum, di sisi lateral orificium urethralis dan sedikit di belakangnya, terdapat lubang ke kelenjar bulbovestibular. Kelenjar-kelenjar ini nampaknya berperan kurang penting pada sapi. Kelenjar ini adalah homolog dengan kelenjar bulbo-urethtralis pada sapi jantan. Lubang luar alat kelamin sapi betina berada tepat dibawah anus. Panjang 12 cm dan mempunyai sudut lebar berbentuk bulat disebelah dorsal dan sudut sempit disebelah ventral. Labia mayora yang tebal ditutupi oleh rambut-rambut halus sampai tempat sambungan dengan mucosa. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke dalam alat reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak sapi melewatinya.
b. Vagina
Perpanjangan dari cervix sampai ke tempat urethra dengan saluran alat kelamin adalah bagian berdinding tipis yang disebut vagina. Mulai dari sini sampai ke lubang vulva, saluran reproduksi dan air kencing memiliki saluran yang sama, disebut vestibulum atau sinus urogenetalis. Padasapi yang tidak bunting, vagina dan vestibulum bersama-sama memiliki panjang 12-30 cm. selama bunting, bila uterus menggantung masuk ke dalam ruang perut, panjang vagina dapat menjadi dua kali lipat.
Dinding vagina tipis tetapi sangat kuat dan lentur, dan pelebaran vagina hanya dibatasi oleh dinding pelvis. Sel-sel epitel dinding vagina berubah-ubah selama siklus birahi, dan ikut memberikan sekresi lendir. Sel-sel yang berada dekat cervix (os. Cervix) terutama berfungsi sebagai penghasil lender. Sel epitel dinding vagina yang berada dekat cervix terdiri dari lapisan jajaran sel penghasil lendir dan sel epitel tipis dekat vestibulum lapisan jajaran sel tadi menebal, dan sel-sel dan sel-sel permukaan sedikit banyak berkornifikasi.
c.       Cervix
Cervix merupakan bagian alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis. Tebal cervix kira-kira3,0 – 4,4 cm. Lapisan urat daging cervix sangat tebal, dan mucosanya mempunyai banyak lipatan-lipatan atau cincin-cincin. Lapisan yang berhadapan saling menindih, membentuk saluran berspiral di sepanjang cervix. Bentuk ini menyebabkan cervix dapat menutup dengan ketat dengan satu sumbat dan lender kental selama kebuntingan. Pada waktu melahirkan, cervix melebar, memungkinkan fetus beserta selaputnya melewatinya. Mucosa cervix mengandung banyak sel-sel penghasil lendir yang mensekresikan banyak lendir yang keluar melalui vuva pada waktu birahi.
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran lonjong. pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum (OUI), dan di pinti vagina disebut ostium uteri eksternum (OUE).
Ligamentum yang menfiksasi uterus:
1.      Ligamentum kardinale sin et dext, mencegah supaya uterus tidak turun.
2.      Ligamentumsakro-uterinum sin et dext, menahan uterus supaya tidak banyak bergerak.
3.      Lig. Rotundum sin et dext, menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari fundus uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan.
4.      Lig. Latum sin et dext, meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi.
5.      Lig. Infundibulo-pelvikum, yang menahan tuba berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.
6.      Lig. Ovarii proprium sin et dext, pada sudut kiri dan kanan belakang fundus uteri, menahan ovarium.
d.      Uterus
Uterus sapi, sama seperti pada ternak besar lainnya, berbentuk bicornua (2 tanduk). Pada hewan yang tak bunting uterus berada 25-40 cm ke depan dari lubang vulva, tepat di depan cervix. Corpus uteri yang bergaris tengah transversal 9-12 cm berukuran panjang 2-5 cm dan bagian depan terbagai atas 2 tanduk. Karena tanduk uterus terletak berdekatan sepanjang 10-15 cm dan tumbuh bersama, maka seakan-akan corpus uteri tampak lebih panjangdari pada kenyataannya. Kadang-kadang tanduk uteri memanjang masuk ke dalam cervix, sehingga tak terdapat corpus uteri. Pada tempat dimana kedua tanduk memisahkan diri garis tengahnya 3-4 cm, dan mengangsur mengecil dan melingkar ke depan dan ke bawah lalu ke belakang dank e atas untuk bersatu dengan tuba fallopi. Dari tempat pemisahan panjang tanduk uterus menjadi 30-55 cm. Panjang uterus beragam sesuai dengan umur hewan dan factor lain.
Biasanya pada sapi muda dan tak bunting hampir seluruh uterus berada di dalam ruang pelvis. Uterus dari sapi yang pernah melahirkan beberapa kali, dan terletak seluruhnya ke ruang perut. Tebal dinding uterus pada pangkal tanduk 9-12 cm. Mulai dari titik ini sampai dengan ujung cornua yang kecil dindingnya tipis, dan pada tempat sambungan dengan tuba fallopi tebalnya hanya kira-kira 2 mm. Dinding uterus terdiri dari 3 lapis urat daging licin, 2 Lapis daging urat membujur, dan satu lapis urat daging melinhkar ditengah-tengahnya dan selaput lendir.
Serabut-serabut urat daging berkesinambungan dari urat daging cervik dan ligament uterus. Mucosa uterus juga berkesinambungan dengan mucosa cervix. Mucosa uterus memiliki kelenjar-kelenjar uterus dan banyak sekali penjuluran keeping benih, dan keping benih ini memiliki liang-liang bercabang tempat penjuluran selaput fetus masuk ke dalamnya masuk selama bunting. Uterus sapi dapat memiliki 80-120 keping benih, dengan ukuran pada sapi yang tak bunting mencapai panjang 15-17 mm, lebar 6-9 mm dan tebal 2-4 mm. Uterus terdiri atas :
1. Fundus uteri, bagian uterus proksimal, kedua tuba fallopi masuk uterus.
e.    Korpus uteri, bagian uterus yang terbesar. Rongganya di sebut cavum uteri.
f.    Serviks uteri yang terdiri atas : a) pars vaginalis servisis uetri yang dinamakan porsio; b) pars supravaginalis servisis uteri, terdapat di atas vagina.

e. Tuba Fallopi
Tuba fallopi sapi betina merupakan satu pasang saluran yang berkelok-kelok dan berjalan dari ovarium ke bagian yang sempit cornua uteri. Saluran ini terletak dilipatan peritoneum berasal dari lapisan lateral dan ligament besar.
Tuba fallopi memiliki garis tengah kecil kira-kira dimulai dari bagian pertengahan pembuluh sampai titik terdekat persambungan dengan kedua uteri. Di daerah ovarium tuba fallopi melebar sebagai corong yang disebut infundibulum. Berdasarkan garis tengah dan kerangka internanya, tuba fallopi terbagi atas tiga bagian isthmus, atau bagian yang sempit yang berhuungan dengan cornua uteri, ampula atau bagian yang berangsur-angsur melebar; dan infundibulum yang ujungnya membuka rongga peritoneum.
Tuba fallopi, terdiri atas:
·         Pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding uterus;
·         Pars ismika, bagian medial tuba yang sempit seluruhnya;
·         Pars ampularis, bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi;
·         Pars infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria.
Fungsi dari tuba falopii adalah untuk mengeluarkan ovum ke tanduk uterus dan juga merupakan tempat terjadinya fertilisasi antara spermatozoa dengan ovum.

2.      Bandingkan organ reproduksi betina pada setiap hewan
System reproduksi pada betina terdiri atas ovarium dan duktus. Pada semua mamalia terdapat sepasang ovarium. Ovarium tersebut terletak dekat ginjal, yaitu tempat ovarium pertama kali mengalami differensiasi. Tidak seperti testis yang mengalami penurunan, maka ovarium selama perkembangannya dapat dikatakan tetap ditempat semula. Permukaan bebas dari ovarium menjorok ke arah ruang tubuh.
Pada ovarium babi, domba, sapi dan manusia kadang-kadang ditemukan system duktus yang cukup luas, yang biasanya hanya terbatas pada medulla ovarium. System ini telah dilacak pada ovarium domba dan babi serta telah ditemukan terakhir buntu. Duktus-duktus tersebut tersebut merupakan sisa epooforon, yang mungkin dibatasi oleh epitelia berbentuk kolumner tinggi atau kuboidal. Struktur tersebut tidak berperan pada reproduksi yang normal.
Berdasarkan atas fungsi fisiologis dan struktur mikroskopis duktus muller (yang terdapat pada unggas biasanya disebut oviduk), oviduk ini dibagi menjadi bagian-bagian sebagai berikut: infundibulum, magnum, isthmus, kelenjar kerabang telur, dan vagina.
Infundibulum terdiri atas corong atau fimbria yang menerima telur yang telah diovulasikan dan bagian yang telah diovulasikan dan bagian kalasiferos merupakan tempat terbentunya kalaza, yaitu suatu bangunan.


3.      Fisiologi dan Anatomi Ovarium
Ovarium merupakan organ endokrin atau sitogenik yaitu suatu organ yang menghasilkan sel dan hormone. Yang mana produk hormonnya langsung diserap oleh darah. Ovary terdiri sepasang kiri kanan, berbentuk bulat telur dengan ukuran bervariasi tergantung jenis hewan dan terletak dibelakang ginjal.
Berdasarkan anatominya bagian kortek ovarium (zona perenkimatosa) terdiri dari jaringan ikat ireguler yang pada yang disebut tumina albugenia. Sedang bagian tengah (medulla) dan sentral (zona vakulosa) merupakan suatu rongga (vaskuler).
Korda dari sel epithel germinal masuk ke daerah stroma dan akhirnya membentuk sel yang disebut folikel primer. Folikel ini berkembang menjadi oosti atau ovium. Ovium terus membesar, berganda menjadi beberapa lapis hingga membentuk folikel sekunder dan folikel masak (tersier).









V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
            Dari hasil pengamatan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Sistem reproduksi jantan terdiri atas sepasang testis, saluran testis, skrotum,sekumpulan duktus, kelenjar pelengkap yang berhubungan dengan saluran penis.
2.      Sistem reproduksi betina terdiri atas ovarium, tuba fallopi, uterus, serviks, vagina, serta bagian-bagian pelengkapnya.
5.2. Saran
            Saran yang dapat kami berikan pada praktikum ini yaitu diharapkan kepada praktikan dikelompok lain agar tidak ribut saat dosen memberikan penjelasan kepada kelompok yang sedang dijelaskan.
                                                                            








DAFTAR PUSTAKA
Dellmann, Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Edisi ketiga.Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta
Frandson, R. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Saputro. 2008. Histologi Organ Reprodusi Jantan. Universitas Brawijaya. Malang.
Soeroso, Y. Duma. 2012. Hubungan antar Lingkar Skrotum dengan Karakteristik Cairan dan Spermatozoa dalam Cauda Epididymis pada Sapi Bali (The Correlation of Scrotal Circumference, Spermatozoa of Epididymis Caudalis and Dilution Characteristic in Bali Cattle). Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Palu
Suatyo, P., dan Chaeri, A. 2013. Histologi Reproduksi Jantan Tikus Putih Setelah Pemberian Propoxur. Jurnal Inovasi Vol. 3 No. 2, Juli 2009: 99 – 166 http://isjd.pdii.lipi.go.id diakses pada tanggal 4 Maret 2014 pukul 16.03 WIB
Widjanarko, Bambang. 2011. Informasi Reproduksi. www.fisiologi-reproduksi.html diakses pada tanggal 4 Maret 2014 pukul 16.04 WIB

1 komentar:

  1. Terimakasih Admin, Artikel ini sangat bermanfaat.
    Sekalian mohon ijin ya numpang iklan promosi menawarkan Produk berikut ini :

    - CaO / Kapur Bakar/ Kalsium Oksida.
    - CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
    -CaCo3 /Kalsium Karbonat.
    - Kaptan / Kapur Pertanian
    - Dolomite.
    - Zeolite .
    - Bentonite.

    Untuk informasi dan pemesanan produk Silahkan hubungi :

    Bpk Asep
    081281774186
    085793333234


    Silahkan Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.

    BalasHapus