LAPORAN PRAKTIKUM
KESEHATAN TERNAK
“Pemeriksaan
Investasi Telur Cacing pada Feses Sapi Bali”
Oleh
:
KELOMPOK : III
ANGGOTA : 1. NURAENI PRIMAWATI
2. WA ODE ASTIJA MADU
3. WEGIG SUKOCO ANGGORO
4. NUSRIN
5. ZAINAL
6. UMAR
KELAS : B
ASISTEN : RATNA SARI
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu tentang parasit telah lama menunjukan peran pentingnya
dalam bidang kedokteran hewan dan manusia namun masih banyak penyakit baik pada
hewan dan manusia yang merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Pertumbuhan
penduduk yang tinggi dan terjadinya urbanisasi yang tidak diimbangi sarana dan
prasarana, telah menambah banyaknya dearah kumuh di perkotaan. Makin
berkurangnya air bersih, pencemaran air dan tanah menciptakan kondisi
lingkungan fisik yang memungkinkan perkembangan vektor dan sumber infeksi
termasuk oleh penyakit parasitik.
Feses adalah sisa hasil pencernaan
dan absorbsi dari makanan yang kita makan yang dikeluarkan lewat anus dari
saluran cerna.Jumlah normal produksi 100 – 200 gram /hari. Terdiri dari air,
makanan tidak tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan
patologis, Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah
maupun konsistensinya dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x
per-minggu.
Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
telur cacing ataupun larva infektif. Pemeriksaan ini juga dimaksudkan untuk
mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa
fesesnya. Pemeriksaan feses dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan metode natif, metode apung,
metode harada mori, dan Metode kato. Metode ini digunakan untuk mengetahui
jenis parasit usus, sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan metode kato
untuk menentukan jumlah cacing yang ada di dalam usus. Prinsip dasar untuk
diagnosis infeksi parasit adalah riwayat yang cermat dari pasien. Teknik diagnostik
merupakan salah satu aspek yang penting untuk mengetahui adanya infeksi
penyakit cacing, yang dapat ditegakkan dengan cara melacak dan mengenal stadium
parasit yang ditemukan.
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perlu diadakan
praktikum mengenai pemeriksaa telur cacing pada feses sapi.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pemeriksaan telur cacing pada feses sapi bali adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur
cacing pada feses sapi
bali.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum pemeriksaan telur cacing
pada
feses sapi
bali adalah
sebagai berikut:
1.
Dapat mengetahui cara pemeriksaan telur
cacing pada feses sapi
bali.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia dan
merupakan hasil domestikasi dari Banteng (bibos banteng) dan merupakan
sapi asli Pulau Bali (Hardjosubroto, 2004). Sapi Bali mempunyai ciri-ciri
khusus antara lain; warna bulu merah bata, tetapi yang jantan dewasa berubah menjadi
hitam (Hardjosubroto, 2004). Satu karakter lain yakni perubahan warna sapi
jantan kebirian dari warna hitam kembali pada warna semula yakni coklat muda
keemasan yang diduga karena makin tersedianya hormon testosteron sebagai hasil
produk testes (Dalton, C. 2006)
Penyakit menjadi masalah yang mengkhawatirkan
peternak dalam mengembangkan sapi bali. Beberapa penyakit yang sering menyerang
sapi bali adalah penyakit Jembrana, Bovine Ephemeral Fever (BEF), diare ganas
menular, berak darah, penyakit bali/bali ziekte dan cacingan. Di antara penyakit -penyakit
tersebut, Penyakit Jembrana dan Penyakit Bali Ziekte merupakan penyakit khas
pada sapi bali (Abu Bakar, 2012).
Cacing merupakan salah satu parasit yang menghinggapi
manusia. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tetap ada dan masih
tinggi prevalensinya, terutama di daerah yang beriklim tropis seperti
Indonesia. Hal ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih perlu
ditangani. Penyakit infeksi yang disebabkan cacing itu dapat di karenakan di daerah
tropis khususnya Indonesia berada dalam posisi geografis dengan temperatur
serta kelembaban yang cocok untuk berkembangnya cacing dengan baik (Kadarsan, 2005).
Dalam identifikasi infeksinya perlu adanya pemeriksaan, baik
dalam keadaan cacing yang masih hidup ataupun yang telah dipulas. Cacing yang
akan diperiksa tergantung dari jenis parasitnya. Untuk cacing atau protozoa
usus akan dilakukan pemeriksaan melalui feses atau tinja (Kadarsan, 2005).
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan
yang di makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Jumlah normal
produksi 100 – 200 gram/hari. Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel
epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis, Jenis makanan serta
gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya dengan
frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu (Gandahusada,
dkk., 2000)
Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium
yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu
penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium
yang modern, dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak
dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam
penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel yang benar
serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan
diagnosis yang dilakukan oleh klinisi (Soejoto dan soebari,
2002)
III. METODELOGI PRAKTIKUM
3.1.Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada
hari Senin 21 November 2016, pada jam 13:00 WITA. Yang bertempat di Laboratorium
Fakultas Peternakan Jurusan Peternakan Universitas Halu Oleo.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum pemeriksaan telur cacing pada feses sapi dapat
dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan
Kegunaannya
No.
|
Nama Alat
|
Kegunaannya
|
1.
|
Mikroskop
|
Untuk
mengamati telur cacing
|
2.
|
Gelas
ukur
|
Untuk
menyimpan feses pada saat dicentrifuge
|
3.
|
Pipet
tetes
|
Sebagai
alat untuk mengambil feses dan mengaduk feses
|
4.
|
Rak
tabung
|
Untuk
tempat menyimpan gelas ukur
|
5.
|
Objeck
glass
|
Untuk
menyimpan feses
|
6.
|
Cover
glass
|
Untuk
menutup feses pada saat diamati
|
7.
|
Beaker
glass
|
Untuk
menyimpan air
|
8.
|
Alat
Tulis
|
Untuk
mencatat data pengamatan
|
9.
10.
|
Camera/Hp
Tabung
sentrifuse
|
Untuk
mendokumentasi
Sebagai
tempat tabung
|
Adapun bahan yang
digunakan dalam praktikum pemeriksaan telur cacing pada feses sapi dapat
dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2. Bahan dan
Kegunaannya
No.
|
Nama Bahan
|
Kegunaannya
|
1.
|
Feses
sapi
|
Sebagai
objek pengamatan
|
2.
|
Larutan
Garam Jenuh
|
Sebagai
pelarut feses
|
3.
|
Air
|
Sebagai
pelarut feses
|
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur
kerja pada praktikum pemeriksaan
telur cacing pada feses sapi bali adalah
sebagai berikut:
1)
Metode
Natif
1. Meletakkan
sedikit feses sapi pada objeck glass yang bersih dengan menggunakan pipet tetes
lalu di teteskan 1-2 tetes air.
2. Dengan
pipet tetes tadi, kita ratakan atau larutkan, kemudian ditutup dengan cover
glass.
3. Diperiksa
dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x.
2)
Metode
Sedimentasi
1.
Memasukkan feses kedalam tabung sentrifuse
2.
Menambahkan air hingga ¾ tabung atau ± 13 ml, lalu ditutup dan diaduk sampai homogen
3.
Memasukkan kedalam alat sentrifuse dengan kecepatan 1500 rpm ± 5 menit
4.
Membuang bagian yang jernih dengan
menuangkan tabung reaksi secara cepat dan disisahkan sedikit
5.
mengambil 1 tetes di simpan diatas objek
glass dan ditutup dengan cover glass
6.
Diperiksa dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10x.
3) Metode Apung
1.
Endapan
Feses pada sentrifuse
ditambahkan
larutan garam jenuh sampai
kelihatan cembung.
Lalu ditutup dengan
cover glass dan dibiarkan selama 5 menit
2.
Setelah 5 menit cover glass diambil dan
menyimpannya pada objek glass
3.
Mengamatinya dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10 x.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pengamatan
Hasil Pengamatan Pemeriksaan Investasi
Telur Cacing pada Feses Sapi Bali dapat dilihat
pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pemeriksaan
Investasi
Telur Cacing pada Feses Sapi Bali
No
|
Percobaan
|
Hasil Keterangan
|
1
|
Metode Natif
|
( - ) Tidak ditemukan Telur Cacing
|
2
|
Metode Sedimentasi
|
( - ) Tidak ditemukan Telur Cacing
|
3
|
Metode Apung
|
( - ) Tidak ditemukan Telur Cacing
|
4.2. Pembahasan
Dari pratikum yang telah kami lakukan pada hari Senin
21 November 2016, di Laboratorium Fakultas Peternakan tentang “Pemeriksaan Investasi
Telur Cacing pada Feses Sapi”, dimana pratikum ini dilakukan dengan 3 metode
kerja diantaraya metode natif, metode sedimentasi dan metode flotation/uji
apung. Ketiga metode ini dilakukan oleh setiap kelompok dan feses yang digunakan pun juga berbeda disetiap
kelompok. Dalam pratikum ini kelompok kami menggunakan sample feses sapi bali
yang masih segar untuk melakukan pemeriksaan telur cacing dengan ke tiga metode
tersebut.
Sistem pemeliharaan sapi
bali yang kami ambil fesesnya sebagai sampel yaitu sistem pemeliharaan secara intensif. Tipe kandang yang digunakan yaitu kandang individu atau kandang tunggal yang merupakan model
kandang satu ternak satu kandang. Pada bagian depan ternak merupakan tempat palungan
(tempat pakan dan air minum), sedangkan
bagian belakang adalah selokan
pembuangan kotoran. Untuk menjaga kebersihan sapi lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah
timbulnya berbagai penyakit. Seluruh
bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih
dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.
Metode
natif dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat,
tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara
pemeriksaan ini menggunakan larutan garam jenuh. Penggunaan garam jenuh dimaksudkan
untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya.
Dalam metode natif pemeriksaan telur cacing pada feses sapi tidak ditemukan telur
cacing maupun cacing karena metode natif hanya dilakukan pada ternak yang
terinfeksi berat sedangkan untuk ternak yang terinfeksi ringan sulit dideteksi
telur cacingnya, ini menandakan ternak sapi bali yang kami periksa fesesnya tidak
terinfeksi parasit cacing.
Metode sedimentasi adalah pemisahan larutan berdasarkan perbedaan BJ, dimana
partikel yang tersuspensi akan mengendap ke dasar wadah. Metode sedimentasi
dilakukan dengan memusingkan sampel atau larutan uji menggunaan centrifuge
dengan kecepatan (rpm) dan waktu tertentu, (Gandahusada, dkk., 2000). Dalam pemeriksaan telur cacing
pada feses sapi bali
tidak ditemukan telur cacing maupun cacing hal yang membuat tidak ada
ditemukannya telur cacing pada feses sapi pada praktikum kali ini karena
kemungkinan terjadi kesalahan pada teknisnya atau prosedur kerja dan juga
penggunanaan feses terlampaui banyak sehingga memerlukan waktu yang banyak
dalam proses pemeriksaannya. Menurut Gandahusada (2000), metode sedimentasi
dari segi proses pemeriksaannya waktu yang digunakan lebih cepat dan juga
metode sedimentasi lebih mudah untuk mendapatkan telur cacing dibandingkan
dengan metode lain. Dalam pemeriksaan telur cacing pada feses sapi yang
dilakukan Gandahusada ada ditemukan telur cacing pemeriksaan ini tidak sesuai
dengan hasil yang kami dapatkan.
Metode apung menggunakan larutan garam jenuh yang didasarkan
atas berat jenis telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati. Metode
ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur. Cara
kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan, sehingga
telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikel-partikel
yang besar yang terdapat dalam feses. Dalam praktikum kali ini metode apung
yang kami gunakan untuk pemeriksaan telur cacing pada feses sapi kami tidak temukan
cacing hal ini menunjukkan bahwa feses sapi yang kami periksa tidak terinfeksi
cacing.
Dari ketiga cara yang kami lakukan
dengan menggunakan metode natif, metode sedimentasi dan metode apung dalam
pemeriksaan feses pada sapi bali yang kami periksa tidak menemukan
telur cacing (negativ) pada feses tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kadarsan (2005) yang mengemukakan
bahwa tidak terdapatnya telur cacing pada feses sapi karna sapi tersebut dalam
kondisi lingkungan yang sehat.
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan maka
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Metode pemeriksaan yang digunakan pada praktikum pemeriksaan investasi
telur cacing pada feses sapi yaitu metode natif, metode sedimentasi dan metode
apung.
2.
Hasil praktikum yang kami lakukan dengan menggunakan ketiga
metode tersebut tidak ditemukan telur cacing (negative)
pada feses tersebut, ini dapat disebabkan oleh karena ternak sapi tersebut sehat
dan lingkungannya baik juga bersih atau bisa juga disebabkan oleh ketidak
telitian kami dalam melihat dan mengamati ada atau tidaknya telur cacing pada
feses tersebut saat menggunakan mikroskop.
5.2. Saran
Saran yang dapat kami berikan pada praktikum
ini yaitu diharapkan pada semua praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan
pemeriksaan telur cacing ini agar mendapatkan hasil yang diinginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu
Bakar. 2012. Penuntun Praktikum Kesehatan Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas.Padang
Dalton,
C. 2006. An Introduction to Practical Animal Breeding. English
Language Book Society, Longman.
Darmadja, S.D.N.D. 1980. Setengah Abad Peternakan Sapi
Tradisional dalam Ekosistem Pertanian di Bali. Disertasi Universitas
Padjajaran, Bandung.
Gandahusada, S.W. Pribadi dan D.I.
Herry. 2000. Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Jakarta.
Hardjosubroto, W. 2004. Aplikasi Pemuliabiakan
Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Kadarsan,
S. 2006. Binatang Parasit. Lembaga
Biologi Nasional-LIPI, Bogor.
Soejoto
dan Soebari. 2002. Parasitologi Medik Jilid 3 Protozoologi dan Helmintologi.
EGC, Solo.
Terimakasih Admin, Artikel ini sangat bermanfaat.
BalasHapusSekalian mohon ijin ya numpang iklan promosi menawarkan Produk berikut ini :
- CaO / Kapur Bakar/ Kalsium Oksida.
- CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
-CaCo3 /Kalsium Karbonat.
- Kaptan / Kapur Pertanian
- Dolomite.
- Zeolite .
- Bentonite.
Untuk informasi dan pemesanan produk Silahkan hubungi :
Bpk Asep
081281774186
085793333234
Silahkan Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.
Artikel sangat bagus, bermanfaat.
BalasHapusBismillah,Mohon ijin numpang promosi yaa.
Kami menawarkan produk dengan HARGA PABRIK :
- Zeolite
- Dolomite
- Kapur Cao / Kalsium Oksida
- Kapur CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
- Kapur CaCo3 /Kalsium Karbonat
- Kapur pertanian /Kaptan
Untuk informasi dan pemesanan produk Silahkan hubungi :
Bpk Asep
081281774186
085793333234
Silahkan simpan nomor dan hubungi jika sewaktu waktu membutuhkan.