Jumat, 10 Maret 2017

LAPORAN “Sistem Saluran Pencernaan Ternak Unggas dan Ruminansia”



LAPORAN PRAKTIKUM II
NUTRISI DAN PAKAN TERNAK
“Sistem Saluran Pencernaan Ternak Unggas dan Ruminansia” 


Oleh :
Nama             : Nuraeni Primawati
Stambuk         : L1A1 14 095
Kelas              : B
                                    Kelompok      : V (Lima)
                                   


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
I. PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Pencernaan adalah rangkaian penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatuperubahan fisik dan kimia dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Proses pencernaan  makanan pada ternak ruminansia relatif lebih komplek dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya. Alat pencernaan terdiri atas saluran yang memanjang mulai dari mulut sampai ke usus dan berakhir di lubang pelepasan atau anus. Ayam memiliki pencernaan yang sederhana. Oleh sebab itu hanya tersedia tempat yang sempit untuk kehidupan jasad renik dalam usus yang diperlukan untuk membantu mencerna pakan.
Ternak unggas merupakan aset nasional yang turut menunjang kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan produk peternakan membuktikan bahwa usaha peternakan dewasa ini mengalami kemajuan. Diantara produk-produk tersebut unggas memegang peranan yang sangat penting, karena digemari dan banyak dikenal oleh masyarakat.
Hewan ruminansia umumnya herbivora atau pemakan tanaman, sehingga sebagian besar makanannya adalah selulose, hemiselulose dan bahkan lignin yang semuanya dikategorikan sebagai serat kasar. Hewan ini disebut juga hewan berlambung jamak atau polygastric animal, karena lambungnya terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Rumen merupakan bagian terbesar dan terpenting dalam mencerna serat kasar, sehingga karena pentingnya rumen dalam proses pencernaan ruminansia, maka timbul pelajaran khusus yang disebut ruminologi. Pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanik, fermentatif dan enzimatik. Pada pencernaan mekanik melibatkan organ seperti gigi (dentis). Pencernaan fermentatif terjadi dengan bantuan mikroba (bakteri, ptotozoa, dan fungi). Pencernaan enzimatik melibatkan enzim pencernaan untuk mencerna pakan yang masuk.

1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui fungsi organ-organ pencernaan ruminansia (sapi)
2.      Untuk mengetahui fungsi organ-organ pencernaan ungas (ayam)

1.3.  Manfaat Praktikum                                                      
Manfaat  dari pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Dapat mengetahui fungsi organ-organ pencernaan ruminansia (sapi)
2.      Dapat mengetahui fungsi organ-organ pencernaan ungas (ayam)




II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Sistem Pencernaan Ruminansia
Sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa (Anonim, 2000).
Faring pada sapi sangat pendek. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm (Anonim, 2000).
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian. Lambung sapi terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi (Anonim, 2000).
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim (Anonim, 2000).
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia (Anonim, 2000).
Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.  Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa). Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif (Anonim, 2000).
2.2.   Sistem Pencernaan Unggas
Alat pencernaan terdiri atas saluran yang memanjang mulai dari mulut melanjut ke usus dan berakhir di lubang pelepasan atau anus (Yaman, 2010). Saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan dunia luar dengan dunia dalam tubuh hewan, yaitu proses metabolik dalam tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, esophagus, crop, proventikulus, gizzard, duodenum, usu halus, seka, rectum, kloaka dan vent  (Suprijatna et al., 2008).
Mulut ayam tidak memliki bibir dan gigi. Peranan gigi dan bibir pada ayam digantikan oleh rahang yang menanduk dan membentuk paruh. Fungsi paruh pada unggas darat dan air berbeda. Pada unggas darat paruh terdapat lidah yang runcing yang digunakan untuk mendorong pakan menuju esophagus. Sedangkan pada unggas air paruh berfungsi untuk menyaring makanan yang terapung pada air (Rasyaf, 2008). Makanan yang telah masuk oleh pergerakan lidah itik didorong masuk ke dalam faring yang kemudiian ditelan. Makanan yang terapung – apung di air ditelan dengan bantuan alat penyaringan yang berupa lamella paralel (Suprijatna et al., 2005).
Esophagus atau kerongkongan berupa pipa tempat pakan melalui saluran ini dari bagian belakang mulut ke proventrikulus (Suprijatana et al,. 2008). Esophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus memanjang dari faring hingga proventrikulus melewati tembolok (Yuwanta, 2004).
            Tembolok adalah organ yang bebentuk kantung dan merupakan daerah pelebaran dari esophagus. Proses pencernaan di dalam tembolok sangat kecil terjadi. Fungsi utama dari tembolok adalah sebagai organ penyimpan pakan. Sedangkan pada itik memliki crop yang sedikit berbeda dibandingkan dengan ayam (Yaman, 2010). Pada itik dan unggas air pada umumnya, crop tidak berkembang secara sempurna, tidak seperti pada ayam atau burung – burung pemakan rumput. Crop semata – mata berfungsi sebagai penampung sementara bagi makanan (Yuwanta, 2008).
            Proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau glandular stomach yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak. Sekresi pepsinogen dan HCl tergantung pada stimulasi saraf vagus, sekresi glandula perut ini 5 – 20 ml/jam dan mampu mencapai 40 ml ketika ada pakan (Yuwanta, 2004). suatu enzim untuk membantu pencernaan protein, dan hidrokloric acid disekresi oleh glandular cell (Suprijatna et al., 2008).
Fungsi utama empedal adalah menggiling dan meremas pakan yang keras. Proses mencerna makanan secara normal dapat dibantu oleh adanya kerikil yang biasa diambil dan ditelan melalui mulut (Hardjosworo, 2006). Gizzard memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat (Suprijatna et al., 2005).
            Usus terdiri atas saluran makanan yang dimulai dari duodenum yaitu usus halus bagian depan dan hingga berakhir di rectum atau usus besar di bagian belakang. Pencernaan pakan utama terjadi di usus halus (Sudarmono, 2003).  Panjang duodenum unggas dewasa 22 – 38 cm, jejunum 105 cm, dan ileum 15 cm (Fadilah dan Polana, 2004).
Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. Bagian seka juga terjadi digesti serat kasar yang dilakukan oleh  bakteri serat kasar. Kemampuan mencerna serat kasar pada bangsa itik lebih besar daripada ayam sehingga sekum litik lebih berkembang daripada ayam (Yuwanta, 2004). diantara usus halus dan usus besar, terdapat dua kantung yang disebut sebagai ceca (Suprijatna et al., 2008).
Usus besar (rectum) dinamakan juga intestinum crasum yang panjangnya 7 cm, hal ini dikarenakan bahwa unggas yang kita gunakan dalam pratikum masih muda (Yuwanta, 2004). Usus besar merupakan rectum. Pada ayam dewasa, panjangnya hanya sekitar 10 cm dengan diameter sekitar dua kali usus halus. Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus ke kloaka (Suprijatna et al., 2008).
Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan koprodeum terletak berhimpitan (Yuwanta, 2004). Kloaka merupakan suatu tabung yang berhubungan  dengan  saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi yang membuka  keluar  menuju  anus (Sudarmono, 2003). Organ-organ tertentu berkaitan erat dengan pencernaan sebagai saluran sekresi kedalam saluran pencernaan itik. Fungsinya membantu dalam pemprosesan pakan. Organ tersebut yaitu pankreas, hati, dan kantung empedu. Organ tambahan, namun fungsi organ ini sangat penting karena mengsekresikan enzim pencernaan (Suprijtna et al., 2008).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1.    Waktu dan Tempat
Praktikum Nutrisi dan Pakan Ternak dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 4 Juni 2016, pukul 09.00 – selesai WIB bertempat di Kandang Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.
2.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengamatan sistem  pencernaan  pada  ternak ruminansia dan unggas adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan kegunaan yang digunakan pada praktikum pengamatan sistem  pencernaan  pada  ternak ruminansia dan unggas.
No.
Nama Alat
Kegunaan
1.
Alat Tulis
Untuk mencatat data hasil pengamatan
2.
Pisau Cater
Untuk membedah organ pencernaan ayam
3.
4.
Kamera
Sarung Tangan
Sebagai alat dokumentasi
Untuk mencegah tangan agar tidak terkena mikroba yang terdapat di dalam saluran pencernaan ternak ruminansia dan unggas

Tabel 2.Bahan dan kegunaan yang digunakan pada praktikum pengamatan sistem pencernaan  pada  ternak ruminansia dan unggas.
No
Bahan
Kegunaan
1.

2.
Organ-organ pencernaan ayam
Organ-organ pencernaan sapi
Sebagai bahan pengamatan

Sebagai bahan pengamatan



2.3.     Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum Pengamatan Sistem  Pencernaan        pada  Ternak Unggas dan Ruminansia adalah sebagai berikut:
1.    Menyediakan saluran pencernaan ayam dan sapi pada meja praktikum.
2.    Memberikan label pada bagian organ pencernaan.
3.    Memperhatikan alat-alat pencernaan tersebut hingga kita bisa mengetahui alat-alat pencernaan pada ayam dan sapi tersebut.
4.    Memperhatikan bagian-bagian saluran pencernaan tersebut secara kronologis mulai dari esophagus sampai ke anus.
5.    Mengetahui fungsi dari setiap organ pencernaan.
6.    Mendokumentasikan hasil pengamatan.














III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.    Sistem Pencernaan pada Ruminansia
Table 3. Gambar Ruminansia
Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo
Praktikum Nutrisi dan Pakan Ternak
                 Hasil Praktek                                                   Internet
                                                                                 
      Keterangan :                                                    Keterangan :
   A: Esophagus                                                a : rumen
   B: Rumen                                                      b : reticulum
   C: Reticulum                                                 c : omasum
   D: Omasum                                                   d : abomasums
   E : Abomasum

3.2.  Pembahasan
3.2.1 Esophagus
Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.
Esophagus terdiri dari membran mukosa yang memanjang dari mulut sampai ke rumen yang berperan dalam proses ruminasi dan eruktasi dan berfungsi membawa makanan dan air liur ke lambung dengan adanya gerakan peristaltik.

3.2.2. Rumen
Bagian sistem pancernaan ruminansia yang paling berperan besar adalah rumen. Rumen berupa suatu kantung muskular yang besar yang terentang dari diafragma menuju pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal. Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa dan fungi. Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen. 
Kapasitas rumen pada ternak ruminansia dewasa mencapai 80% dari total kapasitas perut ruminansia, sedangkan pada ternak ruminansia baru lahir perkembangan rumen belum sempurna kapasitasnya sekitar 30%. Oleh sebab itu pada anak ternak ruminansia yang baru lahir belum diberikan pakan yang berserat karena masih belum ada pencernaan fermentatif dan mikroba rumen belum tumbuh. Pencernaan pada ternak ruminansia yang baru lahir hanya berupa pencernaan enzimatik. Namun setelah ternak tersebut berumur dua bulan ukuran rumen sudah baik dan mikroba rumen sudah dalam jumlah yang cukup untuk mencerna bahan berserat. Mikroba pada rumen merupakan mikroba yang berasal dari susu yang diberikan induk saat masa menyusui maupun mikroba yang berasal dari bahan lain.
Jumlah mikroba rumen terbesar adalah bakteri. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas populasi mikroba rumen adalah temperatur, pH, kapasitas buffer, tekanan osmotik, kandungan bahan kering dan potensial oksidasi reduksi cairan rumen. Adanya bakteri dan protozoa yang hidup dalam rumen menyebabkan ruminansia dapat mencerna bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi.
3.2.3. Reticulum
                       
Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach. Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur. Fungsinya untuk menyaring benda – benda asing seperti paku,plastic dst.
Retikulum pada sapi yang membantu proses ruminasi bolus, sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen, tempat fermentasi, membantu proses ruminasi, mengatur arus ingesta ke omasum, absorpsi hasil fermentasi dan tempat berkumpulnya benda-benda asing. Pakan berbentuk sudah mulai lembek, karena sebelumnya sudah terjadi pencernaan kimiawi dan fermentasi di rumen.

3.2.4. Omasum
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Omasum merupaka suatu organ seferis yang terisi oleh lamina muskuler yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membrana mukosa yang menutupi lamina, ditebari dengan papile yang pendek dan tumpul yang akan menggiling hijauan atau serat - serat sebelum masuk ke abomasum (perut sejati). Omasum letaknya disebelah kanan rumen dan retikulum persis pada posisi kaudal hati. Omasum domba dan kambing jauh lebih kecil dibandingkan omasum sapi dalam keadaan normal tidak menyentuh dinding abdominal ruminansia kecil itu.
Omasum hampir terisi penuh oleh lamina dengan papila yang meruncing yang tersusun sedemikian rupa sehingga makanan digerakkan dari orifisium retikulo-omosal, di antara laminae, dan menuju ke orifisium omaso-abdomosal. Setiap laminae mengandung tiga lapis otot, termasuk suatu lapis sentral yang berhubungan dengan dinding otot dari omasum, serta suatu lapis mukosa muskularis yang terletak pada tiap sisi dari otot sentral.
Dasar omasum seperti juga halnya lembaran - lembaran (lipatan - lipatan) ditutupi oleh epitel squamosa berstrata. Pada pertautan antara omasum dan abomasum terdapat suatu susunan lipatan membrana mukosa ‘vela terminalia’ yang barang kali berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari abomasum menuju ke omasum, sedangkan pada domba merupakan bagian dari abomasums.

3.2.5. Abomasum
Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik.
3.3. Sistem Pencernaan pada Unggas
Table 4. Gambar Unggas
Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo
Praktikum Nutrisi dan Pakan Ternak
                 Hasil Praktek                                                   Internet
                                                      
      Keterangan :                                                    Keterangan :
a: Esophagus           h : Ginjal                                            
b: Tembolok            I  : Pangkreas                                                
c:  Proventikulus      j : Hati                                           
d: Fentrikulus          k : Empedu                                          
e : Duodenum          l : Ileum
f : Jejenum              m: Secum

3.3.1. Mulut

Mulut ayam tidak memliki bibir dan gigi. Peranan gigi dan bibir pada ayam digantikan oleh rahang yang menanduk dan membentuk paruh. Fungsi paruh pada unggas darat dan air berbeda. Pada unggas darat paruh terdapat lidah yang runcing yang digunakan untuk mendorong pakan menuju esophagus. Sedangkan pada unggas air paruh berfungsi untuk menyaring makanan yang terapung pada air. Makanan yang telah masuk oleh pergerakan lidah itik didorong masuk ke dalam faring yang kemudiian ditelan. Makanan yang terapung – apung di air ditelan dengan bantuan alat penyaringan yang berupa lamella paralel (Suprijatna et al., 2005) 
Bobot mulut pada ternak unggas (ayam) tidak di ketahui karena pada pelaksanaan praktikum tidak di sediakan organ mulut ayam. Kami mendiskripsikan mulut ayam yaitu Kasar, keras dan berlendir karena di dalam mulut terdapat kelenjar saliva yang meghasilkan enzim amilase dan maltase.

3.2.2 Esophagus
Esopagus membentang disepanjang leher dan thorax, kemudian berakhir di proventriculus, merupakan penghubung antara dasar mulut (pharynx) dengan crop dan ventriculus. Esophagus menghasilkan mukosa yang berfungsi untuk membantu melicinkan pakan menuju tembolok.  Jika berat esophagus ayam tidak pada kisaran normal ini  dapat dipengaruhi oleh pemberian pakan atau jenis pakan yang dikonsumsi, penyakit, umur, dan jenis unggas. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat (Prayoga, 2006) bahwa Faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan dari berat esophagus pada ayam adalah jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pakan, umur dan jenis kelamin.
3.2.3. Tembolok (crop)
Tembolok adalah organ yang bebentuk kantung dan merupakan daerah pelebaran dari esophagus. Proses pencernaan di dalam tembolok sangat kecil terjadi. Fungsi utama dari tembolok adalah sebagai organ penyimpan pakan. Sedangkan pada itik memliki crop yang sedikit berbeda dibandingkan dengan ayam. Pada itik dan unggas air pada umumnya, crop tidak berkembang secara sempurna, tidak seperti pada ayam atau burung – burung pemakan rumput. Crop semata – mata berfungsi sebagai penampung sementara bagi makanan.
Sebelum kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada bagian yang melebar di salah satu sisinya menjadi kantong yang dikenal sebagai crop (tembolok). Tembolok merupakan modifikasi dari oesophagus yang berperan sebagai tempat penyimpanan pakan, pakan disimpan dalam tembolok hanya sementara. Dalam tembolok sedikit bahkan tidak terjadi proses pencernaan, kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan aktifitasnya di tembolok (Yuwanta, 2004).
3.2.4. Proventriculus
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui proventriculus ayam memiliki berat 6 gram. Proventriculus adalah suatu peleburan dari kerongkongan sebelum berhubungan dengan gizzard (empedal). Biasanya disebut glandula stomach atau true stomach, tempat gastric juice diproduksi. Pepsin, suatu enzim untuk membantu pencernaan protein, dan hydrochloric acid disekresi oleh glandular cell, oleh karena pakan berlalu cepat melalui proventriculus maka tidak ada pencernaan material pakan disini, akan tetapi sekresi enzim mengalir ke dalam gizzard sehingga dapat bekerja disini.
Menurut Neil (2006) mengatakan  proventriculus memiliki panjang 6 cm dengan berat 7,5 sampai 10 gram. Data yang diperoleh untuk ayam termasuk dalam kisaran normal.

3.2.5. Gizzard 
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui Gizzard ayam memiliki  berat 22 gram. Data ini sesuai dengan data yang menyatakan berat gizzard adalah 25 sampai 30 gram.Pada unggas yang hidup secara berkeliaran, empedal lebih kuat daripada ayam yang dipelihara secara terkurung dengan pakan yang lebih lunak (Yuwanta, 2004).
Gizzard disebut juga muscular stomach (perut otot) atau empedal. Lokasinya berada diantara ventriculus dan bagian atas usus halus. Fungsi utama empedal adalah melumatkan pakan dan mencampur dengan air menjadi pasta yang dinamakan chymne.Ukuran dan kekuatan empedal dipengaruhi oleh kebiasaan makan ayam tersebut.Ayam yang dipelihara empedalnya lebih kuat dari pada ayam yang dikurung (Yuwanta, 2004).   
Mukosa permukaan gizzard mensekresikan coilin yang berfungsi melindungi permukaan empedal terhadap kerusakan yang mungkin di sebabkan oleh pakan atau zat lain yang tertelan. Didalam gizzard terjadi pencernaan secara mekanik yang dibantu oleh grit (bebatuan) untuk membantu memecah pakan. Partikel pakan yang lebar besar menyebabkan kontraksi juga semakin cepat.Partikel pakan segera digiling menjadi partikel kecil yang mampu melalui saluran usus. Material halus akan masuk gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit, tetapi pakan berupa material kasar akan tinggal di gizzard untuk beberapa jam. Gastric juice tidak dapat bekerja atau mencerna cellulose, biji-bijian dan tidak dapat bekerja aktif sebelum makanan tadi dihaluskan dan dihomogenkan oleh fungsi gizzard. Gizzard juga berfungsi sebagai filter, bahkan makanan yang telah halus masuk kedalam duodenum satu menit setelah terbentuk ingesta.

3.2.6. Duodenum
Duodenum terdapat pada bagian paling atas dari usus halus dan panjangnya mencapai 24 cm. pada bagian ini terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar berupa pati, lemak, dan protein. Penyerapan hasil akhir dari proses ini sebagian besar terjadi di duodenum. Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati. Getah empedu mengandung garam empedu dan lemak dalam bentuk kholesitokinin-pankreosimin berisi kolesterol dan fosfolipid (Yuwanta, 2004).
 Dari data hasil praktikum diperoleh bahwa berat duodenum 6 gram. Menurut Hamsah (2013) menyatakan bahwa berat duodenum ayam umur 35 hari adalah 4 gram. Berdasarkan literatur, diketahui bahwa  berat duodenum berada di atas kisaran normal.

3.2.7. Jejunum
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui  berat  jejunum ayam adalah  18 gram. Jejunum merupakan kelanjutan dari duodenum yakni terjadi pencernaan namun dengan frekuensi absorpsi yang masih kecil. Dalam jejunum terjadi proses penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan di duodenum sampai tinggal bahan yang tidak dapat dicerna (Yuwanta, 2004).
3.2.8. Ileum
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui  berat  ileum pada ayam adalah 10 gram. Ileum merupakan bagian usus halus yang paling banyak melakukan absorpsi. Ileum mempunyai banyak vili-vili untuk memperluas bidang penyerapan. Batas antara jejunum dengan ileum berupa tonjolan kecil disebutmicelle diverticum. Menurut Zuprizal dan Kamal (2005), berat ileum pada unggas terutama ayam adalah 15 gram walaupun bobot yang kami dapatkan berbeda tetapi tidak berbeda jauh.
3.2.9. Coecum
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui  berat coecum ayam adalah  berat 8 gram. Menurut Neil (2006), berat coecum berkisar antara 6 sampai 8 gram. Ayam memiliki berat coecum diatas kisaran normal.Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan individu serta pakan yang dikonsumsi.
Semakin tinggi pakan mengandung serat kasar tinggi, maka coeca akan berkembang karena coeca berfungsi untuk mencerna serat kasar. Dengan demikian, coecum pada itik lebih berkembang daripada pada ayam. Coecum terdiri atas dua coeca atau saluran buntu. Di dalam Coecum terjadi pencernaan mirobiologi, karena pencernaan serat kasar dilakukan oleh bakteri pencernaan serat kasar.

3.2.10. Usus besar
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui  berat usus besar ayam adalah  berat 2 gram. Menurut Yaman (2010), berat normal rektum adalah 4 sampai 6 gram. Panjang usus besar ayam tidak berada dikisaran normal. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan pertumbuhan dan performa ayam. Usus besar juga dinamakan intestinum crasum. Fungsi usus besra yaitu untuk perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses yang kemudian juga tercampur dengan urine membentuk ekskreta. Feses dan urine sebelum dkeluarkan mengalami penyerapan air sekitar 72% sampai 75%.
3.2.11. Kloaka
Saluran pencernaan ayam berakhir pada kloaka yang merupakan muara keluarnya ekskreta. Menurut Yuwanta (2004), feses dan urin sebelum dikeluarkan mengalami penyerapan air sekitar 72% sampai 75%. Rerata waktu yang diperlukan untuk lintas pakan di dalam saluran pencernaan unggas kurang lebih 4 jam. Muara ureter dinamakan urodeum, muara sperma pada ayam jantan disebut proktodeum, dan muara feses dinamakan koprodeum. Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan koprodeum terletak berhimpitan.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan tidak diketahui berat kloaka pada ayam karna pada saat praktikum bahan tersebut tidak tersedia.

IV. PENUTUP
4.1.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Ruminansia memilliki sistem pencernaan yang terdiri atas esophagus, lambung, dan juga usus. Lambung pada ruminansia terdiri dari 4 bagian. Hal inilah yang unik pada ruminansia dan tidak dimiliki oleh hewan lainnya. Ada rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Ukuran dapat bervariasi sesuai dengan jenis, umur dan juga faktor makanan ruminansia.
2.      sistem pencernaan pada ternak unggas yaitu organ dalam pada ternak unggas terdiri dari dua bagian, yaitu alat pencernaan dan organ tambahan.Alat pencernaan pada ternak unggas terdiri dari mulut, oesophagus, crop, proventikulus, gizzard, duodenum,   jejunum, ilieum, coecum, usus besar, dan kloaka.Adapun organ tambahan pada ternak unggas terdiri dari hati, pankreas, dan kantung empedu.
4.2. Saran
            Saran yang dapat saya berikan pada praktikum ini yaitu diharapkan menyediakan tempat yang baik untuk semua praktikan agar dapat melihat dan mendengar penjelasan yang diberikan. 


DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler.Lembaga Satu Gunungbudi
              IPB. Bogor.
Bali. Saluran Pencernaan Kambing. http://bali-baliqu.blogspot.com/2011/09/salu ran-pencernaan-kambing.html. 2011. Diakses tanggal 12 Desember 2012.
Biologigonz. Pencernaan Ruminansia. http:// biologigonz. blogspot. com/2010 /01/pencernaan-ruminansia. html. 2010. Diakses tanggal 12 Desember 2012.
Blakely, James and David H. Bade. Ilmu Peternakan edisi IV. Yogyakarta: Gadjah Mada      University Press. 1991.
Dodee. Pencernaan Ruminansia. http://dodee88. wordpress.com/2009/01/03/67/. 2009. Diakses pada tanggal 12 Desember 2012.
Frandson. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1992.
Hamsah. 2013. Respon Usus dan Karakteristik Karkas pada Ayam Ras Pedaging dengan Berat Badan Awal Berbeda yang Dipuasakan Setelah Menetas. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Kosnoto, M. 2000. Teknologi Limbah Rumen untuk Pakan dan Pupuk Organik. Surabaya: Fakultas   Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. . 2 nov 2012
Neil, A. C. 2008. Biology 2nd edition.The Benjamin Coming Publishing
 Company Inc. Pec Wood City.
Neisheim.2009.http://www.scribd.com/doc/51775557/tinjauan-pustaka
North.2008.http://health.detik.com/read/2008/09/11/170027/1201783/770/pencernaan
Prayoga, Goodma, H. D. 2006Biology Laboratory Inversatium Java. Novich Put Orlando.sistem-organ-dalam . 1 nov 2012
Suprijatna. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutardi. 2002. Landasan Ilmu Nutrisi I. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor . . 2 nov 2012
Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius.Yogyakarta.
Zuprizal dan M. Kamal. 2005. Nutrisi dan Pakan Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
















HALAMAN PENGESAHAN

Diajukan  Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan
Laporan Praktikum  mata kuliah Nutrisi dan Pakan Ternak.

   Judul                           : Laporan Praktikum Nutrisi dan Pakan Ternak
Nama                           : NURAENI PRIMAWATI
Stambuk                      : L1A1 14 095
Jurusan                        : Peternakan
Fakultas                       : Peternakan
Universitas                  : Halu Oleo
Kelompok                   : V (Lima)



Kendari, 6 Juni 2016

                                                        Mengetahui

Dosen Pembimbing




Firman Nasiu S, Pt. M, Sc
                                               NIP : 197605262010011009


KATA PENGANTAR

             Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga lapoaran praktikum nutrisi dan pakan ternak ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah di tentukan.
Laporan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan dan inspirasi yang bermanfaat bagi mahasiswa lain dan halNyak, khususnya mahasiswa di Universitas Halu Oleo. Dan juga kepada teman-teman semua terimah kasih yang telah membantu dalam membuat laporan ini, serta memberikan sumbangan saran dan kritik positif dan tentu saja konstruksi baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai isi materi maupun penulisannya, guna untuk kebaikan bersama.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih mempunyai banyak kekurangan sehingga membutuhkan perbaikan-perbaikan demi penyempurnaan laporan ini. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan dengan hati terbuka saya senantiasa menantikan saran dan kritik positif dari para pembaca.

                                                                                                     Kendari, 6 Juni 2016


                      Penyusun     
DAFTAR ISI
             
               HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
            HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii
            KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
   DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................9
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................27
   DAFTAR PUSTAKA          
   LAMPIRAN









DOKUMENTASI
                       
                   
            

2 komentar:

  1. Suka Dengan Konten Ini, Sangat berkaitan dengan Blog Pemainayam.vip

    BalasHapus
  2. Terimakasih Admin, Artikel ini sangat bermanfaat.
    Sekalian mohon ijin ya numpang iklan promosi menawarkan Produk berikut ini :

    - CaO / Kapur Bakar/ Kalsium Oksida.
    - CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
    -CaCo3 /Kalsium Karbonat.
    - Kaptan / Kapur Pertanian
    - Dolomite.
    - Zeolite .
    - Bentonite.

    Untuk informasi dan pemesanan produk Silahkan hubungi :

    Bpk Asep
    081281774186
    085793333234


    Silahkan Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.

    BalasHapus