Laporan
Praktikum II
Ilmu Pemuliaan Ternak
Fertilisasi, Daya Tetas, dan
Bobot Tetas pada Telur Ayam Kampung (Gallus domesticus) dan Telur Burunng Puyung (Coturnix-coturnix Japonica)
Oleh :
Nama : Nuraeni Primawati
Nim : L1A1 14 095
Kelas : B
Kelompok : II (Dua)
Nama Asisten : Ashar
Jurusan peternakan
Fakultas peternakan
Universitas Halu Oleo
Kendari
2016
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki
ternak unggas yang potensial dalam perkembangan peternakaan nasional.Sala satu
jenis unggas lokal yang suda lama dikenal oleh masyarakat adalah ayam kampung.
Kebutuhan ternak ayam kampung belakangan ini cenderung meningkat, selain untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani juga disebabkan karena kepercayaan masyarakat
terhadap daging ayam kampung yang lebih alami dan lebih enak dibandingkan
dengan ayam ras, akan tetapi, peningkatan kebutuhan
terhadap ayam kampung tidak diimbangi dengan peningkatan populasi ayam kampung
diberbagai daerah di Indonesia.
Pemuliaan
Ternak merupakan salah satu pengetahuan yang berfungsi untuk mengetahui
bagaimana ternak hidup dengan memperhatikan kualitas mutu genetik, caranya
adalah dengan seleksi dan sistem persilangan. Sifat yang diwariskan dari induk
dan pejantan kepada turunannya meliputi sifat kuantitatif dan kualitatif. Sifat kuantitatif adalah sifat atau karakter pada
individu yang dapat diukur dan ditimbang. Sifat ini diexpresikan oleh banyak
gen yang bersifat aditif dan pada penampilannya banyak dipengaruhi oleh
lingkungan. Beberapa sifat yang diwariskan dari tetua ke generasi anak antara
lain, berat telur, indeks telur dan warna kulit telur.
Ayam
kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan
tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung
sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan
dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang
ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan.
Burung
puyuh adalah ternak yang relatif cepat menghasilkan telur yaitu pada umur 6
minggu dan mampu berproduksi sebanyak 200-300 butir telur dalam setahun.
Disamping itu burung puyuh sudah sejak lama dikenal sebagai hewan percobaan
yang efisien karena biaya pemeliharaannya relatif murah. Penampilan (fenotipe)
ternak termasuk burung puyuh disamping ditentukan oleh genotipenya,juga banyak
ditentukan oleh faktor lingkungan dimana ternak itu dipelihara.
Pada dasarnya, penetasan telur
ayam kampung dapat dikelompokkan menjadi dua cara, yaitu cara alami dengan
induk dan cara buatan dengan menggunakan mesin tetas. Kelebihan dari penetasan
alami yaitu lebih mudah dilakukan oleh petani dan tidak memerlukan pengawasan
yang intensif seperti pengaturan suhu dan kelembapan serta pemutaran. adalah
daya tampung pada saat dieramkan sedikit .
Kebutuhan terhadap ayam kampung
semakin meningkat selain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani juga
disebabkan karena kepercayaan masyarakat terhadap daging ayam kampung yang
lebih alami di banding dengan ayam jenis lainnya.Akan tetapi peningkatan
kebutuhan terhadap ayam kampung ini tidak diimbangi dengan jumlah populasi ayam
kampung pada masing-masing daerah di Indonesia.Kurangnya perhatian terhadap
ayam kampung merupakan salah satu faktor penyebab populasi ayam kampung semakin
menurun.
Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka dilakukanlah praktikum ini untuk dapat mengetahui fertilisasi, daya tetas, bobot tetas pada
telur.
1.2. Tujuan
Tujuan
dilakukannya paraktikum ini adalah
1.
Untuk mengetahui fertilitas telur pada ayam kampung dan telur burung puyuh.
2.
Untuk mengetahui daya tetas, pada ayam kampung dan telur burung puyuh.
3.
Untuk mengetahui bobot tetas telur ayam kampung dan telur burung puyuh .
1.3. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu :
1.
Dapat
mengetahui fertilitas telur pada ayam kampung dan telur burung puyuh.
2.
Dapat
mengetahui daya tetas, pada ayam kampung dan telur burung puyuh.
3.
Dapat
mengetahui bobot tetas telur ayam kampung dan telur burung puyuh .
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fertilitas Telur Burung Puyuh
dan Ayam Kampung
Fertilisasi
dan daya tetas merupakan dua sifat yang mempunyai nilai ekonomis penting pada
program pembibitan puyuh disamping karakter produksi telur. Pramono (2004)
menyatakan bahwa rata-rata fertilitas dan daya tetas telur puyuh di peternakan
Kota Bengkulu masing-masing 61% dan 67,2% di samping itu ditemukan juga seitar
20% puyuh yang berkaki pengkor.
Persentase fertilitas telur ayam
tolaki pada mesin tetas sumber panas listrik (PL) dan mesin tetas kombinasi
listrik dan lampu minyak (PLM) sebagaimana terlihat menunjukkan bahwa secara
umum rata-rata fertilitas telur ayam tolaki adalah 52,72%. Fertilitas telur
ayam tolaki yang dicapai pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan
tertilitas ayam kampung yang dilaporkan Djafar (2001) yakni sebesar 65,18%,
fertilitas ayam kedu pebibit di Kabupaten Temanggung yaitu 74,24% (Suryani dkk.,
2012), fertilitas ayam petelur yang diinseminasi dengan semen pejantan ayam
kampung dengan mengencerkan NaCl fisiologis 0,9 persen ditambah kuning telur ¼
bagian diperoleh hasil sebesar 70,83% (Sujionohadi dkk., 2007).
2.2. Daya Tetas
Daya tetas dihitung dengan membandingkan jumlah telur yang menetas dengan
jumlah seluruh telur yang fertil. Semakin tinggi jumlah telur yang fertil dari
jumlah telur yang ditetaskan akan dihasilkan persentase daya tetas yang tinggi
pula. Menurut North (1980), fertilitas yang tinggi diperlukan untuk
menghasilkan daya tetas yang tinggi.salah satu faktor yang mempengaruhi
fertilitas telur ialah rasio seks pejantan dan induk betina.
Daya tetas dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain factor genetic,
fertilitas, lama dan suhu penyimpanan telur, suhu dan kelembapan mesin tetas,
kebersihan telur, umur induk, nutrisi, penyakit serta keseragaman bentuk dan
ukuran telur (North dan bell, 1990; Ensminger, 1992).
Rendahnya daya tetas bukan hanya disebabkan oleh tata
laksana pemeliharaan, tetapi tehnik penetasan sangat penting dalam meningkatkan
keberhasilan dalam usaha penetasan. Hal ini dapat terjadi ketika proses
penetasan berlangsung sumber panas yang dibutuhkan tidak mencukupi karena
matinya listrik. Listiowati dan Roospitasari (2003) menyatakan, jika sumber
panas ini terlalu lama mati akan menyebabkan perubahan suhu yang dapat
mematikan benih dalam telur. Anonimous (2009) menyatakan, temperature yang
terlalu rendah dapat menghambat perkembangan embrio, pada suhu penetasan 90 0F
(32 0C) untuk waktu tiga samapai 4 jam akan memperlambat perkembangan
embrio ayam di dalam telur.
2.3. Bobot Tetas
Bobot tetas adalah bobot DOC setelah menatas yang bulu badannya telah
kering dan sebelum diberi makan atau minum untuk pertama kalinya. Kaharudin
(1989) Menyatakan bahwa, salah satu faktor yang mempengaruhi bobot tetas yaitu
bobot telur tetas. Sudaryani dan santoso (1994) menyatakan, bobot telur tetas
merupakan faktor utama yang mempengaruhi bobot tetas, selanjutnya dikatakan
bobot tetas yang normal adalah dua per tiga dari bobot telur dan apabila bobot
tetas kurang dari hasil perhitungan tersebut maka proses penetasan bias
dkatakan belum berhasil.
Hadijah (1987) menyatakan bahwa bobot telur ternyata dapat
digunakan sebagai indicator bobot tetas, dimana telur yang lebih berat akan
menghasilkan DOC yang lebih berat. Selain itu coleman (1979) berpendapat bahwa
telur yang mempunyai berat lebih besar akan menghasilkan bobot tetas yang lebih
besar dibandingkan dengan telur yang kecil, tetapi telur telur yang besar akan
menetas lebih lambat. Selanjutnya selton dan sleger menyimpulkan bahwa bobot telur dengan bobot tetas
mempunyai hubungan korelasi yang positif.
North (1994) dalam Mahi (2012), menyatakan
bahwa penyerapan suhu pada telur dengan bentuk lancip lebih baik bila
dibandingkan dengan telur berbentuk
tumpul maupun bulat,
hal ini menyebabkan
proses metabolisme embrio didalamnya dapat berjalan dengan baik
sehingga bobot tetasnya lebih tinggi.
North dan Bell
(1990) menyatakan bahwa kelembapan
mesin tetas yang terlalu tinggi
melebihi yang dianjurkan 55-60%
akan menyebabkan terganggunya sistem pernafasan, jantung,
ginjal, dan dapat menyebabkan
embrio dehidrasi pada
proses penetasan.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Fertilitas, daya tetas dan bobot
tetas ayam kampung dan telur burung puyuh ini dilaksanakan di Kandang Unggas
Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari, pada hari Rabu 9 Maret 2016
pukul 15:00 WITA.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan kegunaan yang
di gunakan pada praktikum pengamatan pada praktikum Fertilitas, bobot tetas,
dan daya tetas telur ayam kampung disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan
Kegunaan pada Praktikum Fertilitas, Bobot Tetas, dan Daya Tetas Telur Ayam
Kampung.
No.
|
Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Senter
|
Sebagai
sumber cahaya untuk membantu melihat fertilitas telur.
|
2.
|
Timbangan
|
Untuk
menimbang berat telur
|
3.
|
Alat
tulis
|
Untuk
menulis hasil pengamatan
|
Bahan dan kegunaan yang di gunakan pada praktikum Fertilitas, daya
tetas dan bobot tetas ayam kampung dan telur burung puyuh disajikan pada Tabel
2.
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan pada
Praktikum Fertilitas, Bobot Tetas dan Dayat Tetas telur Ayam Kampung dan Burung
Puyuh.
No.
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
2.
|
Telur Ayam Kampung
Telur Burung Puyuh
|
Sebagai bahan pengamatan
Sebagai bahan pengamatan
|
3.3. Metode
Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum Fertilitas,
Bobot Tetas, dan daya Tetas Telur Ayam Kampung dan Burung Puyuh adalah sebagai
berikut:
1. Pada
tahap pertama yaitu mempersiapkan alat dan bahan praktikum dengan lengkap.
2. Melakukan
pengamatan terhadap fertilitas telur dengan bantuan cahaya dengan menggunakan
senter HP.
3. Pengamatan
fertilitas dilakukan dengan cara memberikan cahaya senter pada telur, sehingga
bagian dalam telur dapat dilihat dengan jelas. Telur yang fertil ditandai
dengan adanya pembuluh darah yang berwarna merah, sedangkan telur yang tidak
fertil tidak terdapat pembuluh darah.
4. Menghitung
persentase fertilitas telur dengan menggunakan rumus :
Fertilitas = Jumlah telur fertil x
100%
Jumlah telur
yang ditetaskan
5.
Menghitung daya tetas telur dengan menggunakan rumus:
Daya Tetas = Jumlah telur yang
menetas x 100%
Jumlah telur yang fertil
6.
Menghitung bobot tetas telur dengan
menggunakan rumus :
Bobot
Tetas = Bobot awal– bobot akhirx 100%
Bobot awal
7. Menulis
hasil pengamatan praktikum.
8. Membuat
laporan praktikum Fertilitas, Bobot Tetas, dan daya Tetas Telur Ayam Kampung
dan Burung Puyuh.
3.4. Variabel yang diamati
Variabel
yang diamati pada praktikum ini yaitu :
3.4.1 Fertilitas
Telur fertil adalah
telur yang digunakan pada saat
seleksi telur dengan
dilakukannya peneropongan. Menurut
(Suprijatna, dkk., 2005) Fertilitas
adalah persentase telur
fertil dari sejumlah telur yang
digunakan dalam satuan persentas
3.4.2 Daya Tetas
Daya
tetas diartikan sebagai persentase telur yang
menetas dari telur
yang fertil (Suprijatna, dkk.,
2005). Jarak frekuensi pemutaran yang dilakukan
terlalu dekat, tidak menunjukkan adanya perbedaan terhadap daya tetas telur.Hal
ini kemungkinan disebabkan kisaran pemutaran dari empat sampai delapan
kali/hari belum memberikan pengaruh terhadap keadaan embrio di dalam telur
tetas (Dewanti dkk, 2014).
3.4.3 Bobot Tetas
Bobot Tetas menunjukkan
perbedaan pengaruh yang
tidak nyata. Hal ini
dikarenakan telur dengan
bentuk lancip dapat menerima panas suhu ruang inkubasi dengan baik,
sehingga proses metabolisme embrio
didalamnya dapat berjalan
dengan baik sehingga
berbobot tetas lebih
rendah (Mahi, 2012), bila
dibandingkan dengan telur
dengan bentuk bulat.
North (1994) dalam Mahi (2012), menyatakan
bahwa penyerapan suhu pada telur dengan bentuk lancip lebih baik bila
dibandingkan dengan telur berbentuk
tumpul maupun bulat,
hal ini menyebabkan
proses metabolisme embrio didalamnya dapat berjalan dengan baik
sehingga bobot tetasnya lebih tinggi.
North dan Bell
(1990) menyatakan bahwa kelembapan
mesin tetas yang terlalu tinggi
melebihi yang dianjurkan 55-60%
akan menyebabkan terganggunya sistem pernafasan, jantung, ginjal,
dan dapat menyebabkan embrio dehidrasi
pada proses penetasan.
3.5 Analisis Data
3.5.1 Fertilitas
fertilitas
telur ayam kampong dan telur burung puyuh dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
3.5.2
Daya Tetas
Daya tetas telur ayam kampong dan telur
burung puyuh dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
3.5.3 Bobot Tetas
Bobot tetas telur ayam kampung dan telur burung puyuh
dapat dihiting menggunakan rumus sebagai berikut :
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Telur Ayam Kampung
4.1.1. Fertilitas Telur Ayam Kampung
Fertilitas telur ayam kampung
dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Fertilitas
Telur Ayam Kampung
Fertilitas
|
Jumlah
(n)
|
Presentase
(%)
|
Fertil
Infertil
|
50
81
|
38,16
61,83
|
Total
|
131
|
100
|
Bedasarkan Tabel 3
dapat dilihat bahwa presentase jumlah telur yang fertile lebih rendah dari telur yang tidak
fertil. Presentase jumlah telur yang fertil adalah 18,89 %, sedangkan
presentase jumlah telur yang tidak fertile adalah
81,11 %. Hal ini tidak sesuai
dengan
pendapat Sudarsono (1997) mengemukakan bahwa rata-rata
fertilitas dapat mencapai 86,5 % pada ayam yang dipelihara intensif
dan penetasannya menggunakan
mesin tetas. Selanjutnya Ahnan
et al.
(1995) melaporkan bahwa fertilitas telur pada ayam yang dipelihara intensif
berkisar 84–92
%.
Faktor
yang mempengaruhi fertilitas telur ayam kampung ini adalah dari telur ayam
kampung sendiri bukan faktor mesin tetasnya. Faktor-faktor
tersebut adalah kurangnya nutrien yang terkandung dalam telur, tingginya
motilitas sperma, telur yang terlalu lama disimpan, dan sel telur yang tidak
dibuahi. King’ori (2011) mengemukakan bahwa ada
beberapa hal yang mempengaruhi gagalnya telur fertil untuk menetas. Faktor tersebut diantaranya adalah
nutrien di dalam telur dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk perkembangan
embrio. Faktor lain yang mempengaruhi fertilitas diantaranya adalah nutrien,
motilitas sperma, dan persentase sel sperma yang abnormal atau mati.
Dan juga faktor lain yang mempengaruhi fertilitas adalah jumlah jantan dan
betina dalam satu kandang. Perbandingan jantan dan betina yang makin kecil akan
menurunkan fertilitas. Fertilitas yang tinggi akan dicapai jika dalam satu
kandang terdapat jantan dan betina dengan perbandingan 1:3 (Rasyaf, 1994).
Listiyowati dan Roospitasari (1995) menambahkan bila terlalu banyak pejantan
dalam satu kandang, maka pejantan tersebut dikhawatirkan bisa merusak betina
karena terlalu sering dikawini. Selain itu, pejantan-pejantan ini akan
menghabiskan banyak pakan sedangkan bila jumlah betina terlalu banyak, banyak
telur yang tidak terbuahi atau infertil sehingga tidak bisa digunakan sebagai
telur tetas.
4.1.2
Daya Tetas Telur Ayam Kampung
Daya Tetastelur ayam kampung
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Daya Tetas
Telur Ayam Kampung
Daya
tetas
|
Jumlah
(n)
|
Presentase
(%)
|
Menetas
Tidak
menetas
|
20
30
|
40
60
|
Total
|
50
|
100
|
Berdasarkan Tabel 4, dijelaskan bahwa daya tetas
telur ayam kampung cukup rendah. Presentase jumlah telur ayam kampung yang
menetas dari jumlah telur yang fertil adalah 52,94 %, sedangkan presentase
jumlah telur ayam kampung yang tidak
menetas dari jumlah telur yang fertil adalah 47,06 %. Faktor utama yang
mempengaruhi daya tetas telur ayam kampung adalah proses dalam pembalikan telur yang salah dan kurangnya
kehati-hatian dalam melakukan pembalikan telur. Menurut Muksin,
(1978) bahwa daya tetas dipengaruhi oleh beberapa factor
antara lain factor genetic, fertilitas, lama dan suhu penyimpanan telur, suhu
dan kelembapan mesin tetas, kebersihan telur, umur induk, nutrisi, penyakit
serta keseragaman bentuk dan ukuran telur. Yang menyebabkan rendahnya daya tetas bukan hanya disebabkan oleh
tata laksana pemeliharaan, tetapi tehnik penetasan sangat penting dalam
meningkatkan keberhasilan dalam usaha penetasan. Hal ini dapat terjadi ketika
proses penetasan berlangsung sumber panas yang dibutuhkan tidak mencukupi
karena matinya listrik. Listiowati dan Roospitasari (2003) menyatakan, jika
sumber panas ini terlalu lama mati akan menyebabkan perubahan suhu yang dapat
mematikan benih dalam telur. Anonimous (2009) menyatakan, temperature yang
terlalu rendah dapat menghambat perkembangan embrio, pada suhu penetasan 90 0F
(32 0C) untuk waktu tiga samapai 4 jam akan memperlambat
perkembangan embrio ayam di dalam telur.
4.1.3 Bobot Tetas Telur Ayam Kampung
Bobot tetas telur ayam
kampung yang diamati dapat disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot Tetas
Telur Ayam Kampung
No
|
Variabel
pengamatan
|
Rataan
|
Koefisien
Keragaman
|
1
|
Bobot
Tetas (g)
|
27±2,77
|
10,259%
|
Berdasarkan
Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa rata-rata bobot tetas telur ayam kampung yang telah diamati adalah 27 g, dengan
standar deviasi 2,77 g. Faktor yang mempengaruhi rendahnya bobot tetas adalah
rendahnya bobot telur yang ditetaskan. Nilai yang didapatkan ini tidak sesuai dari nilai bobot tetas yang diamati Balh et al., (2006) bahwa
rata-rata bobot badan DOC terhadap pengaruh frekuensi pemutaran telur
ayam kampung selama penelitian sebesar 36,31 g.
4.2 Telur Burung Puyuh
4.2.1 Fertilitas Telur Burung Puyuh
Fertilitas telur burung
puyuh dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6.Fertilitas
Telur Burung puyuh
Fertilitas
|
Jumlah
(n)
|
Presentase
(%)
|
Fertil
Infertil
|
64
26
|
71
29
|
Total
|
90
|
100
|
Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa presentase telur
burung puyuh yang fertile lebih banyak
dari jumlah telur yang infertile. Presentase jumlah telur yang fertile adalah
71 %, sedangkan presentase jumlah telur yang infertil adalah 29 %. Hasil pengamatan ini presentase
jumlah telur fertil lebih rendah dari
penelitian Suaib
(1999)
bahwa Dalam kondisi normal dengan sex rasio yang benar dan pemberian ransum yang baik fertilitas dapat mencapai 85 %-95
%.
Faktor yang mempengaruhi fertilitas
telur burung puyuh ini adalah bukan dari telur burung puyuh itu sendiri tetapi rasio
jantan dan betina, umur telur, dan kebersihan telur. Faktor lain yang
menyebabkan fertilitas telur yaitu (Rukmana 2003): umur, kesehatan, makanan, perkandangan, sifat turun
temurun, iklim, sperma, hormon dan respon cahaya. Pernyataan Mulyadi (2007), bahwa spermatozoa yang abnormal.
Selain itu suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan motilitas dan metabolisme
pada spermatozoa setiap pejantan berbeda. Suhu lingkungan yang tinggi akan
meningkatkan metabolisme spermatozoa dan mengurangi daya tahan hidup
spermatozoa sehingga mempengaruhi fertolisasi dalam saluran reproduksi induk.
Faktor lain yang mempengaruhi ferilitas adalah kapasitas spermatozoa dari
pejantan yang berbeda. Kemampuan spermatozoa untuk berubah dari setiap pejantan
dalam saluran reproduksi induk berbeda sehingga berpengaruh terhadap daya
fertilisasi.
4.2.2 Daya Tetas Telur Burung puyuh
Daya Tetastelur burung
puyuh dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Daya Tetas
Telur Burung puyuh
Daya tetas
|
Jumlah
(n)
|
Presentase
(%)
|
Menetas
Tidak menetas
|
46
18
|
72
27
|
Total
|
64
|
100
|
Berdasarkan Tabel 7, dijelaskan bahwa daya tetas telur
burung puyuh cukup tinggi. Presentase jumlah telur burung puyuh yang menetas
dari jumlah telur yang fertil adalah 72 %, sedangkan presentase jumlah telur
burung puyuh yang tidak menetas dari
jumlah telur yang fertil adalah 27 %. Faktor utama yang mempengaruhi daya tetas
telur burung puyuh adalah kurangnya kehati-hatian dalam melakukan pembalikan
telur karena kurangnya pengetahuan
dalam proses pembalikan telur.
Menurut
Djanah, (1984) faktor-faktor yang
memengaruhi daya tetas yaitu
teknis pada waktu memilih telur
tetas atau seleksi
telur tetas (bentuk telur, bobot
telur, keadaan kerabang,
ruang udara di dalam
telur, dan lama penyimpanan) dan
teknis operasional dari petugas
yang menjalankan mesin
tetas (suhu, kelembapan, sirkulasi
udaran dan pemutaran telur)
serta faktor yang
terletak pada induk yang
digunakan sebagai bibit.Sedangkan menurut Rasyaf (1993)
untukmenghasilkan daya tetas yang baik tidak hanya dibutuhkan protein dan energy
tetapi juga keseimbangan vitamin dan mineral.Semua itu bertujuanuntukmendukung
pertumbuhan embrio saat telur ditetaskan.
4.2.3. Bobot Tetas Telur Burung
puyuh
Bobot tetas telur burungpuyuh yang
diamati dapat disajikan pada
Tabel 8.
Tabel 8. Bobot Tetas
Telur Burung puyuh
No.
|
Variabel pengamatan
|
Rataan
|
Koefisien keragaman
|
1.
|
Bobot Tetas (g)
|
7,37±0,67
|
9.091 %
|
Berdasarkan
Tabel 8 dapat
dijelaskan bahwa rata-rata bobot tetas telur burung puyuh yang diamati adalah
7,37 g, dengan standar deviasi 0,67 g. Faktor-faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya nilai bobot tetas pada telur burung puyuh adalah bentuk telur dan bobot telur. Menurut Hadijah
(1987) menyatakan
bahwa bobot telur ternyata dapat digunakan sebagai indicator bobot tetas,
dimana telur yang lebih berat akan menghasilkan DOQ yang lebih berat. Selain itu coleman (1979)
berpendapat bahwa telur yang mempunyai berat lebih besar akan menghasilkan
bobot tetas yang lebih besar dibandingkan dengan telur yang kecil, tetapi telur
telur yang besar akan menetas lebih lambat. Selanjutnya selton dan sleger
menyimpulkan bahwa bobot
telur dengan bobot tetas mempunyai hubungan korelasi yang positif.
Bobot telur akan mempengaruhi bobot tetas. Hal ini disebabkan
oleh adanya perbedaan
jumlah kandungan putih
telur dan kuning
telurnya. Semakin besar bobot telur, maka kandungan putih telur dan
kuning telur juga semakin besar, dimana putih telur dan kuning telur tersebut
merupakan sumber makanan bagi embrio dalam telur. Satu butir telur
rata- rata mengandung 60%
putih telur, 30% kuning telur, dan 10% kerabang. Telur
terdiri dari empat komponen dasar yaitu putih telur, kuning telur,
kerabang telur dan selaput kerabang telur (Mahi, 2014).
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Presentase
jumlah telur yang fertil adalah 18,89 %, sedangkan presentase jumlah telur yang tidak fertil adalah
81,11 %. Sedangkan pada
burung puyuh Presentase jumlah telur yang fertile 64%, presentase
jumlah telur yang tidak fertil adalah 26%.
2. Presentase
jumlah telur ayam kampung yang menetas dari jumlah telur yang fertil adalah
52,94 %, sedangkan presentase jumlah telur ayam kampung yang tidak menetas dari jumlah telur yang fertil
adalah 47,06 %, sedangkan pada
telur burung puyuh presentase jumlah telur ayam kampung yang
menetas dari jumlah telur yang fertil adalah72%, sedangkan pada telur burung puyuh presentase
jumlah telur burung buyuh yang
menetas dari jumlah telur yang fertil adalah 27%.
3.
Rata-rata bobot tetas telur ayam kampung
yang diamati adalah 27 g, dengan standar deviasi 2,77 g. Rata-rata bobot tetas
telur ayam kampung yang diamati adalah 27±2,77,
dengan koefisie keragaman 10,259%, pada telur burung puyuh
rata-rata
bobot tetas telur 7,37±0,67,dengan
standar koefisiennya adalah 10,259%.
5.2.
Saran
Saran yang dapat saya ajukan yaitu
sebaiknya dalam melaksanakan praktikum adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya
dalam memilih telur yang akan ditetaskan harus selektif paling tidak diketahui
asal usulnya sehingga fertilitas telur yang akan ditetaskan tidak meragukan lagi.
2. Sebaiknya para praktikan sebelum proses pembalikan telur
terlebih dahulu diberi pengetahuan tentang cara-cara pembalikan telur yang
benar.
3. Sebaiknya
pembalikan telur pada saat penetasan harus lebih hati-hati agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
Daftar
Pustaka
Dwiyanto, K
dan Prijono,
N.
2007. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati. Garaha
Ilmu,
Yogyakarta
Kaharudin, D.
1989. Pengaruh bobot telur tetas terhadap boot tetas, daya tetas, pertambahan
berat badan dan angka kematian sampai umur 4 minggu pada telur. Laporan
penelitian. Universitas Bengkulu.
North, et al. 2008. Commercial Chicken
Production Manual. 4th
Edition.The Avi Publishing Co.
Inc. Wesport, Conecticut.
Permana,
Erwin Adi. 2007. Karakteristik Telur Tetas Ayam Arab Betina Hasil IB Buatan
Dengan Pejantan Ayab Arab, Pelung Dan Wareng Tangerang. Fakultas Peternakan
IPB. Bogor.
Setiadi,
P. 1995. Perbandingan berbagai metode penetasan telur ayam kedu hitam daerah
pengembangan Kalimantan Selatan. Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Peternakan. Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor.
Sudaryani. 2010. Kualitas Telur. Penebar
Swadaya. Jakarta. 1-11.
Sudaryani,
T.H, dan Santoso. 2005. Pembibitan
Ayam Ras. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutiyono,
S. Riyadi, dan S. Kismiati. 2006. Fertilitas dan Daya Tetas Telur dari Ayam
Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Ayam Kampung yang Diencerkan
Dengan Bahan Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.
Semarang.
Terimakasih Admin, Artikel ini sangat bermanfaat.
BalasHapusSekalian mohon ijin ya numpang iklan promosi menawarkan Produk berikut ini :
- CaO / Kapur Bakar/ Kalsium Oksida.
- CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
-CaCo3 /Kalsium Karbonat.
- Kaptan / Kapur Pertanian
- Dolomite.
- Zeolite .
- Bentonite.
Untuk informasi dan pemesanan produk Silahkan hubungi :
Bpk Asep
081281774186
085793333234
Silahkan Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.
Mari Bergabung Sekarang Juga !
BalasHapusLinkaja88 Adalah Agen Judi Deposit Linkaja Terbesar Di Indonesia!
Promo :
★ Bonus 10% Deposit Pertama !
★ Bonus Deposit Harian 5%
★ Bonus Cashback Mingguan s/d 10%
★ Bonus Referral 7% + 2%
★ Bonus 100% (bila anda 8x menang secara beruntun)
★ Bonus Rollingan Mingguan 0.5% + 0.7%
Menyediakan Permainan :
• Sabung Ayam Online
• Sporstsbook / Judi Bola
• Casino Live
• Slot Online ( PRAGMATIC | RED TIGER | JDB| SPADE GAMING | JOKER | PLAY1628 | FAFASLOT )
• PokerVita ( POKER | DOMINO | CEME | CAPSA | SAKONG | BANDAR Q )
• Tangkasnet
• Tembak Ikan Online
Dan Masih Banyak Lainnya.
Daftar & Klaim Bonusnya Sekarang Juga !
Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :
» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995