Jumat, 10 Maret 2017

Laporan Praktikum Fertilisasi, Daya Tetas, dan Bobot Tetas pada Telur Ayam Kampung (Gallus domesticus) dan Telur Burunng Puyung (Coturnix-coturnix Japonica)



Laporan Praktikum II
Ilmu Pemuliaan Ternak
Fertilisasi, Daya Tetas, dan Bobot Tetas pada Telur Ayam Kampung (Gallus domesticus) dan Telur Burunng Puyung (Coturnix-coturnix Japonica)



Oleh :
Nama                   :  Nuraeni Primawati
Nim                      :  L1A1 14 095
Kelas                    :  B
Kelompok            :  II (Dua)
Nama Asisten      :  Ashar




Jurusan peternakan
Fakultas peternakan
Universitas Halu Oleo
Kendari
2016
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki ternak unggas yang potensial dalam perkembangan peternakaan nasional.Sala satu jenis unggas lokal yang suda lama dikenal oleh masyarakat adalah ayam kampung. Kebutuhan ternak ayam kampung belakangan ini cenderung meningkat, selain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani juga disebabkan karena kepercayaan masyarakat terhadap daging ayam kampung yang lebih alami dan lebih enak dibandingkan dengan ayam ras, akan tetapi, peningkatan kebutuhan terhadap ayam kampung tidak diimbangi dengan peningkatan populasi ayam kampung diberbagai daerah di Indonesia.
Pemuliaan Ternak merupakan salah satu pengetahuan yang berfungsi untuk mengetahui bagaimana ternak hidup dengan memperhatikan kualitas mutu genetik, caranya adalah dengan seleksi dan sistem persilangan. Sifat yang diwariskan dari induk dan pejantan kepada turunannya meliputi sifat kuantitatif dan kualitatif. Sifat kuantitatif adalah sifat atau karakter pada individu yang dapat diukur dan ditimbang. Sifat ini diexpresikan oleh banyak gen yang bersifat aditif dan pada penampilannya banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Beberapa sifat yang diwariskan dari tetua ke generasi anak antara lain, berat telur, indeks telur dan warna kulit telur.
Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan.
Burung puyuh adalah ternak yang relatif cepat menghasilkan telur yaitu pada umur 6 minggu dan mampu berproduksi sebanyak 200-300 butir telur dalam setahun. Disamping itu burung puyuh sudah sejak lama dikenal sebagai hewan percobaan yang efisien karena biaya pemeliharaannya relatif murah. Penampilan (fenotipe) ternak termasuk burung puyuh disamping ditentukan oleh genotipenya,juga banyak ditentukan oleh faktor lingkungan dimana ternak itu dipelihara.
Pada dasarnya, penetasan telur ayam kampung dapat dikelompokkan menjadi dua cara, yaitu cara alami dengan induk dan cara buatan dengan menggunakan mesin tetas. Kelebihan dari penetasan alami yaitu lebih mudah dilakukan oleh petani dan tidak memerlukan pengawasan yang intensif seperti pengaturan suhu dan kelembapan serta pemutaran. adalah daya  tampung pada saat dieramkan sedikit .
Kebutuhan terhadap ayam kampung semakin meningkat selain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani juga disebabkan karena kepercayaan masyarakat terhadap daging ayam kampung yang lebih alami di banding dengan ayam jenis lainnya.Akan tetapi peningkatan kebutuhan terhadap ayam kampung ini tidak diimbangi dengan jumlah populasi ayam kampung pada masing-masing daerah di Indonesia.Kurangnya perhatian terhadap ayam kampung merupakan salah satu faktor penyebab populasi ayam kampung semakin menurun.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukanlah praktikum ini untuk dapat mengetahui fertilisasi, daya tetas, bobot tetas pada telur.
1.2. Tujuan
              Tujuan dilakukannya paraktikum ini adalah
1.     Untuk mengetahui fertilitas telur pada ayam kampung dan telur burung puyuh.
2.    Untuk mengetahui  daya tetas, pada ayam kampung dan telur burung puyuh.
3.    Untuk mengetahui  bobot tetas telur ayam kampung dan telur burung puyuh .
1.3. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu :
1.    Dapat  mengetahui fertilitas telur pada ayam kampung dan telur burung puyuh.
2.    Dapat mengetahui  daya tetas, pada ayam kampung dan telur burung puyuh.
3.    Dapat mengetahui  bobot tetas telur ayam kampung dan telur burung puyuh .










II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fertilitas Telur Burung Puyuh dan Ayam Kampung
            Fertilisasi dan daya tetas merupakan dua sifat yang mempunyai nilai ekonomis penting pada program pembibitan puyuh disamping karakter produksi telur. Pramono (2004) menyatakan bahwa rata-rata fertilitas dan daya tetas telur puyuh di peternakan Kota Bengkulu masing-masing 61% dan 67,2% di samping itu ditemukan juga seitar 20% puyuh yang berkaki pengkor.
            Persentase fertilitas telur ayam tolaki pada mesin tetas sumber panas listrik (PL) dan mesin tetas kombinasi listrik dan lampu minyak (PLM) sebagaimana terlihat menunjukkan bahwa secara umum rata-rata fertilitas telur ayam tolaki adalah 52,72%. Fertilitas telur ayam tolaki yang dicapai pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan tertilitas ayam kampung yang dilaporkan Djafar (2001) yakni sebesar 65,18%, fertilitas ayam kedu pebibit di Kabupaten Temanggung yaitu 74,24% (Suryani dkk., 2012), fertilitas ayam petelur yang diinseminasi dengan semen pejantan ayam kampung dengan mengencerkan NaCl fisiologis 0,9 persen ditambah kuning telur ¼ bagian diperoleh hasil sebesar 70,83% (Sujionohadi dkk., 2007).
2.2. Daya Tetas
Daya tetas dihitung dengan membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah seluruh telur yang fertil. Semakin tinggi jumlah telur yang fertil dari jumlah telur yang ditetaskan akan dihasilkan persentase daya tetas yang tinggi pula. Menurut North (1980), fertilitas yang tinggi diperlukan untuk menghasilkan daya tetas yang tinggi.salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas telur ialah rasio seks pejantan dan induk betina.
Daya tetas dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain factor genetic, fertilitas, lama dan suhu penyimpanan telur, suhu dan kelembapan mesin tetas, kebersihan telur, umur induk, nutrisi, penyakit serta keseragaman bentuk dan ukuran telur (North dan bell, 1990; Ensminger, 1992).
Rendahnya daya tetas bukan hanya disebabkan oleh tata laksana pemeliharaan, tetapi tehnik penetasan sangat penting dalam meningkatkan keberhasilan dalam usaha penetasan. Hal ini dapat terjadi ketika proses penetasan berlangsung sumber panas yang dibutuhkan tidak mencukupi karena matinya listrik. Listiowati dan Roospitasari (2003) menyatakan, jika sumber panas ini terlalu lama mati akan menyebabkan perubahan suhu yang dapat mematikan benih dalam telur. Anonimous (2009) menyatakan, temperature yang terlalu rendah dapat menghambat perkembangan embrio, pada suhu penetasan 90 0F (32 0C) untuk waktu tiga samapai 4 jam akan memperlambat perkembangan embrio ayam di dalam telur.
2.3. Bobot Tetas
Bobot tetas adalah bobot DOC setelah menatas yang bulu badannya telah kering dan sebelum diberi makan atau minum untuk pertama kalinya. Kaharudin (1989) Menyatakan bahwa, salah satu faktor yang mempengaruhi bobot tetas yaitu bobot telur tetas. Sudaryani dan santoso (1994) menyatakan, bobot telur tetas merupakan faktor utama yang mempengaruhi bobot tetas, selanjutnya dikatakan bobot tetas yang normal adalah dua per tiga dari bobot telur dan apabila bobot tetas kurang dari hasil perhitungan tersebut maka proses penetasan bias dkatakan belum berhasil.
Hadijah (1987) menyatakan bahwa bobot telur ternyata dapat digunakan sebagai indicator bobot tetas, dimana telur yang lebih berat akan menghasilkan DOC yang lebih berat. Selain itu coleman (1979) berpendapat bahwa telur yang mempunyai berat lebih besar akan menghasilkan bobot tetas yang lebih besar dibandingkan dengan telur yang kecil, tetapi telur telur yang besar akan menetas lebih lambat. Selanjutnya selton dan sleger menyimpulkan bahwa bobot telur dengan bobot tetas mempunyai hubungan korelasi yang positif.
North  (1994) dalam Mahi (2012),  menyatakan  bahwa penyerapan suhu pada telur dengan bentuk lancip lebih baik bila dibandingkan dengan telur berbentuk  tumpul  maupun  bulat,  hal  ini  menyebabkan  proses  metabolisme  embrio didalamnya dapat berjalan dengan baik sehingga bobot tetasnya lebih tinggi.  North  dan  Bell  (1990) menyatakan  bahwa  kelembapan  mesin  tetas yang terlalu tinggi melebihi yang dianjurkan 55-60%  akan  menyebabkan  terganggunya sistem pernafasan, jantung, ginjal, dan dapat menyebabkan  embrio  dehidrasi  pada  proses penetasan.





III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Fertilitas, daya tetas dan bobot tetas ayam kampung dan telur burung puyuh ini dilaksanakan di Kandang Unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari, pada hari Rabu 9 Maret 2016 pukul 15:00 WITA.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan kegunaan yang di gunakan pada praktikum pengamatan pada praktikum Fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas telur ayam kampung disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan pada Praktikum Fertilitas, Bobot Tetas, dan Daya Tetas Telur Ayam Kampung.
No.
Alat
Kegunaan
1.
Senter
Sebagai sumber cahaya untuk membantu melihat fertilitas telur.
2.
Timbangan
Untuk menimbang berat telur
3.
Alat tulis
Untuk menulis hasil pengamatan

Bahan dan kegunaan yang di gunakan pada praktikum Fertilitas, daya tetas dan bobot tetas ayam kampung dan telur burung puyuh disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Fertilitas, Bobot Tetas dan Dayat Tetas telur Ayam Kampung dan Burung Puyuh.
No.
Bahan
Kegunaan
1.
2.
Telur Ayam Kampung
Telur Burung Puyuh
Sebagai bahan pengamatan
Sebagai bahan pengamatan

3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum Fertilitas, Bobot Tetas, dan daya Tetas Telur Ayam Kampung dan Burung Puyuh adalah sebagai berikut:
1.      Pada tahap pertama yaitu mempersiapkan alat dan bahan praktikum dengan lengkap.
2.      Melakukan pengamatan terhadap fertilitas telur dengan bantuan cahaya dengan menggunakan senter HP.
3.      Pengamatan fertilitas dilakukan dengan cara memberikan cahaya senter pada telur, sehingga bagian dalam telur dapat dilihat dengan jelas. Telur yang fertil ditandai dengan adanya pembuluh darah yang berwarna merah, sedangkan telur yang tidak fertil tidak terdapat pembuluh darah.
4.      Menghitung persentase fertilitas telur dengan menggunakan rumus :
Fertilitas = Jumlah telur fertil x 100%
Jumlah telur yang ditetaskan
5.      Menghitung daya tetas  telur dengan menggunakan rumus:
Daya Tetas = Jumlah telur yang menetas x 100%
         Jumlah telur yang fertil
6.      Menghitung bobot tetas telur dengan menggunakan rumus :
Bobot Tetas = Bobot awal– bobot akhirx 100%
                                    Bobot awal
7.      Menulis hasil pengamatan praktikum.
8.      Membuat laporan praktikum Fertilitas, Bobot Tetas, dan daya Tetas Telur Ayam Kampung dan Burung Puyuh.
3.4. Variabel yang diamati
Variabel yang diamati pada praktikum ini yaitu :
3.4.1 Fertilitas
Telur fertil adalah telur yang digunakan pada saat  seleksi  telur  dengan  dilakukannya peneropongan. Menurut  (Suprijatna, dkk., 2005) Fertilitas  adalah  persentase  telur  fertil  dari sejumlah telur yang digunakan dalam satuan persentas
3.4.2     Daya Tetas
Daya tetas diartikan sebagai persentase telur yang  menetas  dari  telur  yang  fertil (Suprijatna, dkk., 2005). Jarak frekuensi pemutaran yang dilakukan terlalu dekat, tidak menunjukkan adanya perbedaan terhadap daya tetas telur.Hal ini kemungkinan disebabkan kisaran pemutaran dari empat sampai delapan kali/hari belum memberikan pengaruh terhadap keadaan embrio di dalam telur tetas (Dewanti dkk, 2014).
3.4.3 Bobot Tetas
Bobot Tetas menunjukkan perbedaan  pengaruh  yang  tidak  nyata. Hal  ini  dikarenakan  telur  dengan  bentuk lancip dapat menerima panas suhu ruang inkubasi dengan baik, sehingga proses metabolisme embrio  didalamnya  dapat  berjalan  dengan  baik  sehingga  berbobot  tetas  lebih  rendah (Mahi, 2012),  bila dibandingkan  dengan  telur  dengan  bentuk  bulat.
North  (1994) dalam Mahi (2012),  menyatakan  bahwa penyerapan suhu pada telur dengan bentuk lancip lebih baik bila dibandingkan dengan telur berbentuk  tumpul  maupun  bulat,  hal  ini  menyebabkan  proses  metabolisme  embrio didalamnya dapat berjalan dengan baik sehingga bobot tetasnya lebih tinggi.  North  dan  Bell  (1990) menyatakan  bahwa  kelembapan  mesin  tetas yang terlalu tinggi melebihi yang dianjurkan 55-60%  akan  menyebabkan  terganggunya sistem pernafasan, jantung, ginjal, dan dapat menyebabkan  embrio  dehidrasi  pada  proses penetasan.
3.5 Analisis Data
3.5.1 Fertilitas
fertilitas telur ayam kampong dan telur burung puyuh dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :


3.5.2 Daya Tetas
Daya tetas telur ayam kampong dan telur burung puyuh dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

3.5.3 Bobot Tetas
Bobot tetas telur ayam kampung dan telur burung puyuh dapat dihiting menggunakan rumus sebagai berikut :





















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Telur Ayam Kampung
4.1.1. Fertilitas Telur Ayam Kampung
Fertilitas telur ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Fertilitas Telur Ayam Kampung
Fertilitas
Jumlah (n)
Presentase (%)
Fertil
Infertil
50
81
38,16
61,83
Total
131
100

Bedasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa presentase jumlah telur yang fertile lebih rendah dari telur yang tidak fertil. Presentase jumlah telur yang fertil adalah 18,89 %, sedangkan presentase jumlah telur yang tidak fertile adalah 81,11 %. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Sudarsono (1997) mengemukakan bahwa  rata-rata  fertilitas  dapat  mencapai 86,5 % pada ayam yang dipelihara intensif dan  penetasannya  menggunakan  mesin tetas. Selanjutnya Ahnan et al. (1995) melaporkan bahwa fertilitas telur pada ayam yang dipelihara intensif berkisar 84–92 %.
Faktor yang mempengaruhi fertilitas telur ayam kampung ini adalah dari telur ayam kampung sendiri bukan faktor mesin tetasnya. Faktor-faktor tersebut adalah kurangnya nutrien yang terkandung dalam telur, tingginya motilitas sperma, telur yang terlalu lama disimpan, dan sel telur yang tidak dibuahi. King’ori (2011) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi gagalnya telur fertil untuk menetas. Faktor tersebut diantaranya adalah nutrien di dalam telur dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk perkembangan embrio. Faktor lain yang mempengaruhi fertilitas diantaranya adalah nutrien, motilitas sperma, dan persentase sel sperma yang abnormal atau mati.
Dan juga faktor lain yang mempengaruhi fertilitas adalah jumlah jantan dan betina dalam satu kandang. Perbandingan jantan dan betina yang makin kecil akan menurunkan fertilitas. Fertilitas yang tinggi akan dicapai jika dalam satu kandang terdapat jantan dan betina dengan perbandingan 1:3 (Rasyaf, 1994). Listiyowati dan Roospitasari (1995) menambahkan bila terlalu banyak pejantan dalam satu kandang, maka pejantan tersebut dikhawatirkan bisa merusak betina karena terlalu sering dikawini. Selain itu, pejantan-pejantan ini akan menghabiskan banyak pakan sedangkan bila jumlah betina terlalu banyak, banyak telur yang tidak terbuahi atau infertil sehingga tidak bisa digunakan sebagai telur tetas.
4.1.2  Daya Tetas Telur Ayam Kampung
Daya Tetastelur ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Daya Tetas Telur Ayam Kampung
Daya tetas
Jumlah (n)
Presentase (%)
Menetas
Tidak menetas
20
30
40
60
Total
50
100
           
Berdasarkan Tabel 4, dijelaskan bahwa daya tetas telur ayam kampung cukup rendah. Presentase jumlah telur ayam kampung yang menetas dari jumlah telur yang fertil adalah 52,94 %, sedangkan presentase jumlah telur ayam kampung yang  tidak menetas dari jumlah telur yang fertil adalah 47,06 %. Faktor utama yang mempengaruhi daya tetas telur ayam kampung adalah proses dalam pembalikan telur yang salah dan kurangnya kehati-hatian dalam melakukan pembalikan telur. Menurut Muksin,  (1978) bahwa daya tetas dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain factor genetic, fertilitas, lama dan suhu penyimpanan telur, suhu dan kelembapan mesin tetas, kebersihan telur, umur induk, nutrisi, penyakit serta keseragaman bentuk dan ukuran telur. Yang menyebabkan rendahnya daya tetas bukan hanya disebabkan oleh tata laksana pemeliharaan, tetapi tehnik penetasan sangat penting dalam meningkatkan keberhasilan dalam usaha penetasan. Hal ini dapat terjadi ketika proses penetasan berlangsung sumber panas yang dibutuhkan tidak mencukupi karena matinya listrik. Listiowati dan Roospitasari (2003) menyatakan, jika sumber panas ini terlalu lama mati akan menyebabkan perubahan suhu yang dapat mematikan benih dalam telur. Anonimous (2009) menyatakan, temperature yang terlalu rendah dapat menghambat perkembangan embrio, pada suhu penetasan 90 0F (32 0C) untuk waktu tiga samapai 4 jam akan memperlambat perkembangan embrio ayam di dalam telur.
4.1.3 Bobot Tetas Telur Ayam Kampung
Bobot tetas telur ayam kampung yang  diamati dapat disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot Tetas Telur Ayam Kampung
No
Variabel pengamatan
Rataan
Koefisien Keragaman
1
Bobot Tetas (g)
27±2,77
10,259%

Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa rata-rata bobot tetas telur ayam kampung yang telah diamati adalah 27 g, dengan standar deviasi 2,77 g. Faktor yang mempengaruhi rendahnya bobot tetas adalah rendahnya bobot telur yang ditetaskan. Nilai yang didapatkan  ini tidak sesuai dari nilai bobot tetas yang diamati Balh et al., (2006) bahwa  rata-rata bobot badan DOC terhadap pengaruh frekuensi pemutaran telur ayam kampung selama penelitian sebesar 36,31 g.
4.2 Telur Burung Puyuh
4.2.1 Fertilitas Telur Burung Puyuh
Fertilitas telur burung puyuh dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6.Fertilitas Telur Burung puyuh
Fertilitas
Jumlah (n)
Presentase (%)
Fertil
Infertil
64
26
71
29
Total
90
100

Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa presentase telur burung puyuh yang  fertile lebih banyak dari jumlah telur yang infertile. Presentase jumlah telur yang fertile adalah 71 %, sedangkan presentase jumlah telur yang infertil  adalah 29 %. Hasil pengamatan ini presentase jumlah  telur fertil lebih rendah dari penelitian Suaib (1999) bahwa  Dalam kondisi normal dengan sex rasio yang benar dan pemberian ransum yang baik fertilitas dapat mencapai 85 %-95 %.
Faktor yang mempengaruhi fertilitas telur burung puyuh  ini adalah bukan dari telur burung puyuh itu sendiri tetapi rasio jantan dan betina, umur telur, dan kebersihan telur. Faktor lain yang menyebabkan fertilitas telur yaitu (Rukmana 2003): umur, kesehatan, makanan, perkandangan, sifat turun temurun, iklim, sperma, hormon dan respon cahaya. Pernyataan Mulyadi (2007), bahwa spermatozoa yang abnormal. Selain itu suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan motilitas dan metabolisme pada spermatozoa setiap pejantan berbeda. Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan metabolisme spermatozoa dan mengurangi daya tahan hidup spermatozoa sehingga mempengaruhi fertolisasi dalam saluran reproduksi induk. Faktor lain yang mempengaruhi ferilitas adalah kapasitas spermatozoa dari pejantan yang berbeda. Kemampuan spermatozoa untuk berubah dari setiap pejantan dalam saluran reproduksi induk berbeda sehingga berpengaruh terhadap daya fertilisasi.
4.2.2 Daya Tetas Telur Burung puyuh
Daya Tetastelur burung puyuh dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Daya Tetas Telur Burung puyuh
Daya tetas
Jumlah (n)
Presentase (%)
Menetas
Tidak menetas
46
18
72
27
Total
64
100

Berdasarkan Tabel 7, dijelaskan bahwa daya tetas telur burung puyuh cukup tinggi. Presentase jumlah telur burung puyuh yang menetas dari jumlah telur yang fertil adalah 72 %, sedangkan presentase jumlah telur burung puyuh yang  tidak menetas dari jumlah telur yang fertil adalah 27 %. Faktor utama yang mempengaruhi daya tetas telur burung puyuh adalah kurangnya kehati-hatian dalam melakukan pembalikan telur karena kurangnya pengetahuan dalam proses pembalikan telur.
Menurut  Djanah,  (1984) faktor-faktor  yang  memengaruhi daya  tetas  yaitu  teknis  pada waktu  memilih telur  tetas  atau  seleksi  telur  tetas  (bentuk telur,  bobot  telur,  keadaan  kerabang,  ruang udara  di  dalam  telur,  dan  lama penyimpanan)  dan  teknis  operasional  dari petugas  yang  menjalankan  mesin  tetas (suhu,  kelembapan,  sirkulasi  udaran  dan pemutaran  telur)  serta  faktor  yang  terletak pada  induk  yang  digunakan  sebagai  bibit.Sedangkan menurut Rasyaf (1993) untukmenghasilkan daya tetas yang baik tidak hanya dibutuhkan protein dan energy tetapi juga keseimbangan vitamin dan mineral.Semua itu bertujuanuntukmendukung pertumbuhan embrio saat telur ditetaskan.
4.2.3. Bobot Tetas Telur Burung puyuh
 Bobot tetas telur burungpuyuh  yang  diamati  dapat disajikan  pada  Tabel 8.
Tabel 8. Bobot Tetas Telur Burung puyuh
No.
Variabel pengamatan
Rataan
Koefisien keragaman
1.
Bobot Tetas (g)
7,37±0,67
9.091 %

Berdasarkan Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa rata-rata bobot tetas telur burung puyuh yang diamati adalah 7,37 g, dengan standar deviasi 0,67 g. Faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya nilai bobot tetas pada telur burung puyuh adalah bentuk telur dan bobot telur. Menurut Hadijah (1987) menyatakan bahwa bobot telur ternyata dapat digunakan sebagai indicator bobot tetas, dimana telur yang lebih berat akan menghasilkan DOQ yang lebih berat. Selain itu coleman (1979) berpendapat bahwa telur yang mempunyai berat lebih besar akan menghasilkan bobot tetas yang lebih besar dibandingkan dengan telur yang kecil, tetapi telur telur yang besar akan menetas lebih lambat. Selanjutnya selton dan sleger menyimpulkan bahwa bobot telur dengan bobot tetas mempunyai hubungan korelasi yang positif.
Bobot telur akan  mempengaruhi bobot tetas. Hal ini  disebabkan  oleh  adanya  perbedaan  jumlah  kandungan  putih  telur  dan  kuning  telurnya. Semakin besar bobot telur, maka kandungan putih telur dan kuning telur juga semakin besar, dimana putih telur dan kuning telur tersebut merupakan sumber makanan bagi embrio dalam telur. Satu butir  telur  rata- rata  mengandung 60% putih  telur, 30% kuning  telur, dan 10% kerabang.  Telur  terdiri dari empat komponen dasar yaitu putih telur, kuning telur, kerabang telur dan selaput kerabang telur (Mahi, 2014).









V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1.    Presentase jumlah telur yang fertil adalah 18,89 %, sedangkan presentase jumlah telur yang tidak fertil adalah 81,11 %. Sedangkan pada burung puyuh Presentase jumlah telur yang fertile 64%,  presentase jumlah telur yang tidak fertil adalah 26%.
2.    Presentase jumlah telur ayam kampung yang menetas dari jumlah telur yang fertil adalah 52,94 %, sedangkan presentase jumlah telur ayam kampung yang  tidak menetas dari jumlah telur yang fertil adalah 47,06 %, sedangkan pada telur burung puyuh presentase jumlah telur ayam kampung yang menetas dari jumlah telur yang fertil adalah72%, sedangkan pada telur burung puyuh presentase jumlah telur burung buyuh yang menetas dari jumlah telur yang fertil adalah 27%.
3.      Rata-rata bobot tetas telur ayam kampung yang diamati adalah 27 g, dengan standar deviasi 2,77 g. Rata-rata bobot tetas telur ayam kampung yang diamati adalah 27±2,77, dengan koefisie keragaman 10,259%, pada telur burung puyuh rata-rata bobot tetas telur 7,37±0,67,dengan standar koefisiennya adalah 10,259%.


5.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan yaitu sebaiknya dalam melaksanakan praktikum adalah sebagai berikut:
1.      Sebaiknya dalam memilih telur yang akan ditetaskan harus selektif paling tidak diketahui asal usulnya sehingga fertilitas telur yang akan ditetaskan tidak meragukan lagi.
2.      Sebaiknya para praktikan sebelum proses pembalikan telur terlebih dahulu diberi pengetahuan tentang cara-cara pembalikan telur yang benar.
3.      Sebaiknya pembalikan telur pada saat penetasan harus lebih hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.










Daftar Pustaka
Dwiyanto, K dan Prijono, N. 2007. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati. Garaha Ilmu, Yogyakarta
Kaharudin, D. 1989. Pengaruh bobot telur tetas terhadap boot tetas, daya tetas, pertambahan berat badan dan angka kematian sampai umur 4 minggu pada telur. Laporan penelitian. Universitas Bengkulu.
North, et al. 2008. Commercial  Chicken  Production Manual.  4th Edition.The  Avi Publishing  Co.  Inc.  Wesport, Conecticut.
Permana, Erwin Adi. 2007. Karakteristik Telur Tetas Ayam Arab Betina Hasil IB Buatan Dengan Pejantan Ayab Arab, Pelung Dan Wareng Tangerang. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Setiadi, P. 1995. Perbandingan berbagai metode penetasan telur ayam kedu hitam daerah pengembangan Kalimantan Selatan. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor.
Sudaryani. 2010. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta. 1-11.
Sudaryani, T.H, dan Santoso. 2005. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutiyono, S. Riyadi, dan S. Kismiati. 2006. Fertilitas dan Daya Tetas Telur dari Ayam Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Ayam Kampung yang Diencerkan Dengan Bahan Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.




2 komentar:

  1. Terimakasih Admin, Artikel ini sangat bermanfaat.
    Sekalian mohon ijin ya numpang iklan promosi menawarkan Produk berikut ini :

    - CaO / Kapur Bakar/ Kalsium Oksida.
    - CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
    -CaCo3 /Kalsium Karbonat.
    - Kaptan / Kapur Pertanian
    - Dolomite.
    - Zeolite .
    - Bentonite.

    Untuk informasi dan pemesanan produk Silahkan hubungi :

    Bpk Asep
    081281774186
    085793333234


    Silahkan Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.

    BalasHapus
  2. Mari Bergabung Sekarang Juga !

    Linkaja88 Adalah Agen Judi Deposit Linkaja Terbesar Di Indonesia!

    Promo :
    ★ Bonus 10% Deposit Pertama !
    ★ Bonus Deposit Harian 5%
    ★ Bonus Cashback Mingguan s/d 10%
    ★ Bonus Referral 7% + 2%
    ★ Bonus 100% (bila anda 8x menang secara beruntun)
    ★ Bonus Rollingan Mingguan 0.5% + 0.7%

    Menyediakan Permainan :
    • Sabung Ayam Online
    • Sporstsbook / Judi Bola
    • Casino Live
    • Slot Online ( PRAGMATIC | RED TIGER | JDB| SPADE GAMING | JOKER | PLAY1628 | FAFASLOT )
    • PokerVita ( POKER | DOMINO | CEME | CAPSA | SAKONG | BANDAR Q )
    • Tangkasnet
    • Tembak Ikan Online
    Dan Masih Banyak Lainnya.

    Daftar & Klaim Bonusnya Sekarang Juga !
    Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :

    » Nomor WhatsApp : 0812–2222–995

    BalasHapus